Berdasarkan peraturan
pemerintah Nomor 19 tahun 2005 pasal 63 bahwa penilaian hasil belajar dilakukan
oleh pendidik, satuan pendidik, dan oleh pemerintah. Penilaian hasil belajar
oleh pendidik dilakukan secara berkesinambungan untuk memantau proses, kemajuan
dan perbaikan hasil dalam bentuk ulangan harian, ulangan tengah semester, dan
ulangan akhir semester. Penilaian pendidik digunakan untuk menilai pencapaian
kompetensi peserta didik, bahan penyusunan laporan kemajuan hasil belajar, dan
memperbaiki proses pembelajaran. Penilaian hasil belajar oleh satuan pendidikan
bertujuan menilai pencapaian standar kompetensi lulusan untuk semua mata
pelajaran, sedangkan penilaian hasil belajar oleh pemerintah bertujuan untuk
menilai pencapaian kompetensi lulusan secara nasional pada mata pelajaran
tertentu dalam kelompok mata pelajaran ilmu pengetahuan dan teknologi yang
dilakukan dalam bentuk ujian nasional.
Penilaian adalah rangkaian kegiatan untuk memperoleh,
menganalisis dan menafsirkan data tentang proses dan hasil belajar peserta
didik yang dilakukan secara sistematis dan berkesinambungan sehingga dapat
menjadi informasi yang bermakna dalam pengambilan keputusan.
Penilaian autentik menurut
beberapa sumber sebagaimana tertulis dalam Materi Pelatihan Guru Implementasi
Kurikulum2013 adalah: American Library Association mendefinisikan sebagai
proses evaluasi untuk mengukur kinerja, prestasi, motivasi, dan sikap-sikap
peserta didik pada aktivitas yang relevan dalam pembelajaran. Newton Public
School, mengartikan bahwa penilaian autentik sebagai penilaian atas produk dan
kinerja yang berhubungan dengan pengalaman kehidupan nyata peserta didik,
Wiggins mendefinisikan penilaian autentik sebagai upaya pemberian tugas kepada
peserta didik yang mencerminkan prioritas dan tantangan yang ditemukan dalam
aktivitas-aktivitas pembelajaran, seperti:meneliti, menulis, merevisi, dan
lain-lain.
Penilaian autentik merupakan
penilaian kinerja, termasuk didalamnya penilaian portofoliodan penilaian
projek. Penilaian autentik disebut juga penilaian responsif, suatu metode untuk
menilai proses dan hasil belajar peserta didik yang memiliki ciri-ciri khusus,
mulai dari mereka yang mengalami kelainan, memiliki bakat dan minat khusus,
hingga yang jenius. Penilaian autentik dapat diterapkan dalam berbagai bidang
ilmu seperti seni atau ilmu pengetahuan pada umumnya, dengan orientasi utamanya
pada proses dan hasil pembelajaran.
Hasil penilaian autentik dpat
digunakan oleh peserta didik untuk merencanakan program perbaikan (remidial),
pengayaan, atau pelayanan konseling. Selain itu, hasil penilaian autentik dapat
digunakan sebagai bahan untuk memperbaiki proses pembelajaran yang
memenuhistandar penilaian pendidikan.
Penilaian autentik adalah suatu
penilaian belajar yang merujuk pada situasi atau konteks “dunia nyata” yang
memerlukan berbagai macam pendekatan untuk memecahkan masalah yang memberikan
kemungkinan bahwa satu masalah bisa mempunyai lebih dari satu macam pemecahan.
Berdasarkan latar belakang diiatas, rumusan makalah
makalah ini meliputi:
1.
Apa pengertian dari
assesmen autentik dan belajar ?
2.
Apa jenis-jenis
dari assessmen autentik?
3.
Bagaimana instrumen
dalam penilaian autentik?
Tujuan
penulisan makalah ini meliputi :
1.
Dapat mengetahui
pengertian assesmen autentik dan belajar.
2.
Dapat mengetahui
jenis-jenis assesmen autentik.
Asessmen
autentik merupakan pengukuran yang bermakna secara signifikan atas hasil
belajar peserta didik untuk ranah ikap, pengetahuan, keterampilan, dan
pengetahuan. Istilah asessmen merupakan sinonim dari penilaian, pengukuran,
pengujian, atau evaluasi. Istilah autentik merupakan sinonim dari asli, nyata,
valid, dan reliabel. Secara konseptual
asessmen autentik lebih bermakna secara signifikan dibandingkan dengan tes
pilihan ganda terstandar sekalaipun. Ketika menerapkan asessmen autentik untuk
megetahui hasil dan prestasi belajar peserta didik, guru menerapakan kriteria
yang berkaitan dengan konstruksi pengetahuan, aktivitas mengamati dan mencoba,
dan nilai prestasi luar sekolah.
Dalam American Library
Association, asessmen autentik di definisikan sebagai proses evaluasi untuk
mengukur kinerja, prestasi, motivasi, dan sikap-sikap peserta didik pada
aktivitas yang relevan dalam pembelajaran.
Dalam Newton Public School, asessmen autentik diartikan sebagai penilaian
atas proyek dan kinerja yang berhubungan dengan pengalaman kehidupan nyata
peserta didik.
Menurut Wiggins, asessmen autentik sebagai upaya pemberian tugas kepada
peserta didik yang mencerminkan prioritas dan tantangan yang ditemukan dalam
aktivitas-aktivitas pembelajaran, seperti: meneliti, menulis, merevisi, dan
membahas artikel, memberikan analisa oral terhadap peristiwa, berkolaborasi
dengan antarsesama melalui debat.
Asesmen otentik meniscayakan proses
belajar yang otentik pula. Menurut Ormiston belajar otentik mencerminkan tugas
dan pemecahan masalah yang dilakukan oleh para peserta didik dikaitkan dengan
realitas di luar sekolah atau kehidupan pada umunya. Asesmen semacam ini
cenderung berfokus pada tugas-tugas kompleks atau kontekstual bagi peserta
didik, yang memungkinkan mereka secara nyata menunukkan kompetensi atau
keterampilan yang dimilikinya. Sebagai contoh, asesmen otentik antara lain
keterampilan kerja, kemampuan mengaolikasikan atau menunjukkan perolehan pengetahuan
tertentu, simulasi dan bermain peran, portofolio, memilih kegiatan yang
strategis, serta memamerkan dan menampilkan sesuatu.
