BAB I
Penelitian pada
dasarnya merupakan suatu pencarian, menghimpun data, mengadakan pengukuran,
analisis, sintesis, membandingkan, mencari hubungan, menafsirkan hal hal yang
bersifat teka teki. Berdasarkan pengertian tersebut, maka ketika
seseorang melakukan penelitian memerlukan bentuk atau metode penelitian tertentu yang sesuai dengan bidang
penelitian yang dilakukannya.
Metode penelitian
merupakan rangkaian cara atau kegiatan pelaksanaaan penelitian yang didasari
oleh asumsi asumsi dasar, pandangan pandangan filosofis dan ideologis,
pertanyaan dan isu isu yang dihadapi.
Metode
penelitian merupakan materi mendasar dalam mempelajari penyusunan
skripsi maupun tugas akhir. Tentunya materi ini wajib diketahui bahkan harus
dikuasai secara mendalam oleh mahasiswa. Didalam makalah ini
dijelaskan beberapa metode penelitian yang didasarkan atas penggolongan jenis
penelitian kuantitatif berdasarkan cara atau teknik yang digunakan yakni metode
penelitian deskriptif, survei, dan eksperimen.
Adapun rumusan masalah dalam makalah ini
adalah:
1.
Apa yang dimaksud dengan penelitian
deskriptif?
2.
Apa yang dimaksud dengan penelitian survei?
3.
Apa yang dimaksud dengan penelitian
eksperimen?
Adapun tujuan
penulisan makalah ini adalah:
1.
Mengetahui apa itu penelitian deskriptif.
2.
Mengetahui apa itu penelitian survei.
3.
Mengetahui apa itu penelitian eksperimen.
Penelitian diskiriptif adalah suatu bentuk
penelitian yang paling dasar. Ditujukan untuk mendeskripsikan atau
menggambarkan fenomena-fenomena yang ada, baik fenomena uang bersifat alamiah
ataupun rekayasa manusia. Penelitian ini mengkaji bentuk aktivitas, kararteristik,
perubahan, hubungan, kesamaan dan perbedaanya dengan fenomena lain. Banyak
temuan penting yang dihasilkan dari penelitian deskriptif, umpamanya
temuan-temuan tentang sistem tata surya, peredaran bumi, bulan dan
planet-planet lainnya, pertumbuhan tanaman, kehidupan binatang, kehidupan orang
dalam berbagai lingkungan kehidupan, bagaimana guru-guru mengajar, bagaimana
para siswa atau mahasiswa belajar, dan lainnya.
Penelitian deskriptif dalam bidang pendidikan dan
kurikulum pengajaaran merupakan hal yang cukup penting, mendeskripsikan
fenomena-fenomena kegiatan pendidikan, pembelajaran, implementasi kurikulum
pada berbagai jenis, jenjang dan satuan pendidikan. Penelitian ini merupakan
salah satu bentuk dari penelitian kuantitatif, dan boleh dikatakan sebagai
penelitian kuantitatif yang paling dasar. Penelitian deskriptif dapat juga
ditujukan untuk mengadakan kajian yang bersifat kualitatif. Apakah suatu
penelitian deskriptif bersifat kuantitatif atau kualitatif perlu ditegaskan
sejak awal, didalam tujuan dan desainnya.
Baik yang diarahkan pada kajian kuantitatif maupun
kualitatif, penelitian deskriptif memiliki kesamaan, keduanya ditujukan untuk
mendeskripsikan fenomena-fenomena apa adanya. Perbedaannya adalah dalam sifat
kajian, penelitian kuantitatif deskripsi atau gambarannya menggunakan ukuran,
jumlah atau frekuensi, sedang dalam penelitian kualitatif lebih memperhatikan
karasteristik, kualitas, keterkaitan antar kegiatan. Pada bab ini penelitian
deskriptif lebih diarahkan kepada yang bersifat kuantitatif, desain kuantitatif
atau deskriptif kuantitatif. Penelitian deskriptif kualitatif akan diuraikan
pada bab lain.
Penelitian deskriptif tidak memberikan perlakuan,
manipulasi atau pengubahan pada variabel-variabel bebas, tetapi menggambarkan
suatu kondisi apa adanya. Penggambaran kondisi bisa individual atau kelompok,
dan menggunakan angka-angka. Bebrapa pertanyaan yang mengarah pada penelitian
deskriptif, seumapanya: bagaimana kebiasaan hidup penduduk didserah pedesaan?
Pola-pola nilai seperti apa
yang
mereka anut? Bagaiman kemampuan membaca anak-anak sekolah dasar? Berapa jam
rata-rata waktu yang digunakan para mahasiswa untuk belajar berstruktur dan
belajar mandiri setiap minggunya? Penelitian deskriptif sangat penting sebagai
studi pendahuluan bagi penelitian-penelitian lanjutan.
Diantara para ahli dan penulis buku prnrlitian,
terdapat perbedaan pendapat tentang metode deskriptif terutama dalam
hubungannya dengan metode survai. Ada yang memandang sama dan ada juga yang
membedakannya. Mereka yang memandang sama ada yang lebih suka menggunakan
metode diskriptif, tetapi ada juga yang lebih suka menggunakan metode survai.
Diantara yang membedakan ada yang memandang metode diskriptif lebih luas,
metode survai sebagai bagian dari metode diskriptif, dan sebaliknya ada yang
memandang metode diskriptif bagian dari survai. Penulis setuju dengan
penggunaan nama metode deskriptif, metode deskriptif lebih luas dari metode survai, dan survai merupakan bagian
dari metode deskriptif.
