Friday, March 27, 2020

Konsep Penilaian Otentik Dalam Pembelajaran Tematik Terpadu


Berdasarkan peraturan pemerintah Nomor 19 tahun 2005 pasal 63 bahwa penilaian hasil belajar dilakukan oleh pendidik, satuan pendidik, dan oleh pemerintah. Penilaian hasil belajar oleh pendidik dilakukan secara berkesinambungan untuk memantau proses, kemajuan dan perbaikan hasil dalam bentuk ulangan harian, ulangan tengah semester, dan ulangan akhir semester. Penilaian pendidik digunakan untuk menilai pencapaian kompetensi peserta didik, bahan penyusunan laporan kemajuan hasil belajar, dan memperbaiki proses pembelajaran. Penilaian hasil belajar oleh satuan pendidikan bertujuan menilai pencapaian standar kompetensi lulusan untuk semua mata pelajaran, sedangkan penilaian hasil belajar oleh pemerintah bertujuan untuk menilai pencapaian kompetensi lulusan secara nasional pada mata pelajaran tertentu dalam kelompok mata pelajaran ilmu pengetahuan dan teknologi yang dilakukan dalam bentuk ujian nasional.
Penilaian adalah rangkaian kegiatan untuk memperoleh, menganalisis dan menafsirkan data tentang proses dan hasil belajar peserta didik yang dilakukan secara sistematis dan berkesinambungan sehingga dapat menjadi informasi yang bermakna dalam pengambilan keputusan.
Penilaian autentik menurut beberapa sumber sebagaimana tertulis dalam Materi Pelatihan Guru Implementasi Kurikulum2013 adalah: American Library Association mendefinisikan sebagai proses evaluasi untuk mengukur kinerja, prestasi, motivasi, dan sikap-sikap peserta didik pada aktivitas yang relevan dalam pembelajaran. Newton Public School, mengartikan bahwa penilaian autentik sebagai penilaian atas produk dan kinerja yang berhubungan dengan pengalaman kehidupan nyata peserta didik, Wiggins mendefinisikan penilaian autentik sebagai upaya pemberian tugas kepada peserta didik yang mencerminkan prioritas dan tantangan yang ditemukan dalam aktivitas-aktivitas pembelajaran, seperti:meneliti, menulis, merevisi, dan lain-lain.
Penilaian autentik merupakan penilaian kinerja, termasuk didalamnya penilaian portofoliodan penilaian projek. Penilaian autentik disebut juga penilaian responsif, suatu metode untuk menilai proses dan hasil belajar peserta didik yang memiliki ciri-ciri khusus, mulai dari mereka yang mengalami kelainan, memiliki bakat dan minat khusus, hingga yang jenius. Penilaian autentik dapat diterapkan dalam berbagai bidang ilmu seperti seni atau ilmu pengetahuan pada umumnya, dengan orientasi utamanya pada proses dan hasil pembelajaran.
Hasil penilaian autentik dpat digunakan oleh peserta didik untuk merencanakan program perbaikan (remidial), pengayaan, atau pelayanan konseling. Selain itu, hasil penilaian autentik dapat digunakan sebagai bahan untuk memperbaiki proses pembelajaran yang memenuhistandar penilaian pendidikan.
Penilaian autentik adalah suatu penilaian belajar yang merujuk pada situasi atau konteks “dunia nyata” yang memerlukan berbagai macam pendekatan untuk memecahkan masalah yang memberikan kemungkinan bahwa satu masalah bisa mempunyai lebih dari satu macam pemecahan.

Berdasarkan latar belakang diiatas, rumusan makalah makalah ini meliputi:
1.         Apa pengertian dari assesmen autentik dan belajar ?
2.         Apa jenis-jenis dari assessmen autentik?
3.         Bagaimana instrumen dalam penilaian autentik?

Tujuan penulisan makalah ini meliputi :
1.         Dapat mengetahui pengertian assesmen autentik dan belajar.
2.         Dapat mengetahui jenis-jenis assesmen autentik.
3.         Dapat mengetahui instrumen dalam penilaian autentik





A.    Pengertian Asesmen Autentik dan Belajar Otentik
        Asessmen autentik merupakan pengukuran yang bermakna secara signifikan atas hasil belajar peserta didik untuk ranah ikap, pengetahuan, keterampilan, dan pengetahuan. Istilah asessmen merupakan sinonim dari penilaian, pengukuran, pengujian, atau evaluasi. Istilah autentik merupakan sinonim dari asli, nyata, valid, dan reliabel.  Secara konseptual asessmen autentik lebih bermakna secara signifikan dibandingkan dengan tes pilihan ganda terstandar sekalaipun. Ketika menerapkan asessmen autentik untuk megetahui hasil dan prestasi belajar peserta didik, guru menerapakan kriteria yang berkaitan dengan konstruksi pengetahuan, aktivitas mengamati dan mencoba, dan nilai prestasi luar sekolah.

Dalam American Library Association, asessmen autentik di definisikan sebagai proses evaluasi untuk mengukur kinerja, prestasi, motivasi, dan sikap-sikap peserta didik pada aktivitas yang relevan dalam pembelajaran.

Dalam Newton Public School, asessmen autentik diartikan sebagai penilaian atas proyek dan kinerja yang berhubungan dengan pengalaman kehidupan nyata peserta didik.