Menurut Ormiston belajar otentik
mencerminkan tugas dan pemecahan masalah yang diperlukan dalam kenyataannya di
luar sekolah. Asesmen otentik terdiri dari berbagai teknik penilaian.
Pertama, pengukuran langsung
keterampilan peserta didik yang berhubungan dengan hasil jangka panjang
pendidikan seperti kesuksesan di tempat kerja. Kedua, penilaian atas
tugas-tugas yang memerlukan keterlibatan yang luas dan kinerja yang kompleks.
Ketiga, analisis proses yang digunakan untuk menghasilkan respons peserta didik
atas perolehan sikap, keterampilan, dan pengetahuan yang ada.
Dengan demikian, asesmen otentik
akan bermakna bagi guru untuk menentukan cara-cara terbaik agar semua siswa
dapat mencapai hasil akhir, meski dengan satuan waktu yang berbeda. Konstruksi
sikap, keterampilan dan pengetahuan dicapai melalui penyelesaian tugas di mana
peserta didik telah memainkan peran aktif dan kreatif. Keterlibatan peserta
didik dalam melaksanakan tugas sangat bermakna bagi perkembangan pribadi
mereka.
Dalam pembelajaran otentik, peserta
didik diminta mengumpulkan informasi dengan pendekatan saintifik, memahami
aneka fenomena atau gejala dan hubungannya satu sama lain secara mendalam,
serta mengaitkan apa yang dipelajari dengan dunia nyata luar sekolah. Di sini,
guru dan peserta didik memiliki tanggung jawab atas apa yang terjadi. Peserta
didik pun tahu apa yang mereka ingin pelajari, memiliki parameter waktu yang
fleksibel, dan bertanggung jawab untuk tetap pada tugas. Asesmen otentik pun
mendorong peserta didik mengonstruksi, mengorganisasikan, menganalisis,
menyintesis, menafsirkan, menjelaskan, dan mengevaluasi informasi untuk
kemudian mengubahnya menjadi pengetahuan baru.
Sejalan dengan deskripsi di atas,
pada pembelajaran otentik, guru harus menjadi “guru otentik”. Peran guru bukan
hanya pada proses pembelajaran, melainkan juga pada penilaian. Untuk bisa
melaksanakan pembelajaran otentik, guru harus memenuhi kriteria tertentu
seperti disajikan berikut ini.
1. Mengetahui
bagaimana menilai kekuatan dan kelemahan peserta didik serta desain
pembelajaran.
2. Mengetahui
bagaimana cara membimbing peserta didik untuk mengembangkan pengetahuan mereka
sebelumnya dengan cara mengajukan pertanyaan dan menyediakan sumber daya
memadai bagi peserta didik untuk melakukan akuisisi pengetahuan.
3. Menjadi
pengasuh proses pembelajaran, melihat informasi baru, dan mengasimilasikan
pemahaman peserta didik.
4. Menjadi
kreatif tentang bagaimana proses belajar peserta didik dapat diperluas dengan
menimba pengalaman dari dunia di luar tembok sekolah.
Asesmen otentik adalah komponen
penting dari reformasi pendidikan sejak tahun 1990-an. Wiggins (1993)
menegaskan bahwa metode penilaian tradisional untuk mengukur prestasi, seperti
tes pilihan ganda, benar/salah, menjodohkan, dan lain-lain telah gagal
mengetahui kinerja peserta didik yang sesungguhnya. Tes semacam ini telah gagal
memperoleh gambaran yang utuh mengenai sikap, keterampilan, dan pengetahuan
peserta didik dikaitkan dengan kehidupan nyata mereka di luar sekolah atau
masyarakat.
Asesmen hasil belajar yang
tradisional bahkan cenderung mereduksi makna kurikulum karena tidak menyentuh
esensi nyata dari proses dan hasil belajar peserta didik. Ketika asesmen
tradisional cenderung mereduksi makna kurikulum, tidak mampu menggambarkan
kompetensi dasar, dan rendah daya prediksinya terhadap derajat sikap,
keterampilan, dan kemampuan berfikir yang diartikulasikan dalam mata pelajaran
atau disiplin ilmu; ketika itu pula asesmen otentik memperoleh traksi yang
cukup kuat. Memang, pendekatan apapun yang dipakai dalam penilaian tetap tidak
luput dari kelemahan dan kelebihan. Namun demikian, sudah saatnya guru bersikap
professional pada semua satuan pendidikan memandu gerakan memadukan potensi
peserta didik, sekolah, dan lingkungannya melalui asesmen proses dan hasil
belajar yang otentik.
Data asesmen otentik digunakan
untuk berbagai tujuan seperti menentukan kelayakan akuntabilitas implementasi
kurikulum dan pembelajaran di kelas tertentu. Data asesmen otentik dapat
dianalisis dengan metode kualitatif maupun kuantitatif. Analisis kualitatif
dari asesmen otentik berupa narasi atau deskripsi atas capaian hasil belajar
peserta didik, misalnya, mengenai keunggulan dan kelemahan, motivasi,
keberanian berpendapat, dan sebagainya. Analisis kuantitatif dari data asesmen
otentik menerapkan rubrik skor atau daftar cek (checklist) untuk menilai
tanggapan relative peserta didik relatif terhadap kriteria dalam kisaran
terbatas dari empat atau lebih tingkat kemahiran (misalnya: sangat mahir,
mahir, sebagian mahir, dan tidak mahir). Rubric penilaian dapat dapat berupa
analitik atau holistik. Analisis holistik memberikan skor keseluruhan kinerja
peserta didik, seperti menilai kompetisi Olimpiade Sains Nasional.