Ada beberapa alasan mengapa setuju dengan pandangan
tersebut. Pertama, deskripsi atau penggambaran apa adanya merupakan hal yang
alamiah dan sesuai dengan kenyataan kehidupan, manusia hidup apa adanya. Lebih
jauh manusia ingin tahu dan membutuhkan gambaran yang lebih jelas dan rinci
dari keadaan apa adanya tersebut. Kedua, penelitian deskriptif mempunyai makna
yang lebih luas, mencakup deskriptifkuantitatif dan deskriptif kualitatif.
Kajian metode ini juga lebih lengkap dari metode survai karena mencakup
penelitiann melalui pengamatan dan studi dokumenter, sedangkan survai terbatas
pada penggunaan wawancara dan angket. Ketiga, penelitian deskriptif merupakan
metode penelitian noneksperimental. Metode ini banyak digunakan sebagai studi
pendahuluan bagi penelitian noneksperimental lebih lanjut seperti penelitian
korelasional, komparatif, pengembangan, dll. Keempat, bagi para peneliti pemula
lebih cocok memulai pengembangan kemampuan penelitinya dengan penelitian
deskriptif seperti penelitian sederhana oleh para siswa SMA, penulisan tugas
akhir D3, penelitian skripsi mahasiswa S1, dll. Tidak menutup kemungkinan
penelitian mendalam oleh para pakar dalam penelitian kualitatif.
Dalam penelitian deskriptif, peneliti tidak
melakukan manipulasi atau memberikan perlakuan-perlakuan tertentu terhadap
variabel atau merancang sesuatu yang diharapkan terjadi pada variabel, tetapi
semua kegiatan, keadaan, kejadian, aspek, komponen atau variabel berjalan
sebagaimana adanya. Tanpa penelitianpun semua kegiatan, keadaan, komponen,
variabel berjalan seperti itu. Penelitian ini berkenaan dengan keadaan atau
kejadian-kejadian yang biasa berjalan. Satu-satunya unsur manipulasi atau perlakuan
yang diberikan hanyalah penelitian itu sendiri, yang dilakukan melalui
observasi, wawancara, pengedaraan angket atau studi dokumentasi. Penelitian
deskriptif tidak berhenti pada pengumpulan data, pengorganisasian, analisis dan
penarikan interprestasi serta penyimpulan, tetapi dia dilanjutkan dengan
pembandingan, mencari kesamaan-perbedaan dan hubungan kausal dalam berbagai
hal. Penemuan makna adalah fokus dari keseluruhan proses (John W, Best,
1970:117).
Seperti telah disinggung dimuak bahwa survai
merupakan bagiandari metode deskriptif. Batas antara keduanya memang tidak
begitu jelas, tetapi secara umum dapat dilihat beberapa perbedaan. Pertama,
pencarian dan analisis data pada metode diskriptif lebih mendalam dibandingkan
dengan survai, survai menghimpun data yang lebih bersifat permukaan, pencatatan
data, menghimpun pendapat umum, berkenaan dengan masalah-masalah, sedang metode
deskriptif mengungkap data yang lebih mendalam berkenaan dengan masalah
bagaimana dan mengapa. Kedua, survai mengungkap masalah yang lebih luas,
lingkup daerah yang luas dengan jumlah populasi dan sampel
yang lebih besar, sedang metode
deskriptif lebih terbatas, lingkup daerah lebih sempit, populasi dan sempel
lebih sedikit. Walaupun dalam satu penelitian mungkin saja lingkup dan jumlah
populasi sampelnya hampir sama, tetapi kajiannya berbeda, metode deskriptif
lebih mendalam lebih intensif.
Penelitian deskriptif banyak dilakukan dalam ilmu
sosial khususnya ilmu perilaku. Banyak perilaku, perbuatan dan kejadian yang
menarik perhatian para peneliti, tetapi tidak mungkin dirancang kegiatan agar
terjadi perilaku-perilaku atau kejadian tersebut karena bertentangan dengan
etika dan akan merugikan subjek peneliti. Para peneliti tidak mungkin merancang
peristiwa kebakaran, tabrakan, pembunuhan, pemberian narkoba, pengurangan kadar
gizi makanan anak dll, untuk meneliti kepanikan, tingkat keparahan, penderitaan
dan dampak yang dialami oleh para korban dan keluarganya. Peristiwa dan
dampak-dampaknya hanya bisa diteliti terhadap kejadian yang sudah atau sedang
berjalan, tidak mungkin merencanakan penelitian untuk hal-hal seperti itu.
Untuk mengkaji hal-hal diatas, metode penelitian yang cocok dan cukup efektif
adalah penelitian deskriptif.
Untuk memcahkan masalah atau menentukan suatu
tindakan diperlukan sejumlah informasi. Informasi tersebut dikumpulkan melalui
penelitian deskriptif.
Ada beberapa jenis informasi yang bisa diperoleh
melalui penelitian deskriptif bagi pemecah masalah. Pertama, informasi tentang
keadaan saat ini (present condition).
Bagaimana keadaan kita sekarang, apa yang kita punyai, apa yang kita lakukan,
apa keberhasilan dan kekurangan kita, apa kesalahan kita?dll. kedua, informasi
yang kita inginkan (what we may want). Apa yang ingin kita capai, apa tujuan dan
sasaran kita, kemana kita akan pergi, apa yang kita inginkan, butuhkan? Dll.