Menurut Wiggins, asessmen autentik sebagai upaya pemberian tugas kepada peserta didik yang mencerminkan prioritas dan tantangan yang ditemukan dalam aktivitas-aktivitas pembelajaran, seperti: meneliti, menulis, merevisi, dan membahas artikel, memberikan analisa oral terhadap peristiwa, berkolaborasi dengan antarsesama melalui debat.
Asesmen otentik meniscayakan proses belajar yang otentik pula. Menurut Ormiston belajar otentik mencerminkan tugas dan pemecahan masalah yang dilakukan oleh para peserta didik dikaitkan dengan realitas di luar sekolah atau kehidupan pada umunya. Asesmen semacam ini cenderung berfokus pada tugas-tugas kompleks atau kontekstual bagi peserta didik, yang memungkinkan mereka secara nyata menunukkan kompetensi atau keterampilan yang dimilikinya. Sebagai contoh, asesmen otentik antara lain keterampilan kerja, kemampuan mengaolikasikan atau menunjukkan perolehan pengetahuan tertentu, simulasi dan bermain peran, portofolio, memilih kegiatan yang strategis, serta memamerkan dan menampilkan sesuatu.
Menurut Ormiston belajar otentik mencerminkan tugas dan pemecahan masalah yang diperlukan dalam kenyataannya di luar sekolah. Asesmen otentik terdiri dari berbagai teknik penilaian.
Pertama, pengukuran langsung keterampilan peserta didik yang berhubungan dengan hasil jangka panjang pendidikan seperti kesuksesan di tempat kerja. Kedua, penilaian atas tugas-tugas yang memerlukan keterlibatan yang luas dan kinerja yang kompleks. Ketiga, analisis proses yang digunakan untuk menghasilkan respons peserta didik atas perolehan sikap, keterampilan, dan pengetahuan yang ada.
Dengan demikian, asesmen otentik akan bermakna bagi guru untuk menentukan cara-cara terbaik agar semua siswa dapat mencapai hasil akhir, meski dengan satuan waktu yang berbeda. Konstruksi sikap, keterampilan dan pengetahuan dicapai melalui penyelesaian tugas di mana peserta didik telah memainkan peran aktif dan kreatif. Keterlibatan peserta didik dalam melaksanakan tugas sangat bermakna bagi perkembangan pribadi mereka.
Dalam pembelajaran otentik, peserta didik diminta mengumpulkan informasi dengan pendekatan saintifik, memahami aneka fenomena atau gejala dan hubungannya satu sama lain secara mendalam, serta mengaitkan apa yang dipelajari dengan dunia nyata luar sekolah. Di sini, guru dan peserta didik memiliki tanggung jawab atas apa yang terjadi. Peserta didik pun tahu apa yang mereka ingin pelajari, memiliki parameter waktu yang fleksibel, dan bertanggung jawab untuk tetap pada tugas. Asesmen otentik pun mendorong peserta didik mengonstruksi, mengorganisasikan, menganalisis, menyintesis, menafsirkan, menjelaskan, dan mengevaluasi informasi untuk kemudian mengubahnya menjadi pengetahuan baru.
Sejalan dengan deskripsi di atas, pada pembelajaran otentik, guru harus menjadi “guru otentik”. Peran guru bukan hanya pada proses pembelajaran, melainkan juga pada penilaian. Untuk bisa melaksanakan pembelajaran otentik, guru harus memenuhi kriteria tertentu seperti disajikan berikut ini.
1.      Mengetahui bagaimana menilai kekuatan dan kelemahan peserta didik serta desain pembelajaran.
2.      Mengetahui bagaimana cara membimbing peserta didik untuk mengembangkan pengetahuan mereka sebelumnya dengan cara mengajukan pertanyaan dan menyediakan sumber daya memadai bagi peserta didik untuk melakukan akuisisi pengetahuan.
3.      Menjadi pengasuh proses pembelajaran, melihat informasi baru, dan mengasimilasikan pemahaman peserta didik.
4.      Menjadi kreatif tentang bagaimana proses belajar peserta didik dapat diperluas dengan menimba pengalaman dari dunia di luar tembok sekolah.
Asesmen otentik adalah komponen penting dari reformasi pendidikan sejak tahun 1990-an. Wiggins (1993) menegaskan bahwa metode penilaian tradisional untuk mengukur prestasi, seperti tes pilihan ganda, benar/salah, menjodohkan, dan lain-lain telah gagal mengetahui kinerja peserta didik yang sesungguhnya. Tes semacam ini telah gagal memperoleh gambaran yang utuh mengenai sikap, keterampilan, dan pengetahuan peserta didik dikaitkan dengan kehidupan nyata mereka di luar sekolah atau masyarakat.
Asesmen hasil belajar yang tradisional bahkan cenderung mereduksi makna kurikulum karena tidak menyentuh esensi nyata dari proses dan hasil belajar peserta didik. Ketika asesmen tradisional cenderung mereduksi makna kurikulum, tidak mampu menggambarkan kompetensi dasar, dan rendah daya prediksinya terhadap derajat sikap, keterampilan, dan kemampuan berfikir yang diartikulasikan dalam mata pelajaran atau disiplin ilmu; ketika itu pula asesmen otentik memperoleh traksi yang cukup kuat. Memang, pendekatan apapun yang dipakai dalam penilaian tetap tidak luput dari kelemahan dan kelebihan. Namun demikian, sudah saatnya guru bersikap professional pada semua satuan pendidikan memandu gerakan memadukan potensi peserta didik, sekolah, dan lingkungannya melalui asesmen proses dan hasil belajar yang otentik.
Data asesmen otentik digunakan untuk berbagai tujuan seperti menentukan kelayakan akuntabilitas implementasi kurikulum dan pembelajaran di kelas tertentu. Data asesmen otentik dapat dianalisis dengan metode kualitatif maupun kuantitatif. Analisis kualitatif dari asesmen otentik berupa narasi atau deskripsi atas capaian hasil belajar peserta didik, misalnya, mengenai keunggulan dan kelemahan, motivasi, keberanian berpendapat, dan sebagainya. Analisis kuantitatif dari data asesmen otentik menerapkan rubrik skor atau daftar cek (checklist) untuk menilai tanggapan relative peserta didik relatif terhadap kriteria dalam kisaran terbatas dari empat atau lebih tingkat kemahiran (misalnya: sangat mahir, mahir, sebagian mahir, dan tidak mahir). Rubric penilaian dapat dapat berupa analitik atau holistik. Analisis holistik memberikan skor keseluruhan kinerja peserta didik, seperti menilai kompetisi  Olimpiade Sains Nasional.
Dalam rangka melaksanakan asesmen autentik yang baik, guru harus memahami secara jelas tujuan yang ingin dicapai. Untuk itu, guru harus bertanya kepada diri sendiri, khususnya berkaitan dengan: 1)Sikap, keterampilan, dan pengetahuan apa yang akan dinilai, 2) fokus penilaian yang akan dilakukan, misalnya: berkaitkan dengan sikap, keterampilan, dan pengetahuan, dan 3) tingkat pengetahuan apa yang akan dinilai, misalnya: penalaran, memori, atau proses.