Dalam
rangka melaksanakan asesmen autentik yang baik, guru harus memahami secara
jelas tujuan yang ingin dicapai. Untuk itu, guru harus bertanya kepada diri
sendiri, khususnya berkaitan dengan: 1)Sikap, keterampilan, dan pengetahuan apa
yang akan dinilai, 2) fokus penilaian yang akan dilakukan, misalnya: berkaitkan
dengan sikap, keterampilan, dan pengetahuan, dan 3) tingkat pengetahuan apa
yang akan dinilai, misalnya: penalaran, memori, atau proses.
Ada
beberapa jenis asesmen disajikan berikut ini:
Asesmen
autentik sebisa mungkin melibatkan partisipasi peserta didik, khususnya dalam
proses dan aspek-aspek yang akan dinilai. Guru dapat melakukannya dengan
meminta para peserta didik menyebutkan unsur-unsur proyek atau tugas yang akan
mereka gunakan untuk menentukan kriteria penyelesaiannya. Dengan menggunakan
informasi ini guru dapat memberikan umpan balik terhadap kinerja peserta didik
baik dalam bentuk laporan naratif maupun laporan kelas.
Ada
beberapa cara berbeda untuk merekam hasil penilaian berbasis kinerja:
a) Daftar cek (checklist).
Digunakan untuk mengetahui muncul atau tidaknya unsur-unsur tertentu dari
indikator atau sub-indikator yang harus muncul dalam sebuah peristiwa atau
tindakan.
Contoh
format observasi dengan checklist
Nama
anak : hari/tanggal :
Usia
: observer :
No
|
Aspek
|
Ya
|
Tidak
|
1
|
Aspek perkembangan bahasa
|
||
2
|
Menggunakan bahasa yang santun
|
||
3
|
Menggunakan bahasa yang dapat dipahami
|
b)
Catatan
anekdot atau narasi (anecdotal/narative
records). Digunakan dengan cara guru menulis laporan narasi tentang apa
yang dilakukan oleh masing-masing peserta didik selama melakukan tindakan. Dari
laporan tersebut, guru dapat menentukan seberapa baik peserta didik memenuhi
standar yang ditetapkan.
c)
Skala
penilaian (rating scale). Biasanya
digunakan dengan menggunakan skala numerik berikut predikatnya. Misalnya:
5=baik sekali, 4=baik, 3=cukup, 2=kurang, 1=kurang sekali.
d)
Memori atau
ingatan (memory approach). Digunakan
oleh guru dengan cara mengamati peserta didik ketika melakukan sesuatu, dengan
tanpa membuat catatan. Guru menggunakan informasi dari memorinya untuk
menentukan apakah peserta didik sudah berhasil atau belum.
Pengamatan
atas kinerja peserta didik perlu dilakukan dalam berbagai konteks untuk
menetapkan tingkat pencapaian kemampuan tertentu. Untuk menilai keterampilan
berbahasa peserta didik, dari aspek keterampilan berbicara, misalnya: guru
dapat mengobservasinya pada konteks yang seperti berpidato, berdiskusi,
bercerita, dan wawancara. Dari sini akan diperoleh keutuhan mengenai
keterampilan berbicara. Untuk mengamati kinerja peserta didik dapat menggunakan
alat atau instrumen, seperti penilaian sikap, observasi perilaku, pertanyaan
langsung, atau pertanyaan pribadi.
Penilaian
diri (self asessmen) termasuk dalam
rumpun penilaian kinerja. Penilaian diri merupakan suatu teknik penilaian
dimana peserta didik diminta untuk menilai dirinya sendiri yang berkaitkan
dengan status, proses dan tingkat pencapaian kompetensi yang dipelajari
tertentu. Teknik penilaian diri dapat digunakan untuk mengukur kompetensi,
kognitif, afektif, dan psikomotorik.
v Penilaian ranah sikap. Misalnya: peserta didik diminta
mengungkapkan curahan perasaannya terhadap suatu objek tertentu berdasarkan
kriteria atau acuan yang telah disiapkan.
v Penilaian ranah keterampilan. Misalnya: peserta didik
diminta untuk menilai kecakapan atau keterampilan yang telah dikuasainya oleh
dirinya berdasarkan kriteria atau acuan yang telah disiapkan.
v Penilaian ranah pengetahuan. Misalnya: peserta didik
diminta untuk menilai penguasaan pengetahuan dan keterampilan berpikir sebagai
hasil belajar dari suatu mata pelajaran tertentu berdasarkan.
Teknik
penilaian diri bermanfaat memiliki beberapa manfaat positif yaitu: menumbuhkan
rasa percaya diri peserta didik, peserta didik menyadari kekuatan dan kelemahan
dirinya, mendorong, membiasakan, dan melatih, peserta didik berperilaku jujur,
dan menumbuhkan semangat untuk maju secara personal.
Penilaian
proyek adalah kegiatan penilaian terhadap tugas yang harus diselesaikan oleh
peserta didik menurut periode atau waktu. Penyelesaian tugas yang dimaksud
berupa inventigasi yang dilakukan oleh peserta didik, mulai dari perencanaa,
pengumpulan data, pengorganisasian, pengolahan, analisis, dan penyajian data.
Dengan demikian, penilaian proyek bersentuhan dengan aspek pemahaman,
mengaplikasikan, penyelidikan.
Ada tiga hal yang perlu diperhatikan guru dalam penilaian
proyek diantaranya:
a)
Keterampilan
peserta didik dalam memilih topik, mencari dan mengumpulkan data, mengolah, dan
menganalisis, memberi makna atas informasi yang diperoleh, dan menulis laporan.
b)
Kesesuaian atau
relevansi materi pembelajaran dengan pengembangkan sikap, keterampilan, dan
pengetahuan yang dibutuhkan oleh peserta didik.
c)
Originalitas atas
keaslian sebuah proyek pembelajaran yang dikerjakan atau dihasilakn oleh
peserta didik.