Penelitian deskriptif dilakukan untuk menghimpun informasi tentang tuntutan
atau tantangan yang dihadapi, kebutuhan yang dirasakan, kekurangan yang
dialami, dll. Ketiga, bagaimana sampai kesana, bagaimana mencapainya (how to get there). Informasi yang
dikumpulkan adalah pengalaman orang lain yang mengalami atau menghadapi
tuntutan dan kebutuhan yang sama. Mungkin juga dilengkapi denganpendapat para
pakar yang punya pengalaman dalam mencapai hal yang sama.
Untuk memecahkan suatu masalah mungkin
hanya perlu satu jenis informasi, mungkin dua jenis untuk memecahkan masalah
tertentu diperlukan ketiga-tiganya. Untuk mengembangkan suatu program,
kurikulum atau sistem pendidikan diperlukan ketiga jenis informasi diatas.
Umpamanya mengatasi masalah pengangguran yang terjadi disuatu daerah diperlukan
program pendidikan dan pelatihan. Untuk menyusun program pendidikan dan latihan
tersebut diperlukan sejumlah informasi yang diperleh melalui penelitian
deskriptif.
Informasi pertama adalah keadaan saat
ini, berapa jumlah pengangguran yang ada, bagaiman komposisinya dilihat dari
segi usia, latar belakang pendidikan, jenis kelamin, latar belakang sosial
ekonomi, lingkup dan kondisi geografis. Berkenaan dengan kondisi ini, juga
perlu dihimpun informasi latar belakang mereka mengapa menganggur, apa karena
tidak ada lapangan kerja, karena mereka malas atau tidak memiliki
kecakapan-kecakapan dll.
Informasi kedua, bertolak dari hasil
analisis, interpretasi dan kesimpulan terhadap informasi yang pertama diadakan
penelitian untuk menghimpun informasi jenis kedua. Informasi ini berkenaan
dengan program pendidikan dan latian yang akan dikembangkan bagi mereka. Bila
program pendidikan dan latihan itu dibidang pertanian umapamanya, dimana
lokasinya, bagaimana perlengkapan gedung dan sarana prasarananya? Apakah
tersedia lahan untuk praktek? Bagaimana peralatah prakteknya?. Bagaimana
ketersediaan tenaga pengajar? Jumlah, keahlian, dan komposisinya? dll.
Informasi ketiga, bagaimana
merealisasikan program pendidikan dan latihan tersebut. Untuk itu diperlukan
informasi yang diperoleh dari penelitian deskriptif terhadap daerah atau
lembaga yang telah melaksanakan, juga pengumpulkan informasi dari para pakar
atau peneliti dan orangorang yang telah berpengalaman dalam melaksanakan
program sejenis.
Selain dibedakan antara penelitian
deskriptif dengan survai, dalam penelitian deskriptif sendiri ada beberapa
variasi, yaitu studi perkembangan, studi kasus, studi kemasyarakatan, studi
perbandingan, studi hubungan, studi waktu dan gerak, studi lanjut, studi
kecenderungan, analisis kegiatan, dan analisis isi atau dokumen, dll.
1.
Studi Perkembangan
Penelitian
deskriptif, bisa mendeskripsikan sesuatu keadaan saja, tetapi bisa juga
mendeskripsikan keadaan dalam tahapan-tahapan perkembangannya. Penelitian atau
studi demikaian disebut study perkembangan (developmental
studies). Dalam penelitian ini yang
dikaji adalah perubahan-perubahan atau kemajuan-kemajuan yang dicapai oleh
seseorang, suatu organsisme, lembaga, organisasi ataupun kelompok masyarakat
tertentu. contoh dari kajian ini adalah perkembangan kemampuan berpikir anak
pada tahap atau masa bayi, anak kecil, anak sekolah, remaja, adolesen, dewasa.
Contoh lain adalah pertumbuhan ekonomi masyarakat disuatu daerah, sebelum ada
koperasi, diawal pengembangan koperasi, setelah koperasi berkembang, dan
setelah koperasi sangat maju.
Ada
dua macam penelitian perkembangan, yaitu perkembangan longitudinal atau jangka
panjang, longitudinal approach dan
perkembangan dalam tahapan tertentu atau jangka pendek, “cross sectional approach”. Penelitian longitudinal meneliti
perkembangan sesuatu aspek atau sesuatu hal dalam seluruh periode waktu, atau
tahapan perkembangan yang cukup panjang, umpamanya perkembangan kemampuan
berbicara dari masa bayi sampai dengan akhir masa remaja. Penelitian dalam satu
tahapan, satu periode waktu atau bersifat cross
sectional hanya meneliti perkembangan dalam tahapan-tahapan tertentu saja
umpamanya perkembangan kemampuan berbicara hanya pada tahap atau masa bayi,
anak kecil, anak sekolah, remaja awal atau remaja akhir saja. Meskipun hanya
meneliti tahap-tahapan tertentu, tetapi apabila semua tahapan dilaksanakan
secara serentak, maka perkembangan secara keseluruhan dapat diketahui.
2.