Ada beberapa jenis asesmen disajikan berikut ini:
Asesmen autentik sebisa mungkin melibatkan partisipasi peserta didik, khususnya dalam proses dan aspek-aspek yang akan dinilai. Guru dapat melakukannya dengan meminta para peserta didik menyebutkan unsur-unsur proyek atau tugas yang akan mereka gunakan untuk menentukan kriteria penyelesaiannya. Dengan menggunakan informasi ini guru dapat memberikan umpan balik terhadap kinerja peserta didik baik dalam bentuk laporan naratif maupun laporan kelas.
Ada beberapa cara berbeda untuk merekam hasil penilaian berbasis kinerja:
a)    Daftar cek (checklist). Digunakan untuk mengetahui muncul atau tidaknya unsur-unsur tertentu dari indikator atau sub-indikator yang harus muncul dalam sebuah peristiwa atau tindakan.

Contoh format observasi dengan checklist
Nama anak      :                                   hari/tanggal     :
Usia                 :                                   observer           :
No
Aspek
Ya
Tidak
1
Aspek perkembangan bahasa


2
Menggunakan bahasa yang santun


3
Menggunakan bahasa yang dapat dipahami



b)   Catatan anekdot atau narasi (anecdotal/narative records). Digunakan dengan cara guru menulis laporan narasi tentang apa yang dilakukan oleh masing-masing peserta didik selama melakukan tindakan. Dari laporan tersebut, guru dapat menentukan seberapa baik peserta didik memenuhi standar yang ditetapkan.
c)    Skala penilaian (rating scale). Biasanya digunakan dengan menggunakan skala numerik berikut predikatnya. Misalnya: 5=baik sekali, 4=baik, 3=cukup, 2=kurang, 1=kurang sekali.
d)   Memori atau ingatan (memory approach). Digunakan oleh guru dengan cara mengamati peserta didik ketika melakukan sesuatu, dengan tanpa membuat catatan. Guru menggunakan informasi dari memorinya untuk menentukan apakah peserta didik sudah berhasil atau belum.

Pengamatan atas kinerja peserta didik perlu dilakukan dalam berbagai konteks untuk menetapkan tingkat pencapaian kemampuan tertentu. Untuk menilai keterampilan berbahasa peserta didik, dari aspek keterampilan berbicara, misalnya: guru dapat mengobservasinya pada konteks yang seperti berpidato, berdiskusi, bercerita, dan wawancara. Dari sini akan diperoleh keutuhan mengenai keterampilan berbicara. Untuk mengamati kinerja peserta didik dapat menggunakan alat atau instrumen, seperti penilaian sikap, observasi perilaku, pertanyaan langsung, atau pertanyaan pribadi.

Penilaian diri (self asessmen) termasuk dalam rumpun penilaian kinerja. Penilaian diri merupakan suatu teknik penilaian dimana peserta didik diminta untuk menilai dirinya sendiri yang berkaitkan dengan status, proses dan tingkat pencapaian kompetensi yang dipelajari tertentu. Teknik penilaian diri dapat digunakan untuk mengukur kompetensi, kognitif, afektif, dan psikomotorik.

v Penilaian ranah sikap. Misalnya: peserta didik diminta mengungkapkan curahan perasaannya terhadap suatu objek tertentu berdasarkan kriteria atau acuan yang telah disiapkan.
v Penilaian ranah keterampilan. Misalnya: peserta didik diminta untuk menilai kecakapan atau keterampilan yang telah dikuasainya oleh dirinya berdasarkan kriteria atau acuan yang telah disiapkan.
v Penilaian ranah pengetahuan. Misalnya: peserta didik diminta untuk menilai penguasaan pengetahuan dan keterampilan berpikir sebagai hasil belajar dari suatu mata pelajaran tertentu berdasarkan.

Teknik penilaian diri bermanfaat memiliki beberapa manfaat positif yaitu: menumbuhkan rasa percaya diri peserta didik, peserta didik menyadari kekuatan dan kelemahan dirinya, mendorong, membiasakan, dan melatih, peserta didik berperilaku jujur, dan menumbuhkan semangat untuk maju secara personal.

Penilaian proyek adalah kegiatan penilaian terhadap tugas yang harus diselesaikan oleh peserta didik menurut periode atau waktu. Penyelesaian tugas yang dimaksud berupa inventigasi yang dilakukan oleh peserta didik, mulai dari perencanaa, pengumpulan data, pengorganisasian, pengolahan, analisis, dan penyajian data. Dengan demikian, penilaian proyek bersentuhan dengan aspek pemahaman, mengaplikasikan, penyelidikan.

Ada tiga hal yang perlu diperhatikan guru dalam penilaian proyek diantaranya:
a)        Keterampilan peserta didik dalam memilih topik, mencari dan mengumpulkan data, mengolah, dan menganalisis, memberi makna atas informasi yang diperoleh, dan menulis laporan.


b)        Kesesuaian atau relevansi materi pembelajaran dengan pengembangkan sikap, keterampilan, dan pengetahuan yang dibutuhkan oleh peserta didik.
c)        Originalitas atas keaslian sebuah proyek pembelajaran yang dikerjakan atau dihasilakn oleh peserta didik.