Penialain proyek berfokus pada perncanaan, pengerjaan,
dan produk proyek. Dalam kaitan ini kegiatan yang harus dilakukan oleh guru
meliputi: penyusunan rancangan dan instrumen penialian, pengumpulan data,
analisis data dan penyiapan laporan. Penialaian proyek dapat menggunakan
instrumen daftar cek, skala penilaian, atau narasi. Laporan penilaian dapat
dituangkan dalam bentuk poster atau tertulis.
Produk akhir dari sebuah proyek sangat mungkin memerlukan
penialain khusus. Penilaian produk dari sebuah proyek dimaksud untuk menilai
kualitas dan bentuk hasil akhir secara holistik dan analitik. Penilaian produk
meliputi penilaian atas kemampuan peserta didik menghasilkan produk, seperti
makanan, pakaian, hasil karya seni (gambar, lukisan, patung,), barang-barang
terbuat dari kayu, kertas, kulit, keramik, karet, plastik, dan karya logam.
Penilaian secara analitik merujuk pada semua kriteria yang harus dipenuhi untuk
menghasilkan produk tertentu. Penilaian secara holistik merujuk pada apresiasi
atau kesan secara keseluruhan atas produk yang dihasilakan.
Contoh penilaian proyek (aspek kinerja ilmiah)
Unsur yang dinilai
|
Skor
|
|||
Baik
|
Sedang
|
Kurang
|
||
Keterampilan :
1. Merencanakan penelitian/pengamatan (menyiapkan
perlengkapan, alat dan bahan).
|
||||
2. Aktivitas pelaksanaan pengamatan
|
||||
3. Membuat laporan sementara (konsep) hasil pengamatan.
|
||||
Unsur yang dinilai
|
Skor
|
|||
Baik
|
Sedang
|
Kurang
|
||
Sikap :
|
||||
Kemampuan bekerjasama dalam kelompok
|
||||
Sistematis dalam mengerjakan tugas kelompok
|
||||
Tanggung jawab dalam menjalankan tugas
|
||||
Keterangan :
Baik : 5, sedang:
3, kurang :1
Penilaian
portofolio adalah penilaian atas kumpulan artefak yang menunjukkan kemajuan dan
dihargai sebagai hasil kerja dari dunia nyata. Penilaian potofolio bisa
berangkat dari hasil kerja peserta didik secara perorangan atau diproduksi
secara berkelompok, memerlukan refleksi peserta didik, dan dievalusi
berdasarkan beberapa dimensi.
Penilaian
portofolio merupakan penilaian berkelanjutan yang didasarkan pada kumpulan
informasi yang menunjukkan perkembangan kemampuan peserta didik dalam satu
periode tertentu. Informasi tersebut dapat berupa karya peserta didik dari
proses pembelajaran yang dianggap terbaik, hasil tes (bukan nilai), atau
informasi lain yang relevan dengan sikap, keterampilan, dan pengetahuan yang
dituntut oleh topik atau mata pelajaran tertentu. Fokus penilaian portofolio
adalah kumpulan karya peserta didik secara individual atau kelompok pada satu
periode pembelajaran tertentu. Penilaian
terutama dilakukan oleh guru, meski dapat juga oleh peserta didik sendiri.
Melalui
penilaian portofolio guru akan mengetahui perkembangan atau kemajuan belajar
peserta didik. Misalnya: hasil karya mereka dalam menyuun atau membuat
karangan, puisi, surat, komposisi musik, gambar, foto, lukisan, resensi buku
(literatur), laporan penelitian, sinopsis. Atas dasar penilaian tersebut, guru
dan peserta didik dapat melakukan perbaikan yang sesuai dengan tuntutan pembelajaran.
Penilaian
portofolio dilakukan dengan menggunakan langkah-langkah seperti berikut ini:
a)
Guru menjelaskan
secara ringkas esensi penilaian portofolio.
b)
Guru bersama
peserta didik menentukan jenis portofolio yang akan dibuat.
c)
Peserta didik, baik
sendiri maupun kelompok, mandiri atau dibawah bimbingan guru menyusun
portofolio pembelajaran.
d) Guru menghimpun dan menyimpan portofolio peserta didik
pada tempat yang sesuai disertai catatan tanggal pengumpulannya.
e)
Guru menilai
portofolio peserta didik dengan kriteria tertentu.
f)
Jika kemungkinan,
guru bersama peserta didik membahas bersama dokumen portofolio yang dihasilkan.
g)
Guru memberi umpan
balik kepada peserta didik atas hasil penilaian portofolio.
Contoh
penilaian portofolio
Guru
kelas VI akan melakukan penilaian portofolio untuk melengkapi blanko penilaian
yang telah disiapkan. Setelah melalui diskusi dengan para siswa, diperoleh
keputusan bahwa siswa harus mengumpulkan portofolio.
Berkas-berkas
portofolio yang dikumpulkan siswa adalah hasil pekerjaan siswa sendiri yang
telah dilaksanakan selama belajar di kelas VI.berkas-berkas tersebut
diantaranya:
1. Gambar peta ASEAN (tugas indvidu materi IPS semester 1)
2. Laporan kegiatan karya wisata ke Gelanggang Samudra Ancol
(tugas individu semester 2).
3. Maket lalu lintas (tugas kelompok, materi IPA tentang
rangkaian listrik seri dan paralel, semester 2)
Penilaian
portofolio
1.
Gambar Peta ASEAN
Kriteria
yang digunakan untuk penilaian gambar peta:
No
|
Kriteria
|
Skor
|
Keterangan
|
1
|
Kebersihan gambar
|
Bersih = 3, agak kotor = 2, kotor = 1
|
|
2
|
Kerapian gambar
|
Rapi =3, agak rapi =2, tidak rapi =1
|
|
3
|
Memenuhi syarat peta
|
Terpenuhi = 3, kurang terpenuhi = 2, tidak terpenuhi =2
|
|
4
|
Memenuhi kompenen peta
|
Memenuhi = 3, kurang terpenuhi =2, tidak terpenuhi =1
|
|
Total
|
Skor maksimal 12
|
||
Nilai
|
2.