Studi kasus
Studi
kasus (case study) merupakan metode
untuk menghimpun dan menganalisis data berkenaan dengan sesuatu kasus. Sesuatu
dijadikan kasus biasanya karena ada masalah, kesulitan, hambatan, penyimpangan,
tetapi bisa juga sesuatu dijasikan kasus meskipun tidak ada masalah, malahan
dijadikan kasus karena keunggulan atau keberhasilan. Kasus ini bisa berkenaan
dengan perorangan, kelompok (kerja, kelas, sekolah, etnis, ras, agama, sosial,
budaya dll), keluarga, lembaga, organisasi, wilayah, masyarakat, dll. Studi
kasus diarahkan pada mengkaji kondisi, kegiatan perkembangan serta
faktor-faktor penting yang terkait dan menunjang kondisi dan perkembangan
tersebut.
3.
Studi Kemasyarakatan
Studi
kemasyarakatan (community study)
merupakan kajian intensif yang dilakukan terhadap suatu kelompok masyarakat
yang tinggal bersama disuatu daerah yang memiliki ikatan dan karasteristik
tertentu. ikatan dan karasteristik tertentu. ikatan dan karastwristik tersebut
mungkin berkenaan dengan sejarah, budaya, tradisi, agama, kepercayaan, iklim
dan sumber daya alam, kegiatan ekonomi, dll. Biasanya kelompok-kelompok
kemasyarakatan yang dipilih dalam studi kemasyaraktan karean mereka memiliki
pola-pola kehidupan, keorganisasian, kebiasaan, cara kerja yang khas, berbeda
dari kelompok-kelompok masyarakat pada umumnya.
Studi kemasyarakatan dapt dilakukan
terhadap kelompok masyarakat nelayan
yang hidup diatas perahu, masyarakat bajo disulawesi, masyarakat buruh
perkebunan tembakau di Deli Serdang masyarakat Baduy di Banten Selatan,
masyarakat kampung Naga di Tasikmalaya, masyarakat kubu dan labu di pedalaman
Jambi, masyarakat sakai di pedalaman Riau, kehidupan masyarakat dalam Banjar-banjar
di Bali, dsb. Kelompok-kelompok masyarakat tersebut memiliki tradisi, cara-cara
hidup, bermasyarakat, bekerja yang khas yang berbeda dengan masyarakat pada
umumnya.
4.
Studi perbandingan
Studi
perbandingan (comparative study atau
causal comparative) merupakan bentuk penelitian deskriptif yang
membandingkan dua atau lebih dari dua situasi, kejadian, program dll, yang
sejenis atau hampir sama. Dalam studi ini yang dibandingkan adalah semua unsur
atau komponenny. Pembandingan kegiatan atau program umpamanya meliputi dasar,
tujuan, lingkup, langkah-langkah kegiatan, organisasi, pelaksana, sarana dan
alat, biaya, pengelolaan, sampai dengan hasil. Analisis diarahkan pada
menemukan persamaan dan perbedaan dalam perencanaan, pelaksanaan, faktor-faktor
pendukung dan hasil. Dari hasil pembandingan tersebut dapat ditemukan
unsur-unsur atau faktor-faktor penting yang melatarbelakangi persamaan dan
perbedaan.
Kalau
yang diperbandingkan situasi atau kejadian, unsur-unsur atau komponen yang
dianalisis sedikit berbeda, umpamanya meliputi deskripsi situasi atau
kronologis kejadian, kompleksitas situasi atau intensitas kejadian,
faktor-faktor penyebab dan akibat-akibatnya. Dari analisis tersebut juga akan
dapat ditemukan faktor-faktor dominan yang melatarbelakangi atau diakibatkan
leh suatu situasi atau kejadian.
5.
Studi hubungan
Studi
hubungan (associational study),
disebut juga studi korelasional (correlational
study), meneliti hubungan antara dua hal, dua variabel atau lebih. Hubungan
dalam studi hubungan berbeda dengan dalam penelitian eksperimental. Dalam studi
eksperimental hubungan tersebut menunjukkan hubungan sebab-akibat, dalam studi
hubungan hanya menunjukkan asosiasi atau hubungan kesejajaran. Koefisien
korelasi yang signifikan atau berarti antara tinggi dengan berat badan, makin
tinggi badan juga makin berat badannya, makin pendek makin ringan bobotnya.
Tidak berarti tinggi badan mempengaruhi berat badan atau sebaliknya. Studi
hubungannya tidak hanya dapat dilakukan terhadap dua variabel, tetapi dapat
juga terhadap lebih dari dua variabel.
6.
Studi waktu dan Gerak
Studi
waktu dan gerak (time and motion study)
ditujukan untuk meneliti atau menguji jumlah waktu dan banyaknya gerakan yang
diperlukan untukbmelakukan suatu kegiatan atau proses. Tujuan dari pengukuran
dan analisis data adalah menemukan jumlah waktu dsn gerakan minimal. Studi
waktu dan gerak banyak dilakukan didalam industri atau pabrik untuk mebgukur
waktubdan gerak penggunaan mesin alat-alat produksi. Studi ini bisa juga
digunakan untuk mengukur waktu dan gerak manusia dalam pekerjaan-pekerjaan yang
bersifat manual, seperti pencucian bahan dan alat, pengolahan bahan,
penjemuran, pengepakan,dll. Dalam bidang pendidikan dsn kurikulum juga dapat
digunakan umpamanya untuk mengukur waktu dan gerak dalam penyusunan jadwal
pelajaran, latihan, dan belajar mandiri, penggunaan alat-alat praktik dan alat
bantu pembelajaran terutama yang rentan panas.
7.