Penialain proyek berfokus pada perncanaan, pengerjaan, dan produk proyek. Dalam kaitan ini kegiatan yang harus dilakukan oleh guru meliputi: penyusunan rancangan dan instrumen penialian, pengumpulan data, analisis data dan penyiapan laporan. Penialaian proyek dapat menggunakan instrumen daftar cek, skala penilaian, atau narasi. Laporan penilaian dapat dituangkan dalam bentuk poster atau tertulis.

Produk akhir dari sebuah proyek sangat mungkin memerlukan penialain khusus. Penilaian produk dari sebuah proyek dimaksud untuk menilai kualitas dan bentuk hasil akhir secara holistik dan analitik. Penilaian produk meliputi penilaian atas kemampuan peserta didik menghasilkan produk, seperti makanan, pakaian, hasil karya seni (gambar, lukisan, patung,), barang-barang terbuat dari kayu, kertas, kulit, keramik, karet, plastik, dan karya logam. Penilaian secara analitik merujuk pada semua kriteria yang harus dipenuhi untuk menghasilkan produk tertentu. Penilaian secara holistik merujuk pada apresiasi atau kesan secara keseluruhan atas produk yang dihasilakan.  
Contoh penilaian proyek (aspek kinerja ilmiah)
Unsur yang dinilai
Skor
Baik
Sedang
Kurang
Keterampilan :
1.      Merencanakan penelitian/pengamatan (menyiapkan perlengkapan, alat dan bahan).



2.      Aktivitas pelaksanaan pengamatan



3.      Membuat laporan sementara (konsep) hasil pengamatan.




Unsur yang dinilai
Skor
Baik
Sedang
Kurang
Sikap :



Kemampuan bekerjasama dalam kelompok



Sistematis dalam mengerjakan tugas kelompok



Tanggung jawab dalam menjalankan tugas
























Keterangan :
Baik : 5,    sedang: 3,        kurang :1









Penilaian portofolio adalah penilaian atas kumpulan artefak yang menunjukkan kemajuan dan dihargai sebagai hasil kerja dari dunia nyata. Penilaian potofolio bisa berangkat dari hasil kerja peserta didik secara perorangan atau diproduksi secara berkelompok, memerlukan refleksi peserta didik, dan dievalusi berdasarkan beberapa dimensi.

Penilaian portofolio merupakan penilaian berkelanjutan yang didasarkan pada kumpulan informasi yang menunjukkan perkembangan kemampuan peserta didik dalam satu periode tertentu. Informasi tersebut dapat berupa karya peserta didik dari proses pembelajaran yang dianggap terbaik, hasil tes (bukan nilai), atau informasi lain yang relevan dengan sikap, keterampilan, dan pengetahuan yang dituntut oleh topik atau mata pelajaran tertentu. Fokus penilaian portofolio adalah kumpulan karya peserta didik secara individual atau kelompok pada satu periode pembelajaran tertentu.  Penilaian terutama dilakukan oleh guru, meski dapat juga oleh peserta didik sendiri.

Melalui penilaian portofolio guru akan mengetahui perkembangan atau kemajuan belajar peserta didik. Misalnya: hasil karya mereka dalam menyuun atau membuat karangan, puisi, surat, komposisi musik, gambar, foto, lukisan, resensi buku (literatur), laporan penelitian, sinopsis. Atas dasar penilaian tersebut, guru dan peserta didik dapat melakukan perbaikan yang sesuai dengan tuntutan pembelajaran.


Penilaian portofolio dilakukan dengan menggunakan langkah-langkah seperti berikut ini:
a)        Guru menjelaskan secara ringkas esensi penilaian portofolio.
b)        Guru bersama peserta didik menentukan jenis portofolio yang akan dibuat.
c)        Peserta didik, baik sendiri maupun kelompok, mandiri atau dibawah bimbingan guru menyusun portofolio pembelajaran.
d)       Guru menghimpun dan menyimpan portofolio peserta didik pada tempat yang sesuai disertai catatan tanggal pengumpulannya.
e)        Guru menilai portofolio peserta didik dengan kriteria tertentu.
f)         Jika kemungkinan, guru bersama peserta didik membahas bersama dokumen portofolio yang dihasilkan.
g)        Guru memberi umpan balik kepada peserta didik atas hasil penilaian portofolio.

Contoh penilaian portofolio
Guru kelas VI akan melakukan penilaian portofolio untuk melengkapi blanko penilaian yang telah disiapkan. Setelah melalui diskusi dengan para siswa, diperoleh keputusan bahwa siswa harus mengumpulkan portofolio.
Berkas-berkas portofolio yang dikumpulkan siswa adalah hasil pekerjaan siswa sendiri yang telah dilaksanakan selama belajar di kelas VI.berkas-berkas tersebut diantaranya:
1.      Gambar peta ASEAN (tugas indvidu materi IPS semester 1)
2.      Laporan kegiatan karya wisata ke Gelanggang Samudra Ancol (tugas individu semester 2).
3.      Maket lalu lintas (tugas kelompok, materi IPA tentang rangkaian listrik seri dan paralel, semester 2)

Penilaian portofolio
1.                  Gambar Peta ASEAN
Kriteria yang digunakan untuk penilaian gambar peta:
No
Kriteria
Skor
Keterangan
1
Kebersihan gambar