Laporan kegiatan
karya wisata ke Gelanggang Samudra Ancol kriteria yang digunakan untuk menilai
laporan kegiatan karya wisata ke Gelanggang Samudra Ancol:
No
|
Kriteria
|
Skor
|
Keterangan
|
1
|
Tata bahasa dan tanda baca yang digunakan
|
Tepat =3, kurang tepat =2, tidak tepat = 1
|
|
2
|
Pemilihan kosakata dan keterpaduan kalimat
|
Tepat =3, kurang tepat =2, tidak tepat =1
|
|
3
|
Kelengkapan laporan
|
Lengkap =3, kurang lengkap =, tidak lengkap =1
|
|
4
|
Sistematika laporan
|
Sistemati = 3, kurang sistematis = 2, tidak sistematis =1
|
|
5
|
Kerapian tulisan
|
Rapi = 3, kurang rapi =2, tidak rapi = 1
|
|
Total skor
|
Skor maksimal = 12
|
||
Nilai
|
3.
Maket lalu lintas
Kriteria
yang dilakukan penilaian maket lalu lintas:
No
|
Kriteria
|
Skor
|
Keterangan
|
1
|
Ketepatan pemilihan bahan dasar maket
|
Tepat = 3, kurang tepat =2, tidak tepat =1
|
|
2
|
Ketepatan pemilihan aksesoris
|
Tepat = 3, kurang tepat =2, tidak tepat = 1
|
|
3
|
Kerapian
|
Rapi = 3, kurang rapi =2, tidak rapi =1
|
|
4
|
Kebersihan
|
Bersih =3, kurang bersih =2, tidak bersih =1
|
|
5
|
Fungsi alat (alat bekerja dengan baik)
|
Baik = 3, kurang baik =2, tidak baik = 1
|
|
Total skor
|
Skor maksimal = 12
|
||
Nilai
|
Format Rekap Nilai
Portofolio
No
|
Nama
|
Portofolio
|
Total nilai
|
Nilai akhir
|
||
Keterangan :
1. Gambar peta ASEAN
2. Laporan kegiatan karya wisata ke Gelenggang Samudra Ancol
3. Maket lalu lintas.
Penilaian
tertulis atas hasil pembelajaran tetap lazim dilakukan. Tes tertulis terdiri
dari memilih atau mensuplai jawaban dan uraian. Memilih jawaban terdiri dari
pilihan ganda, pilihan bena-salah, ya-tidak, menjodohkan, dan sebab-akibat.
Mensuplai jawaban terdiri dari isian atau melengkapi, jawaban singkat atau
pendek, dan uraian. Tes tertulis berbentuk uraian atau esai menuntut peserta
didik mampu mengingat, memahami, mengorganisasikan, menerapkan, menganalisis,
mensintesis, mengevaluasi, dan sebagainya atas materi yang sudah dipelajari.
Tes tertulis berbentuk uraian sebisa mungkin yang bersifat komprehensif,
sehingga mampu menggambarkan ranah sikap, keterampilan, dan pengetahuan peserta
didik.
Pada tes tertulis
berbentuk esai, peserta didik berkesampatan memberikan jawabannya sendiri ysng
berbeda dengan teman-temannya, namun tetap terbuka memperoleh nilai yang sama.
Tes tertulis berbentuk esai biasanaya menuntut dua jenis pola jawaban yaitu jawabaan
terbuka (extended-response) atau
jawaban terbatas (restricted-response). hal
ini sangat tergantung pada bobot soal yang diberikan oleh guru. Tes semacam ini
memberi kesempatan pada guru untuk dapat mengukur hasil belajar peserta didik
pada tingkatan yang lebih tinggi atau kompleks.
Tes
lisan yakni tes yang pelaksanaannya dilakukan dengan mengadakan tanya jawab
secara langsung antara pendidik dan peserta didik. Penilaian lisan seringa
digunakan oleh pendidik di kelas untuk
menilai peserta didik dengan cara memberikan beberapa pertanyaan secara
lisan dan dijawab oleh peserta didik secara lisan juga.
Pertanyaan
lisan merupakan variasi dari tes uraian. Penilaian ini sering digunakan pada
ujian akhir mata pelajaran agama dan sosial. Kelebihan penilaian ini antara
lain: memberikan kesempatan kepada peserta didik dan peserta didik untuk
menentukan sampai seberapa baik pendidik atau peserta didik dapat menyimpulkan
atau mengekspresikan dirinya, peserta didik tidak tergantung untuk memilih
jawaban tetapi memberikan jawaban yang benar, peserta didik dapat memberikan
respon dengan bebas.
Penilaian
lisan bertujuan untuk mengungkapkan sebanyak mungkin pengetahuan dan pemahaman
peserta didik tentang materi yang diuji. Sedangkan kelemahan penilaian lisan
ini adalah subjektivitas pendidik sering mencemari hasil tes dan waktu
pelaksanaan yang diperlukan relatif cukup lama.
Penilaian lisan dapat dilakukan dengan teknik sebagai
berikut:
a)
Sebelum
dilaksanakan tes lisan, pendidik sudah melakukan inventarisasi berbagai jenis
soal yang akan diajukan kepada peserta didik, sehingga dapat diharapkan
memiliki validitas yang tinggi dan baik dari segi isi maupun konstruksinya.
b)
Siapkan pedoman dan
ancar-ancar jawaban bentuknya, agar mempunyai kriteria pasti dalam penskoran
dan tidak terkecok dengan jawaban yang panjang lebar dan terbelit-belit.
c)
Skor ditentukan
saat masing-masing peserta didik selesai dites, agar pemberian skor atau nilai
yang diberikan tidak dipengaruhi oleh jawaban yang diberikan kepada peserta
didik yang lain.
d)
Tes yang diberikan
hendaknya tidak menyimpang atau berubah arah dari evaluasi menjadi diskusi.
e)
Untuk menegakan
obyektivitas dan prinsip keadilan. Pendidik tidak diperkenankan memberikan
angin segar atau memancing dengan kata-kata atau kode tertentu yang bersifat
menolong peserta didik dengan alasan kasian atau rasa simpati.
f)
Tes lisan harus
berlangsung secara wajar, artinya jangan sampai menimbulkan rasa takut, gugup,
atau panik dikalangan peserta didik.
g)
Pendidik mempunyai
pedoman waktu bagi peserta didik dalam menjawab soal-soal atau pertanyaan pada
tes lisan.
h)
Pertanyaan yang
diajukan hendaknya bervariasi, dalam arti bahwa sekalipun inti persoalan yang
ditanyakan sama, namun cara pengajuan pertanyaannnya dibuat belainan atau
beragam.
i)
Pelaksanaan tes
dilakukan secara individual, agar tidak mempengaruhi mental peserta didik yang
lainnya.