Studi kecenderungan
Studi kecenderungan (trend study) merupakan penelitian deskriptif yang cukup menarik.
Studi ini diarahkan untuk melihat kecenderungan perkembangan. Kecenderungan
perkembangan atau prediksi dibuat berdasarkan pertimbangan data longitudinal
yang ada. Dari data keadaan yang lalu, keadaan saat ini dapat diperkirakan
keadaaan pada masa yang akan datang. Prediksi tentang pertambahan penduduk,
perkembangan ekonomi, pendapatan perkapita, kerusakan hutan, peningkatan
polusi, dll, dibuat berdasarkan studi kecenderungan. Dalam pendidikan dan
kurikulum pembelajaran studi ini dapat dilakukan untuk memperkirakan peningkatan
junlah anak usia sekolah, siswa, lulusan, guru, sekolah, buku, alat bantu,
sarana prasarana pendidikan, biaya sekolah, peningkatan mutu sekolah,
presentasi belajar siswa, kinerja guru, dll.
8.
Studi tindak lanjut
Studi tindak lanjut (follow up study) merupakab pengumpulan
data analisi data terhadap para lulusan atuu orang-orang yang telah
menyelesaikan suatu program pendidikan, latihan atau pembinaan. Studi ditujukan
untuk mengetahui kegiatan dan perkembangan mereka setelah keluar dati institusi
pendidikan atau oembinaan. Apakah ada dampak dsri pendidikan, pelatihan atau
pembinaan yang telah mereka ikuti terhadap posisi mereka dalam jabatan
struktural atau fungsional? Adakah peningkatan performansi dan kinerja mereka,
mampukah mereka mengaplikasikab pengetahuan dan kecakapan-kecakapan yang mereka
terima dari lembaga pendidikan yang baru saja mereka selesaikan. Bagi para
lulusan yang bukan pegawai, beberapa lama waktu mereka menanti sampai dapat
pekerjaan, dslam jabatan atau tugas apa mereka ditempatkan? Sesuaikah jabatan
atau tugas mereka dengan keahlian yang mereka miliki? Bagaimana penghargaan
pengguna lulusan terhadap para lulusan dari segi keahlian, kepribadian maupun
penggajian? Dll.
9.
Analisis kegiatan
Analisis
kehiatan (activity analysis)
diarahkan untuk menaganlisis kegiatan yang dilakukan dalam pelaksanaan suatu
tugas atau pekerjaan, dalam bidang industri, bisnis, pemerintahan, lembaga
sosial, dll, baik berkenaan dengan kegiatan produksi maupun pemberian jasa dan
layanan. Dalam pendidikan analisis kegiatan dilakukan terhadap pelaksanaan
tugas-tugas dan pekerjaaan para pengawas, kepala sekolah, guru, konselor
pendidikan, laboran, pustakawan, staf administrasi maupun para siswa dan
mahasiswa. Analisis kegiatan para pengelola dan pelaksana pendidikan, profesional,
semi profesional ataupun tenaga trampil difokuskan pada menganalisis kinerja
dan tingkat ketrampilan, kecakapan atau profesionalisme mereka. Hasil-hasil analisis kegiatan dapat digunakan
untuk berbagai tujuan:
a.
Menyusun standar kegiatan atau standar
kerja untuk suatu jabatan, tugas atau posisi.
b.
Menyusun progran pendidikan atau
penelitian untuk sesuatu bidang pekerjaan atau tugas tertentu.
c.
Menyusun program dan kegiatan bagi
pembinaan personalia termasuk program pelatihan dalam jabatan (in service training).
d.
Menghimpun data bagi penentuan besarnya
gaji dan horarium.
e.
Analisis isi atau Dokumen.
Analisis
isi atau dokumen (content or document
analysis) ditujukan untuk menghimpun dan menganalisis dokumen-dokumen
resmi, dokumen yang validitas dan keabsahannya terjamin baik dokumen
perundangan dan kebijakan maupun hsasil-hasil penelitian. Analisis juga dapat
dilakukan terhadap buku-buku teks, baik yang bersifat teoritis maupun empiris.
Kegiatan analisis ditujukan untuk mengetahui makna, kedudukan dan hubungan
antara berbagai konsep, kebijakan, program, kegiatan, peristiwa yang ada atau
yang terjadi, untuk selanjutnya mengetahui manfaat, hasil atau dampak dari
hal-hal tersebut.
Gall,
Gall dan Borg (2003) membedakan metode deskriptif atau dua kategori, yaitu
metode deskriptif. Sesaat (one point in
time) dan metode deskriptif berjangka panjang (longitudinal). Penelitian deskriptif berjangka panjang ada empat
macam, yaitu studi kecenderungan (trend
studies), studi kohort (cohort
studies), studi panel (panel studies)
dan studi jangka pendek (cross sectional),
studi kohort meneliti kelompok sampel dari suatu populasi yang dalam jangka
waktu tertentu masih tetap dalam kelompok tersebut. Umpamanya kohort siswa SD,
SMP, SMA diikuti dari kelas 1 sampai dengan kelas terakhir. Studi panel
meneliti sekelompok sampel yang terkait dalam satu kelompok kegiatan dalam
jangka waktu tertentu. Dalam studi panel yang diteliti adalah perbedaan dan
sebab-sebab timbulnya perbedaan antar kelompok panel. Berbeda dengan pada studi
kohort dan studi kecenderungan yang dilihat adalah persamaannya. Penjelasan
tentang studi kecenderungan dan studi jangka pendek dapat dibaca pada uraiannya
sebelumnya dalam bab ini juga.