Bersih = 3, agak kotor = 2, kotor = 1
2
Kerapian gambar

Rapi =3, agak rapi =2, tidak rapi =1
3
Memenuhi syarat peta

Terpenuhi = 3, kurang terpenuhi = 2, tidak terpenuhi =2
4
Memenuhi kompenen peta

Memenuhi = 3, kurang terpenuhi =2, tidak terpenuhi =1
Total

Skor maksimal 12
Nilai



2.      Laporan kegiatan karya wisata ke Gelanggang Samudra Ancol kriteria yang digunakan untuk menilai laporan kegiatan karya wisata ke Gelanggang Samudra Ancol:
No
Kriteria
Skor
Keterangan
1
Tata bahasa dan tanda baca yang digunakan

Tepat =3, kurang tepat =2, tidak tepat = 1
2
Pemilihan kosakata dan keterpaduan kalimat

Tepat =3, kurang tepat =2, tidak tepat =1
3
Kelengkapan laporan

Lengkap =3, kurang lengkap =, tidak lengkap =1
4
Sistematika laporan

Sistemati = 3, kurang sistematis = 2, tidak sistematis =1
5
Kerapian tulisan

Rapi = 3, kurang rapi =2, tidak rapi = 1
Total skor

Skor maksimal = 12
Nilai



 
3.      Maket lalu lintas
Kriteria yang dilakukan penilaian maket lalu lintas:
No
Kriteria
Skor
Keterangan
1
Ketepatan pemilihan bahan dasar maket

Tepat = 3, kurang tepat =2, tidak tepat =1
2
Ketepatan pemilihan aksesoris

Tepat = 3, kurang tepat =2, tidak tepat = 1
3
Kerapian

Rapi = 3, kurang rapi =2, tidak rapi =1
4
Kebersihan

Bersih =3, kurang bersih =2, tidak bersih =1
5
Fungsi alat (alat bekerja dengan baik)

Baik = 3, kurang baik =2, tidak baik = 1
Total skor

Skor maksimal = 12
Nilai


Format Rekap Nilai Portofolio
No
Nama
Portofolio
Total nilai
Nilai akhir




















Keterangan :
1.      Gambar peta ASEAN
2.      Laporan kegiatan karya wisata ke Gelenggang Samudra Ancol
3.      Maket lalu lintas.

Penilaian tertulis atas hasil pembelajaran tetap lazim dilakukan. Tes tertulis terdiri dari memilih atau mensuplai jawaban dan uraian. Memilih jawaban terdiri dari pilihan ganda, pilihan bena-salah, ya-tidak, menjodohkan, dan sebab-akibat. Mensuplai jawaban terdiri dari isian atau melengkapi, jawaban singkat atau pendek, dan uraian. Tes tertulis berbentuk uraian atau esai menuntut peserta didik mampu mengingat, memahami, mengorganisasikan, menerapkan, menganalisis, mensintesis, mengevaluasi, dan sebagainya atas materi yang sudah dipelajari. Tes tertulis berbentuk uraian sebisa mungkin yang bersifat komprehensif, sehingga mampu menggambarkan ranah sikap, keterampilan, dan pengetahuan peserta didik.
  Pada tes tertulis berbentuk esai, peserta didik berkesampatan memberikan jawabannya sendiri ysng berbeda dengan teman-temannya, namun tetap terbuka memperoleh nilai yang sama. Tes tertulis berbentuk esai biasanaya menuntut dua jenis pola jawaban yaitu jawabaan terbuka (extended-response) atau jawaban terbatas (restricted-response). hal ini sangat tergantung pada bobot soal yang diberikan oleh guru. Tes semacam ini memberi kesempatan pada guru untuk dapat mengukur hasil belajar peserta didik pada tingkatan yang lebih tinggi atau kompleks.


Tes lisan yakni tes yang pelaksanaannya dilakukan dengan mengadakan tanya jawab secara langsung antara pendidik dan peserta didik. Penilaian lisan seringa digunakan oleh pendidik di kelas untuk  menilai peserta didik dengan cara memberikan beberapa pertanyaan secara lisan dan dijawab oleh peserta didik secara lisan juga.
Pertanyaan lisan merupakan variasi dari tes uraian. Penilaian ini sering digunakan pada ujian akhir mata pelajaran agama dan sosial. Kelebihan penilaian ini antara lain: memberikan kesempatan kepada peserta didik dan peserta didik untuk menentukan sampai seberapa baik pendidik atau peserta didik dapat menyimpulkan atau mengekspresikan dirinya, peserta didik tidak tergantung untuk memilih jawaban tetapi memberikan jawaban yang benar, peserta didik dapat memberikan respon dengan bebas.
Penilaian lisan bertujuan untuk mengungkapkan sebanyak mungkin pengetahuan dan pemahaman peserta didik tentang materi yang diuji. Sedangkan kelemahan penilaian lisan ini adalah subjektivitas pendidik sering mencemari hasil tes dan waktu pelaksanaan yang diperlukan relatif cukup lama. 


Penilaian lisan dapat dilakukan dengan teknik sebagai berikut:
a)         Sebelum dilaksanakan tes lisan, pendidik sudah melakukan inventarisasi berbagai jenis soal yang akan diajukan kepada peserta didik, sehingga dapat diharapkan memiliki validitas yang tinggi dan baik dari segi isi maupun konstruksinya.
b)        Siapkan pedoman dan ancar-ancar jawaban bentuknya, agar mempunyai kriteria pasti dalam penskoran dan tidak terkecok dengan jawaban yang panjang lebar dan terbelit-belit.
c)         Skor ditentukan saat masing-masing peserta didik selesai dites, agar pemberian skor atau nilai yang diberikan tidak dipengaruhi oleh jawaban yang diberikan kepada peserta didik yang lain.
d)        Tes yang diberikan hendaknya tidak menyimpang atau berubah arah dari evaluasi menjadi diskusi.
e)         Untuk menegakan obyektivitas dan prinsip keadilan. Pendidik tidak diperkenankan memberikan angin segar atau memancing dengan kata-kata atau kode tertentu yang bersifat menolong peserta didik dengan alasan kasian atau rasa simpati.
f)         Tes lisan harus berlangsung secara wajar, artinya jangan sampai menimbulkan rasa takut, gugup, atau panik dikalangan peserta didik.
g)        Pendidik mempunyai pedoman waktu bagi peserta didik dalam menjawab soal-soal atau pertanyaan pada tes lisan.
h)        Pertanyaan yang diajukan hendaknya bervariasi, dalam arti bahwa sekalipun inti persoalan yang ditanyakan sama, namun cara pengajuan pertanyaannnya dibuat belainan atau beragam.
i)          Pelaksanaan tes dilakukan secara individual, agar tidak mempengaruhi mental peserta didik yang lainnya.