Secara umum terdapat berbagai tekni
penilaian yang dapat digunakan. Teknik penilaian dalam pembelajaran menurut Tim
Pengembangan Buku Panduan Tematik Depdiknas (2013) adalah sebagai berikut:
1.
Tes (tertulis, lisan,
dan praktik atau unjuk kerja)
2.
Teknik observasi atau
pengamatan yang dilakukan selama pembelajaran berlangsung atau diluar
pembelajaran.
3.
Teknik pemberian tugas
untuk perorangan atau kelompok yang dapat berbentuk tugas rumah atau proyek.
Instrumen Penilaian
1) Instrumen
tes tertulis dalam bentuk soal
Penilaian secara
tertulis dilakukan dengan te tertulis. Penilaian jenis ini cenderung digunakan
untuk mengukur kemampuan peserta didik yang berkaitan dengan konsep, prosedur,
dan aturan-aturan. Tes tertulis merupakan tes dimana soal dan jawaban yang diberikan
kepada peserta didik dalam bentuk tulisan. Dalam menjawab soal, peserta didik
tidak selalu merespon dalam bentuk menulis jawaban tetapi dapat juga dalam
bentuk yang lain seperti memberi tanda, mewarnai, menggambar dan lain
sebagainya.
Ada dua bentuk soal tes tertulis, yaitu:
a. Soal
dengan memilih jawaban [Pilihan
ganda, Dua pilihan
(benar-salah, ya-tidak), Menjodohkan]
b. Soal
dengan mensuplai-jawaban [isian
singkat atau melengkapi, Uraian
terbatas, Uraian objektif atau
non-objektif, Uraian
tersetruktur atau non-setruktur]
Dari berbagai penilaian tertulis, tes memilih
jawaban benar-salah, isian singkat, dan menjodohkan merupakan alat yang hanya
menilai kemampuan berfikir rendah, yaitu kemampuan mengingat (pengetahuan). Tes
pilihan ganda dapat digunakan untuk menilai kemampuan mengingat dan memahami.
Pilihan ganda mempunyai kelemahan, yaitu peserta didik tidak mengembangkan
sendiri jawabannya tetapi cenderung hanya memilih jawaban yang benar dan jika
peserta didik tidak mengetahui jawaban yang benar, maka peserta didik akan cenderung
menerka jawaban. Hal ini menimbulkan kecenderungan peserta didik tidak belajar
untuk memahami pelajaran tetapi menghafalkan soal dan jawabannya. Selain itu
pilihan ganda kurang mampu memberikan informasi yang cukup untuk dijadikan
umpan balik guna mendiagnosis atau memodifikasi pengalaman belajar. Oleh karena
itu, kurang dianjurkan pemakaiannya dalam penilaian kelas.
Tes tertulis bentuk uraian adalah alat penilian yang
enuntut peerta didik untuk mengingat, memahami, dan mengorganisasikan
gagasannya atau hal-hal yang sudah dipelajari. Peserta didik mengemukakan atau
mengekspreikan gagasan tersebut dalam bentuk uraian tertulis dengan menggunakan
kata-katanya sendiri. Alat ini dapat menilai berbagai jenis kompetensi,
misalnya mengemukakan pendapat, berfikir logis, dan menyimpulkan. Kelemahan
alat ini antara lain cakupan materi yang ditanyakan terbatas.
Dalam menyesun instrumen penilaian
tertulis perlu dipertimbangkan hal-hal berikut:
1)
Materi, misalnya
kesesuain soal dengan kompetensi dasar dan indikator pencapaian pada kurikulum
tingkat satuan pendidikan.
2)
Konstruksi, misalnya
rumusan soal atau pertanyaan harus jelas dan tegas.
3)
Bahasa, misalnya
rumusan soal tidak menggunakan kata atau kalimat yang menimbulkan penafsiran
ganda.
4)
Kaidah penulisan harus
berpedoma pada kaidah penulisan soal yang baku dari berbagai bentuk soal
penilaian.
Contoh Penilaian
Tertulis.
Mata Pelajaran : Matematika
Kelas/Semester : II / 1
No
|
SK
|
KD
|
Indikator
|
KK
|
Aspek
|
Tehnik
Penilaian
|
1
|
Menggunakan
pengukuran waktu, panjang, dan berat dalam pemecahan masalah.
|
Menggunakan alat ukur tidak baku dan
baku (cm, m) yang sering di gunakan
|
Peserta
didik menyebutkan macam-macam alat ukur panjang tidak baku dalam kehidupan
sehari-hari (jengkal, depa, langkah, kaki,
dan lain-lain).
Peserta
didik dapat menggunakan alat ukur tidak baku (jengkal, depa, pecak, [panjang
telapak kaki} langkah kaki.
Peserta
didik menyebutkan alat ukur baku cm, m, yang bisa digunakan dalam kehidupan
sehari-hari.
Peserta
didik dapa menggunakan alat ukur baku untuk mengukur panjang suatu benda.
Peserta
didik dapat menarik kesimpulan bahwa pengukur dengan alat ukur tidak baku
hasilnya berbeda.
|
65%
65%
65%
60%
|
Pemahaman konsep
Penalaran dan komunikasi
Pemahaman konsep
Pemecahan masalah
|
Tertulis
Unjuk Kerja
Tertulis
Tertulis
|
a. Bentuk
pilihan ganda
Berilah tanda
silang pada huruf di depan jawaban
yang paling tepat. Skor : setiap jawaban benar diberi nilai 1.