Survai digunakan untuk mengumpulkan data atau informasi
tentang populasi yang besar dengan menggunakan sampel yang relatif kecil.
Populasi tersebut bisa berkenaan dengan orang, instansi, lembaga, organisasi,
unit-unit kemasyarakatan, tetapi sumber utamanya adalah orang. Ada tiga
karakteristik utama dari survai:
1.
Informasi dikumpulkan dari sekelompok
besar orang untuk mendiskripsikan beberapa aspek atau karakteristik tertentu
seperti kemampuan, sikap, kepercayaan, pengetahuan dari populasi.
2.
Informasi dikumpulkan melalui pengajuan
pertanyaan dari suatu populasi.
3.
Informasi diperoleh dari sampel, bukan
dari populasi.
Survai
ditujukan untuk memperoleh gambaran umum tentang karakteristik populasi,
seperti komposisi masyarakat berdasarkan kelompok usia, jenis kelamin,
pendidikan, pekerjaan, agama, suku, bangsa, etnis. Survai juga dapat digunakan
untuk mengumpulkan data berkenaan dengan sikap, nilai, kepercayaan, pendapat,
pendirian, keinginan, cita-cita, perilaku, kebiasaan. Karena model penelitian
ini dipandang cukup besar, maka pengunaannya sangat luas. Survai banyak
digunakan dalam bidang ekonomi, bisnis, politik, pemerintahan, kesehatan
masyarakat, sosiologi, psikologi dan pendidikan.
Dalam
pendidikan dan kurikulum pembelajaran, survai digunakan untuk menghimpun data
tentang siswa, seperti sikap, minat, dan kebiasaan belajar, hubungan dan
pergaulan antar siswa, hobi, dan penggunaan waktu senggang, cita-cita dan
rencana karir. Selain itu survai juga dapat di gunakan untuk mengumpulkan data
tentang guru seperti latar belakang sosial-ekonomi, pendidikan, dan pengalaman,
sikap, minat, dan kepedulian mereka tentang masalah-masalah pendidikan, kinerja
mereka dalam pelaksanaan mengajar, membimbing dan memberikan latihan pada
siswa, pelaksanaan tugas-tugas administrative, pengabdian dan kerjasama dengan
masyarakat. Data tentang keadaan dan perkembangan sekolah juga dapat dihimpun
melalui survai, seperti data tentang jumlah siswa, guru, tata usaha, jumlah dan
kondisi ruang kelas, kantor, laboratorium, perpustakaan, jumlah dan jenis buku,
media pembelajaran, alat dan bahan praktikum, alat dan bahan latiha
keterampilan.
Survai
merupakan metode penelitian yang cukup popular dan banyak digunakan dalam
penelitian. Ada tiga hal yang melatarbelakangi popularitas dan banyaknya
digunakan metode survai:
1.
Survai bersifat serba guna, dapat
digunakan untuk mengimpun data hampir dalam setiap bidang dan permasalahn.
Penelitian skripsi, tesis bahkan disertai banyak dilakukan dengan menggunakan
survai. Survai juga banyak dilakukan dalam penelitian bagi penentuan kebijakan,
penyusunan rencana dan pengembangan program, monitoring dan evaluasi
pelaksanaan kegiatan, serta evaluasi hasil atau dampak dari program. Penggunaan
survai terutama dilakukan dalam penelitian-penelitian evaluatif dan penelitian.
2.
Penggunaan survai cukup efisien dapat
menghimpun informasi yang dapat dipercaya dengan biaya relatif murah.
Penelitian survai dapat dilakukan melalui perantaraan pos, biaya penelitian
melalui pos hanya seperlima kali melalui telepon dan sepersepuluh kali penelitian
melalui wawancara. Dibandingkan dengan model-model penelitian lain seperti
eksperimen, penelitin historis, kualitatif.
3.
Survai menghimpun data tentang populasi
yang cukup besar dari sampel yang
relatif kecil. Dalam interprestasi dan penyimpulan hasil survai, peneliti
mengadakan generalisasi, dan mewakili penarikan generalisasi dimungkinkan
karena ssampel mewakili populasi. Kredibilitas atau kepercayaan hasil survai
dapat dijamin oleh dua hal, yaitu sampel yang repesentatif atau mewakili
populasi, dan butir-butir pertanyaan dalam angket cukup valid.
Pengumpulan
data dalam survai dapat dilakukan melalui wawancara langsung, wawancara melalui
telepon, pengedaran angket kepada kelompok secara langsung, pengiriman angket
melalui pos. Wawancara langsung merupakan cara yang cukup efektif, sebab data
akan diperoleh secara lengkap, pertanyaan yang kurang jelas atau meragukan
dapat dijelaskan dan hasilnya dapat diperoleh saat itu juga. Kesulitan
wawancara langsung adalah membutuhkan waktu yang cukup lama dan biaya yang
besar sebab cakupan daerah survai biasanya cukup luas. Rea dan Parker (1992),
mengemukakan beberapa kelebihan dari wawancara langsung:
1.
Flexibility
Yaitu pengumpulan data
cukup fleksibel, pertanyaan dapat disampaikan secara lisan ataupun tertulis,
dan dijawab pada saat itu juga, beberapa pertanyaan yang kurang jelas responden
dapat diperjelas.
2.