Secara umum terdapat berbagai tekni penilaian yang dapat digunakan. Teknik penilaian dalam pembelajaran menurut Tim Pengembangan Buku Panduan Tematik Depdiknas (2013) adalah sebagai berikut:
1.         Tes (tertulis, lisan, dan praktik atau unjuk kerja)
2.         Teknik observasi atau pengamatan yang dilakukan selama pembelajaran berlangsung atau diluar pembelajaran.
3.         Teknik pemberian tugas untuk perorangan atau kelompok yang dapat berbentuk tugas rumah atau proyek.

Instrumen Penilaian

1)   Instrumen tes tertulis dalam bentuk soal
Penilaian secara tertulis dilakukan dengan te tertulis. Penilaian jenis ini cenderung digunakan untuk mengukur kemampuan peserta didik yang berkaitan dengan konsep, prosedur, dan aturan-aturan. Tes tertulis merupakan tes dimana soal dan jawaban yang diberikan kepada peserta didik dalam bentuk tulisan. Dalam menjawab soal, peserta didik tidak selalu merespon dalam bentuk menulis jawaban tetapi dapat juga dalam bentuk yang lain seperti memberi tanda, mewarnai, menggambar dan lain sebagainya.


Ada dua bentuk soal tes tertulis, yaitu:
                                     a.     Soal dengan memilih jawaban [Pilihan ganda, Dua pilihan (benar-salah, ya-tidak), Menjodohkan]
                                     b.     Soal dengan mensuplai-jawaban [isian singkat atau melengkapi, Uraian terbatas, Uraian objektif atau non-objektif, Uraian tersetruktur atau non-setruktur]
Dari berbagai penilaian tertulis, tes memilih jawaban benar-salah, isian singkat, dan menjodohkan merupakan alat yang hanya menilai kemampuan berfikir rendah, yaitu kemampuan mengingat (pengetahuan). Tes pilihan ganda dapat digunakan untuk menilai kemampuan mengingat dan memahami. Pilihan ganda mempunyai kelemahan, yaitu peserta didik tidak mengembangkan sendiri jawabannya tetapi cenderung hanya memilih jawaban yang benar dan jika peserta didik tidak mengetahui jawaban yang benar, maka peserta didik akan cenderung menerka jawaban. Hal ini menimbulkan kecenderungan peserta didik tidak belajar untuk memahami pelajaran tetapi menghafalkan soal dan jawabannya. Selain itu pilihan ganda kurang mampu memberikan informasi yang cukup untuk dijadikan umpan balik guna mendiagnosis atau memodifikasi pengalaman belajar. Oleh karena itu, kurang dianjurkan pemakaiannya dalam penilaian kelas.
Tes tertulis bentuk uraian adalah alat penilian yang enuntut peerta didik untuk mengingat, memahami, dan mengorganisasikan gagasannya atau hal-hal yang sudah dipelajari. Peserta didik mengemukakan atau mengekspreikan gagasan tersebut dalam bentuk uraian tertulis dengan menggunakan kata-katanya sendiri. Alat ini dapat menilai berbagai jenis kompetensi, misalnya mengemukakan pendapat, berfikir logis, dan menyimpulkan. Kelemahan alat ini antara lain cakupan materi yang ditanyakan terbatas.
Dalam menyesun instrumen penilaian tertulis perlu dipertimbangkan hal-hal berikut:
1)             Materi, misalnya kesesuain soal dengan kompetensi dasar dan indikator pencapaian pada kurikulum tingkat satuan pendidikan.
2)             Konstruksi, misalnya rumusan soal atau pertanyaan harus jelas dan tegas.
3)             Bahasa, misalnya rumusan soal tidak menggunakan kata atau kalimat yang menimbulkan penafsiran ganda.
4)             Kaidah penulisan harus berpedoma pada kaidah penulisan soal yang baku dari berbagai bentuk soal penilaian.

Contoh Penilaian Tertulis.
Mata Pelajaran                      : Matematika
Kelas/Semester                     : II / 1
No
SK
KD
Indikator
KK
Aspek
Tehnik
Penilaian
1
Menggunakan pengukuran waktu, panjang, dan berat dalam pemecahan masalah.
Menggunakan alat ukur tidak baku dan baku (cm, m) yang sering di gunakan
Peserta didik menyebutkan macam-macam alat ukur panjang tidak baku dalam kehidupan sehari-hari (jengkal, depa, langkah, kaki,  dan lain-lain).

Peserta didik dapat menggunakan alat ukur tidak baku (jengkal, depa, pecak, [panjang telapak kaki} langkah kaki.

Peserta didik menyebutkan alat ukur baku cm, m, yang bisa digunakan dalam kehidupan sehari-hari.