1)
Yang termasuk alat ukur
tidak baku yaitu.......
[ Mster, Centimeter, Jengkal ]
2)
Yang termasuk alat ukur
baku adalah:
[Cm,
Depa, dan Langkah kaki ]
b. Bentuk
isian
Istilah titik-titik dibawah ini
dengn jawaban yang sigkat dan tepat. Skor : setiap jawaban benar diberi nilai 2.
a.
Satuan panjang
centimeter dan meter adalah contoh alat ukur....
b.
Satuan panjang langkah
kaki, depa, dan jengkal termasuk ukur.
c.
Karena menggunakan alat
ukur tidak baku, maka hasilnya pengukurannya......
Penilaian
Contoh Rubrik Penilaian Bermain
Peran:
No
|
Kriteria
|
Baik
sekali
4
|
Baik
3
|
Cukup
2
|
Perlu
Bimbingan
1
|
1
|
Ekspresi
|
Mimik
wajah dan gerak tubuh sesuai dengan dialog secara konsisten.
|
Mimik
wajah dan gerak tubuh sesuai dengan dialog tetapi tidak konsisten.
|
Mimik
wajah dan gerakan tubuh tidak sesuai dengan dialog
|
Monoton,
tanpa ekspresi
|
2
|
Volume
suara
|
Terdenger
jelas hingga seluruh ruang kelas
|
Terdengar
jelas hingga setengah ruang kelas
|
Hanya
terdengar di bagian depan ruang kelas
|
Sangat
pelan atau tidak terdengar
|
Instrumen Unjuk Kerja dalam bentuk Rubrik Penilaian
Contoh Rubrik Penilaian Bermain
Peran:
Catatan : jumlah kriteria dapat dikembangkan sesuai
dengan tujuan penilaian.
Cara Penilaian Bermain Peran
No
|
Nama
siswa
|
Perolehan
skor
|
|
Kriteria
1
|
Kriterian
2
|
||
1
|
Alvira
|
4
|
3
|
2
|
Budi
|
4
|
2
|
Dst
|
Rumus
perhitungan sebagai berikut:
Jumlah skor yang diperoleh siswa skor
ideal x 100
Keterangan
·
Jumlah skor yang
diperoleh siswa adalah jumlah skor yang diperoleh siswa dari kriteria 1 dan
kriteria 2.
·
Skor ideal adalah
perkalian dari banyaknya kriteria dengan skor tinggi.
·
Pada contoh ini, skor
ideal = 2 x 4 = 8
Perhitungan nilai akhir siswa:
Alvira: 7/8
x 100 = 87,5
8/8 x 100 = 100
Contoh
Lembar Pengamatan Mengenal Nama-nama Hari:
No
|
Kriteria
|
Terlihat/teramati
(
|
Belum
terlihat/teramati
(
|
1
|
Siswa dengan
bantuan guru mampu membuat jadwal piket
|
.......
|
........
|
2
|
Siswa mampu
menyebut nama-nama hari pada jadwal piket
|
.........
|
........
|
3
|
Siswa mampu
menyanyikan lagu nama-nama hari.
|
............
|
.........
|
Hasil
Pengamatan Mengenai nama-nama Hari:
No
|
Nama
Siswa
|
Kriteria
1
|
Kriteria
2
|
Kriteria
3
|
|||
Terlihat
(
|
Belum
terlihat
(
|
Terlihat
(
|
Belum
terlihat
(
|
Terlihat
(
|
Belum
terlihat
(
|
||
1
|
Alvira
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
2
|
Budi
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
Penilaian Sikap atau
Karakter Siswa
Sikap bermula
dari perasaan (suka atau tidak suka) yang terkait dengan kecenderungan
seseorang dalam merespons sesuatu atau objek. Sikap juga sebagai ekspresi dari
nilai-nilai atau pandangan hidup yang dimiliki oleh seseorang. Sikap terdiri
dari tiga komponen, yaitu: afektif, kognitif, dan perilaku. Komponen afektif
adalah perasaan yang dimiliki oleh seseorang mengenai objek. Komponen kognitif
adalah kepercayaan atau keyakinan seseorang mengenai objek. Adapun komponen
konatif/ perilaku adalah kecenderungan untuk berperilaku atau berbuat dengan
cara-cara tertentu berkenaan dengan kehadiran objek sikap.
Secara umum,
objek sikap yang perlu dinalai dalam proses pembelajaran adalah:
a)
Sikap terhadap materi
pelajaran.
Peserta didik
perlu memiliki sikap positif terhadap mata pelajaran. Dengan sikap positif
dalam diri peserta didik akan tumbuh dan berkembang mint belajar, akan lebih
mudah diberi motivasi, dan akan lebih mudah menyerab materi pelajaran yang
diajarkan.
b)
Sikap terhadap guru
atau pengajar.
Peserta didik perlu
memiliki sikap positif terhadap guru. Peserta didik yang tidak memiliki sikap
positif terhadap guru akan cenderung mengabaikan hal-hal yang diajarkan. Dengan
demikian, peserta didik yang memiliki ikap negatif terhadap guru atau pengajar
akan sukar menyerap materi yang diajarkan oleh guru tersebut.
c)
Sikap terhadap proses
pembelajaran.
Peserta didik
juga perlu memiliki sikap positif terhadap proses pembelajaran yang
berlangsung. Proses pembelajaran mencakup suasana pembelajaran, strategi,
metodologi, dan teknik pembelajaran yang digunakan. Proses pembelajaran yang
menarik, nyaman dan menyenangkan dapat menumbuhkan motivasi belajar peserta
didik sehingga dapat mncapai hasil belajar yang maksimal.
d)
Sikap berkaitan dengan
nilai atau norma yang berhubungan dengan suatu materi pelajaran.
Misalnya:
masalah lingkungan hidup (materi Biologi atau Geografi). Peserta didik perlu
memiliki sikap yang tepat, yang dilandasi oleh nilai-nilai positif terhadap
kasus lingkungan tertentu (kegiatan pelestarian/kasus perusakan lingkungan
hidup). Misalnya: peserta didik memiliki sikap positif terhadap program
lindungan satwa liar.