Greater
complexity
Yaitu peneliti dapat
mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang agak kompleks, dalam pelaksanaannya dapat
diuraikan dan dijelaskan.
3.
Ability
to contact hard-to-reach populations
Yaitu memungkinkan
mengumpulkan data dari sampel yang sulit dihubungi dengan telpon ataupun surat,
seperti para tahanan, naraoidana, para gelandangan, nelayan.
4.
High
response rate
Yaitu kemungkinan memberikan
jawaban lebih besar dibandingkan dengan penyampain angket melalui pos.
5.
Assurance
that instructions are followed
Yaitu kemungkinan responden
memberikan jawaban seprti yang diharapkan lebih besar.
Disamping
kelebihan wawancara langsung juga memiliki beberapa kelemahan diantaranya:
a.
High
cost : Yaitu membutuhkan biaya yang relatif lebih tinggi dari cara-cara yang lain.
b.
Interviewer
bias : Yaitu kemungkinan ada bias, karena hubugan dengan
orang-orang yang baru dikenal seringkali menimbulkan jarak, atau kekurangpercayaan
yang berlebihan. Pewawancara juga kadang-kadang memberikan penjelasan atau
respon yang tidak netral, cenderung mengarah pada keadaan tetentu.
c.
Respondent’s
reluctante to cooperate : Yaitu ada rasa enggan dari
responden untuk menerima pewawancara di rumahnya atau di tempat kerja,
pembicaraan melalui telepon deringkali dirasakn lebih santai.
d.
Greater
stress : Yaitu wawancara langsung dapat menimbulkan rasa
tertekan atau kecemasan pada responden.
e.
Less
anonymity : Yaitu kurang bersifat rahasia, karena
pewawancara bertemu dan mendapatkan jawaban langsung dari responden.
f.
Personal
safety : Yaitu pertemuan dua orang yang belum saling
mengenal untuk mengumpulkan data dapat mengganggu kenyamanan pribadi, terutama
pada responden.
Wawancara melalui telepon hampir sama
dengan wawancara langsung, data dikumpulkan melalui Tanya jawab secra lisan,
walaupun tidak berhadapan langsung. Dilihat dari segi biaya, cara ini dipandang
lebih hemat, mesikipun biaya telepon tinggi tetapi masih dibawah biaya
transportasi kalau pewawancara datang langsung. Kelemahan dalam wawancara
melalui telepon, kalau pertanyaanya cukup banyak responden sering kali merasa
bosan.
Rea
dan Parker mengemukakan beberapa kelebihan dari wawancara melalui telepon :
1.
Rapid
data collection, Yaitu pengumpulan data dapat dilakukan
dengan cepat, karena tidak harus menempuh jarak untuk datang ke tempat
responden.
2.
Low
cost, Yaitu biaya relatif murah dibandingkan dengan
wanwancara langsung, meskipun ada biaya telepon tetapi lebih murah.
3.
Anonymity,
Yaitu
kerahasiaan pribadi responden dapat terjaga karena pewawancara tidak bertemu
langsung dengan responden.
4.
Large
scale accessability, Yaitu kemungkinan besar data dapat
diperoleh cukup besar dan datanta relatif akan lengkap, kalaupun ada yang
menolak untuk diwawancara dapat diganti dengna responden lain.
5.
Assurance
that instructions are followed, Yaitu ada jaminan bahwa
responden akan mengikuti permintaan pewawancara, jika kurang mengerti dapat
dijelaskan atau diulang pertanyaannya.
Wawancara
melalui telepon disamping memiliki kelebihan juga mempunyai beberapa kelemahan:
a.
Less
control, Yaitu identitas responden hanya diketahui dari
informasi umum, buku telepon, dokumen di kantor pemerintahan, walaupun
identitas tersebut dapat dilengkapi pada waktu wawancara seringkali tidak bisa
sampai kepada hal-hal yang sangat detail.
b.
Less
creadibility, Yaitu hubungan dilakukan secara tidak
langsung kredibilitas pewawancara ataupun responden tidak diketahui.
c.
Lack
of visual materials, Yaitu data diperoleh melalui wawancara
adakalanya diperlukan data penunjang berupa dokumen-dokumen, dalam wawancara
melalui telepon hal itu tidak bisa dilakukan.
d.
Limits
to potential respondents, Yaitu wawancara melalui telepon
hanya dapat dilakukan terhadap responden yang mempunyai telepon dan bersedia
untuk diajak wawancra melalui telepon.
Pengedaran angket kepada kelompok merupakan cara
yang sangat ampuh, sebab dalam waktu yang relatif singkat jawaban dari sejumlah
responden dapat diperoleh. Pengedaran angket kepada kelompok dapat dilakukan apabila
respondennya guru, siswa, karyawan dalam suatu perusahaan atau
kelompok-kelompok masyarakat yang bertemu secara rutin, seperti kelompok
pengajian. Hambatan pengedaran angket kepada kelompok adalah tidsk setiap
penelitian memiliki responden yang berkumpul ditempat.
Cara lain yang relatif
cukup murah adalah pengedaran angket melalui pos. hanya dengan biaya sebesar
perangko pos sejumlah besar angket dapat dikirimkan kepada responden. Kelemahan
utama cara ini adalah besarnya jumlah angket yang mungkin tidak kembali. Dengan
menambah jumlah angket sampai dengan 40% biasanya hambatan tersebut bisa
tertutup. Kelemahan lain dalah pertanyaan yang kurang jelas mungkin tidak
dijawab.