Peserta didik dapa menggunakan alat ukur baku untuk mengukur panjang suatu benda.
Peserta didik dapat menarik kesimpulan bahwa pengukur dengan alat ukur tidak baku hasilnya berbeda.
65%










65%








65%







60%








Pemahaman konsep









Penalaran dan komunikasi






Pemahaman konsep





Pemecahan masalah





Tertulis











Unjuk Kerja






Tertulis







Tertulis


























                       a.     Bentuk pilihan ganda
Berilah tanda silang pada huruf di depan jawaban yang paling tepat. Skor : setiap jawaban benar diberi nilai 1.
1)        Yang termasuk alat ukur tidak baku yaitu.......
[ Mster, Centimeter, Jengkal ]
2)        Yang termasuk alat ukur baku adalah:
[Cm, Depa, dan Langkah kaki ]
                       b.     Bentuk isian
Istilah titik-titik dibawah ini dengn jawaban yang sigkat dan tepat. Skor : setiap jawaban benar diberi nilai 2.
a.         Satuan panjang centimeter dan meter adalah contoh alat ukur....
b.         Satuan panjang langkah kaki, depa, dan jengkal termasuk ukur.
c.         Karena menggunakan alat ukur tidak baku, maka hasilnya pengukurannya......
Penilaian 
Contoh Rubrik Penilaian Bermain Peran:
No
Kriteria
Baik sekali
4
Baik
3
Cukup
2
Perlu
Bimbingan
1
1
Ekspresi
Mimik wajah dan gerak tubuh sesuai dengan dialog secara konsisten.
Mimik wajah dan gerak tubuh sesuai dengan dialog tetapi tidak konsisten.
Mimik wajah dan gerakan tubuh tidak sesuai dengan dialog
Monoton, tanpa ekspresi
2
Volume suara
Terdenger jelas hingga seluruh ruang kelas
Terdengar jelas hingga setengah ruang kelas
Hanya terdengar di bagian depan ruang kelas
Sangat pelan atau tidak terdengar














      
Instrumen Unjuk Kerja dalam bentuk Rubrik Penilaian

Contoh Rubrik Penilaian Bermain Peran:
Catatan : jumlah kriteria dapat dikembangkan sesuai dengan tujuan penilaian.
Cara Penilaian Bermain Peran
No
Nama siswa
Perolehan skor
Kriteria 1
Kriterian 2
1
Alvira
4
3
2
Budi
4
2

Dst



Rumus perhitungan sebagai berikut:
Jumlah skor yang diperoleh siswa skor ideal x 100
Keterangan
·      Jumlah skor yang diperoleh siswa adalah jumlah skor yang diperoleh siswa dari kriteria 1 dan kriteria 2.
·      Skor ideal adalah perkalian dari banyaknya kriteria dengan skor tinggi.
·      Pada contoh ini, skor ideal = 2 x 4 = 8
Perhitungan nilai akhir siswa:
Alvira:         7/8 x 100 = 87,5
8/8 x 100 = 100
Contoh Lembar Pengamatan Mengenal Nama-nama Hari:
No
Kriteria
Terlihat/teramati
( )
Belum terlihat/teramati
( )
1
Siswa dengan bantuan guru mampu membuat jadwal piket
.......
........
2
Siswa mampu menyebut nama-nama hari pada jadwal piket
.........
........
3
Siswa mampu menyanyikan lagu nama-nama hari.
............
.........

Hasil Pengamatan Mengenai nama-nama Hari:
No
Nama
Siswa
Kriteria 1
Kriteria 2
Kriteria 3
Terlihat
( )
Belum terlihat
( )
Terlihat
( )
Belum terlihat
( )
Terlihat
( )
Belum terlihat
( )
1
Alvira
-
-
-
-
-
-
2
Budi
-
-
-
-
-
-
Penilaian Sikap atau Karakter Siswa
Sikap bermula dari perasaan (suka atau tidak suka) yang terkait dengan kecenderungan seseorang dalam merespons sesuatu atau objek. Sikap juga sebagai ekspresi dari nilai-nilai atau pandangan hidup yang dimiliki oleh seseorang. Sikap terdiri dari tiga komponen, yaitu: afektif, kognitif, dan perilaku. Komponen afektif adalah perasaan yang dimiliki oleh seseorang mengenai objek. Komponen kognitif adalah kepercayaan atau keyakinan seseorang mengenai objek. Adapun komponen konatif/ perilaku adalah kecenderungan untuk berperilaku atau berbuat dengan cara-cara tertentu berkenaan dengan kehadiran objek sikap.
Secara umum, objek sikap yang perlu dinalai dalam proses pembelajaran adalah:
a)         Sikap terhadap materi pelajaran.
Peserta didik perlu memiliki sikap positif terhadap mata pelajaran. Dengan sikap positif dalam diri peserta didik akan tumbuh dan berkembang mint belajar, akan lebih mudah diberi motivasi, dan akan lebih mudah menyerab materi pelajaran yang diajarkan.
b)        Sikap terhadap guru atau pengajar.
Peserta didik perlu memiliki sikap positif terhadap guru. Peserta didik yang tidak memiliki sikap positif terhadap guru akan cenderung mengabaikan hal-hal yang diajarkan. Dengan demikian, peserta didik yang memiliki ikap negatif terhadap guru atau pengajar akan sukar menyerap materi yang diajarkan oleh guru tersebut.
c)         Sikap terhadap proses pembelajaran.
Peserta didik juga perlu memiliki sikap positif terhadap proses pembelajaran yang berlangsung. Proses pembelajaran mencakup suasana pembelajaran, strategi, metodologi, dan teknik pembelajaran yang digunakan. Proses pembelajaran yang menarik, nyaman dan menyenangkan dapat menumbuhkan motivasi belajar peserta didik sehingga dapat mncapai hasil belajar yang maksimal.
d)        Sikap berkaitan dengan nilai atau norma yang berhubungan dengan suatu materi pelajaran.
Misalnya: masalah lingkungan hidup (materi Biologi atau Geografi). Peserta didik perlu memiliki sikap yang tepat, yang dilandasi oleh nilai-nilai positif terhadap kasus lingkungan tertentu (kegiatan pelestarian/kasus perusakan lingkungan hidup). Misalnya: peserta didik memiliki sikap positif terhadap program lindungan satwa liar.