Penilaian sikap
dapat dilakukan dengan beberapa cara atau teknik. Teknik-teknik tersebut antara
lain:
1.
Observasi perilaku
Perilaku
seseorang pada umumnya menunjukkan kecenderungan seseorang dalam sesuatu hal.
Misalnya orang yang biasa minum kopi dapat dipahami sebagai kecenderungannya
yang senang pada kopi. Oleh karena itu, guru dapat melakukan observasi terhadap
peserta didik yang dibinanya. Hasil
observasi dapat dijadikan sebagai umpan balik dalm pembinaan. Observasi
perilaku di sekolah dapat dilakukan dengan menggunakan buku catatan khusus
tentang kejadia-kejadian berkaitan dengan peserta didik selama di sekolah.
2.
Pertanyaan langsung
Kita juga dapat
menanyakan secara langsung tentang sikap seseorang yang berkaitan dengan
sesuatu hal. Misalnya, bagaimana tanggapan peserta didik tentang kebijakan yang
baru dilakukan di sekolah mengenai “Peningkatan Ketertiban”.
3.
Berdasarkan jawaban dan
reaksi lain yang tampil dalam memberi jawaban dapat dipahami sikap peserta
didik itu terhadap objek sikap. Dalam penilaian sikap peserta didik di sekolah,
guru juga dapat menggunakan teknik ini dalam menilai sikap dan membina peserta
didik.
4.
Laporan pribadi.
Teknik
ini meminta peerta didik membuat ulasan yang berisi pandangan atau tanggapannya
tentang suatu masalah, keadaan, atau hal yang menajdi objek sikap. Misalnya:
peserta didik diminta menulis pandangannya tentang “Kerusuhan Antaretnis” yang
terjadi akhir-akhir ini di Indonesia. Dari ulasan yang dibuat peserta didik
dapat dibaca dan dipahami kecenderungan sikap yang dimilikinya.
Contoh:
a)
Pada semester I,
berbagai sikap atau nilai karakter yang akan dikembangkan meliputi: jujur,
disiplin, tanggung jawab, santun, peduli, percaya diri, patuh terhadap tata
tertib, teliti, kasih sayang, kerjasama, menghargai, dan sebagainya.
b)
Untuk mencapai sikap
atau nilai karakter tersebut, selain dilakukan secara tidak langsung melalui
berbagai aktivitas pembelajaran yang dilakukan, guru diharapkan dapat melakukan
penilaian secara langsung atas ketercapaian nilai karakter tertentu pada diri
siswa. Langkah-langkah dibawah ini dijadika pertimbangan untuk melakukan
penilaian.
c)
Mengingat kendala yang
ada, terutama ketersediaan waktu maka dalam I semester, guru dapat menentukan 2
atau 3 nilai karakter yang akan dikembangkan dan dinilai secara langsung. Jenis
karakter yang akan dikembangkan, hendaknya menjadi keputusan sekolah, meskipun
tidak menutup kemungkinan, dalam satu kelas ada tambahan 1 atau 2 nilai
karakter lain, sesuai dengan kebutuhan di kelas tersebut.
d) Misalnya:
dalam 1 semester ini, nilai karakter yang akan dikembangkan adalah: disiplin,
kerjasama, dan percaya diri.
Setiap karakter
dibuatkan indikator. Contoh indikator disiplin dapat dilihat pada tabel berikut
ini:
Nilai karakter
yang dikembangkan
|
Definisi
|
Indikator
|
Disiplin
|
Ketaatan atau
kepatuhan terhadap peraturan.
|
Kehadiran
ke sekolah tepat waktu.
Senantiasa
menjalankan tugas piket.
Menyelesaikan
tugas sesuai waktu yang ditentukan.
|
Kembangkan instrumen penilaian, misalnya lembar
pengamatan.
Contoh
Lembar Pengamatan
Bulan:.............2013
No
|
Nama
|
Perkembangan *)
|
|||||||||||
Minggu 1
|
Minggu 2
|
Minggu 3
|
|||||||||||
BT
|
MT
|
MB
|
SM
|
BT
|
MT
|
MB
|
SM
|
BT
|
MT
|
MB
|
SM
|
||
1
|
Alvira
|
||||||||||||
2
|
Budi
|
||||||||||||
Dst
|
Nilai
karakter yang dikembangkan : disiplin
*) guru
memberikan
tanda (
) pada setiap kriteria sesuai dengan
nilai karakter yang muncul dari siswa.
Keterangan :
Tahapan
perkembangan nilai karakter sebagaimana
tercantum dalam Kerangka Acuan Pendidikan Karakter (Kemendiknas, 2010).
BT:
Belum Terlihat
Apabila peserta
didik belum memperlihatkan tanda-tanda awal perilaku yang dinatakan dalam
indikator-indikator karena belum memahami makna dari nilai tersebut (Tahap Anomi).
MT:
Mulai Terlihat
Apabila peserta
didik sudah mulai memperlihatkan adanya tanda-tanda awal perilaku yang
dinyatakan dalam indikator tetapi belum konsisten karena sudah ada pemahaman
dan mendapat penguatan lingkungan terdekat (Tahap
Heteronomi).
MB:
Mulai Berkembang
Apabila peserta
didik sudah memperlihatkan berbagai tanda perilaku yang dinyatakan dalam
indikator dan mulai konsisten karena selain sudah ada pemahaman dan kesadaran
juga mendapatkan penguatan lingukungan terdekat dan lingkungan yang lebih luas (Tahap Sosionomi).
SM:
Sudah Membudaya
Apabila peserta
didik terus-menerus memperlihatkan perilaku yang dinyatakan dalam indikator
secara konsisten karena selain sudah ada pemahaman ada kesdaran dan mendapat
penguatan lingkungan terdekat dan lingkungan yang lebih luas sudah tumbuh
kematangan moral (Tahap Autonomi).
DAFTAR PUSTAKA
Majid, Abdul. 2014. Pembelajaran
Tematik Terpadu. Bandung: Remaja Rosdakarya.