Penilaian sikap dapat dilakukan dengan beberapa cara atau teknik. Teknik-teknik tersebut antara lain:
1.         Observasi perilaku
Perilaku seseorang pada umumnya menunjukkan kecenderungan seseorang dalam sesuatu hal. Misalnya orang yang biasa minum kopi dapat dipahami sebagai kecenderungannya yang senang pada kopi. Oleh karena itu, guru dapat melakukan observasi terhadap peserta didik yang dibinanya.  Hasil observasi dapat dijadikan sebagai umpan balik dalm pembinaan. Observasi perilaku di sekolah dapat dilakukan dengan menggunakan buku catatan khusus tentang kejadia-kejadian berkaitan dengan peserta didik selama di sekolah.
2.         Pertanyaan langsung
Kita juga dapat menanyakan secara langsung tentang sikap seseorang yang berkaitan dengan sesuatu hal. Misalnya, bagaimana tanggapan peserta didik tentang kebijakan yang baru dilakukan di sekolah mengenai “Peningkatan Ketertiban”.
3.         Berdasarkan jawaban dan reaksi lain yang tampil dalam memberi jawaban dapat dipahami sikap peserta didik itu terhadap objek sikap. Dalam penilaian sikap peserta didik di sekolah, guru juga dapat menggunakan teknik ini dalam menilai sikap dan membina peserta didik.
4.         Laporan pribadi.
Teknik ini meminta peerta didik membuat ulasan yang berisi pandangan atau tanggapannya tentang suatu masalah, keadaan, atau hal yang menajdi objek sikap. Misalnya: peserta didik diminta menulis pandangannya tentang “Kerusuhan Antaretnis” yang terjadi akhir-akhir ini di Indonesia. Dari ulasan yang dibuat peserta didik dapat dibaca dan dipahami kecenderungan sikap yang dimilikinya.

Contoh:
a)        Pada semester I, berbagai sikap atau nilai karakter yang akan dikembangkan meliputi: jujur, disiplin, tanggung jawab, santun, peduli, percaya diri, patuh terhadap tata tertib, teliti, kasih sayang, kerjasama, menghargai, dan sebagainya.
b)        Untuk mencapai sikap atau nilai karakter tersebut, selain dilakukan secara tidak langsung melalui berbagai aktivitas pembelajaran yang dilakukan, guru diharapkan dapat melakukan penilaian secara langsung atas ketercapaian nilai karakter tertentu pada diri siswa. Langkah-langkah dibawah ini dijadika pertimbangan untuk melakukan penilaian.
c)        Mengingat kendala yang ada, terutama ketersediaan waktu maka dalam I semester, guru dapat menentukan 2 atau 3 nilai karakter yang akan dikembangkan dan dinilai secara langsung. Jenis karakter yang akan dikembangkan, hendaknya menjadi keputusan sekolah, meskipun tidak menutup kemungkinan, dalam satu kelas ada tambahan 1 atau 2 nilai karakter lain, sesuai dengan kebutuhan di kelas tersebut. 
d)       Misalnya: dalam 1 semester ini, nilai karakter yang akan dikembangkan adalah: disiplin, kerjasama, dan percaya diri.
Setiap karakter dibuatkan indikator. Contoh indikator disiplin dapat dilihat pada tabel berikut ini:
Nilai karakter yang dikembangkan
Definisi
Indikator
Disiplin
Ketaatan atau kepatuhan terhadap peraturan.
Kehadiran ke sekolah tepat waktu.

Senantiasa menjalankan tugas piket.

Menyelesaikan tugas sesuai waktu yang ditentukan.


Kembangkan instrumen penilaian, misalnya lembar pengamatan.
Contoh Lembar Pengamatan
Bulan:.............2013
No
Nama
Perkembangan *)
Minggu 1
Minggu 2
Minggu 3


BT
MT
MB
SM
BT
MT
MB
SM
BT
MT
MB
SM
1
Alvira












2
Budi













Dst












Nilai karakter yang dikembangkan : disiplin
*) guru memberikan tanda ( ) pada setiap kriteria sesuai dengan nilai karakter yang muncul dari siswa.


Keterangan :
Tahapan perkembangan  nilai karakter sebagaimana tercantum dalam Kerangka Acuan Pendidikan Karakter (Kemendiknas, 2010).

BT: Belum Terlihat
Apabila peserta didik belum memperlihatkan tanda-tanda awal perilaku yang dinatakan dalam indikator-indikator karena belum memahami makna dari nilai tersebut (Tahap Anomi).

MT: Mulai Terlihat
Apabila peserta didik sudah mulai memperlihatkan adanya tanda-tanda awal perilaku yang dinyatakan dalam indikator tetapi belum konsisten karena sudah ada pemahaman dan mendapat penguatan lingkungan terdekat (Tahap Heteronomi).



MB: Mulai Berkembang
Apabila peserta didik sudah memperlihatkan berbagai tanda perilaku yang dinyatakan dalam indikator dan mulai konsisten karena selain sudah ada pemahaman dan kesadaran juga mendapatkan penguatan lingukungan terdekat dan lingkungan yang lebih luas (Tahap Sosionomi).

SM: Sudah Membudaya
Apabila peserta didik terus-menerus memperlihatkan perilaku yang dinyatakan dalam indikator secara konsisten karena selain sudah ada pemahaman ada kesdaran dan mendapat penguatan lingkungan terdekat dan lingkungan yang lebih luas sudah tumbuh kematangan moral (Tahap Autonomi).


DAFTAR PUSTAKA


Majid, Abdul. 2014. Pembelajaran Tematik Terpadu. Bandung: Remaja Rosdakarya.