Beberapa
kelebihan dari angket melalui pos menurut Rea dan Parker:
1.
Cost
savings, Yaitu pengumpulan data menggunakan angket melalui
pos lebih hemat dibandingkan dengan pengumpulan data secara langsung maupun
melalui telepon,biaya yang diperlukan hanya sebesar harga perangko.
2.
Convenience,
Yaitu
pengumpulan data melalui pos member keleluasaan kepad responden sesuai dengan
kesempatan yang ada.
3.
Ample
amount of time, Yaitu waktu yang diberikan kepada
responden untuk memeberikan jawaban cukup panjang.
4.
Authoritative
impression, Yaitu peneliti menyusun isi dan bentuk
angket dengan sebaik-baiknya sehingga angket tersebut menumbuhkan kepercayaan
pada responden untuk menjawabnya.
5.
Anonimity,
Yaitu
dalam pengisian angket responden tidak bertemu langsung dengan peneliti, maka
kerahasiaan data tentang responden dapat dijamin.
6.
Reduced
interviewer bias, Yaitu petunjuk dan pertanyaan telah
disusun selengkap dan sejelas mungkin dan tidak ada hambatan-hambatan karena
kontak pribsdi, maka bias dapat dikurangi seminim mungkin.
Di samping kelebihan angket yang
disampaikan melalui pos juga memiliki beberapa kelemahan:
a.
Lower
response rate than other method, Yaitu kemungkinan
jumlah angket yang tidak kembali adalah paling besar dibandingkan cara-cara
yang lain.
b.
Comparatively
long time period, Yaitu pengedaran angket melalui pos,
waktu pengembaliannya kemungkinan lama.
c.
Self
selection, Yaitu angket melalui pos tidak bisa
kembali seluruhnya, rata-rata hanya 75-80%, mereka tidak mengisi dan
mengembalikan angket, karena tidak mampu memberikan jawaban.
d.
Lack
of interviewer involvement, Yaitu keterlibatan
peneliti dalam angket melalui pos kesil sekali, sehingga kesulitan-kesulitan
yang dihadapi responden tidak bisa dibantu.
e.
Lack
of open ended questions, Yaitu pertanyaan-pertanyaan dalam
angket melaluipos disusun dalam bentuk angket tertutup, padahal untuk hal-hal
tertentu diperlukan jawaban terbuka.
Ada
beberapa langkah yang sebaiknya ditempuh oleh peneliti dalam pengumpulan data
survai terutama yang menggunakan jasa pos (McMillan & Schumacher, 2001)
1.
Merumuskan tujuan penelitian. Tujuan ini
mencakup tujuan umum dan tujuan khusus. Tujuan umum berisi rumusan yang lebih
bersifat umum tentang apa yang ingin dicapai dengan penelitian ini, sedangkan
tujuan khusus berisi rumusan tentang sasaran-sasaran lebih spesifik yang ingin
dicapai.
2.
Memilih sumber dan populasi target.
Langkah selanjutnya yang harus ditempuh adalah populasi target yang ingin
dicapai. Keluasan wilayah, penyebaran populasi dan besarnya populasi akan
mempengaruhi waktu, dan, dan jumlah personil yang diperlukan. Berbagai jenis sumber daya ini
perlu dirumuskan bersamaan dengan penentuan populasi target.
3.
Pemilihan teknik dan pengembangan
instrument pengumpulan data. Untuk mendapatkan data yang objektif dan akurat
diperlukan instrumen yang valid yang benar-benar ingin dihimpun. Instrumen yang
memiliki validitas yang tinggi, tidak memberikan penafsiran lain kecuali
jawaban lain kecuali yang infin dihimpun. Teknik pengumpulan data yang
digunakan survai biasanya ada dua macam, yaitu pedoman wawancara dan angket.
Pedoman wawancara digunakan kalau survai akan dilaksanakan melalui wawancara
langsung, sedangkan pengumpulan data dilakukan secara tidak langsung maka
digunakan angket. Pedoman wawancara dan angket yang digunakan dalam survai
adalah bentuk tertutup. Bentuk angket pada survai umumnya bersifat kategorial,
kemungkinan jawabannya berbentuk kategori (data nominal) seperti jenis kelamin,
pekerjaan.
4.
Petunjuk pengisisan. Petunjuk pengisisan
sangat penting di dalam pelaksanaan survai, karena dalam survai umumnya
pengisian instrument dilakukan tanpa kehadiran peneliti. Responden mengisi
pertanyaan sesuai dengan penafsiran dia tentang apa yang ada dalam petunjuk.
Petunjuk harus berisi rumusan yang jelas tentan maksud pengedaran angket, serta
apa yang harus dikerjakan oleh responden dan bagaimana pengerjakannya.
5.
Penentuan sampel. Pemilihan dan
penarikan sampel sangat penting dalam survai. Sampel harus mewakili populasi
baik dalam jumlah maupun karaktristiknya. Karakteristik sampel diambil
berdasarkan strata dan klaster. Dalam setiap strata dan klaster diambil jumlah
sampel secara proporsional berdasarkan besarnya populasi.
6.
Pembuatan alamat. Dalam pengumpulan data
yang menggunakan jasa pos, alamat baik alamat responden maupun alamat peneliti,
sangat memegang peranan penting.
7.
Uji coba. Uji coba dilakukan terhadap
kelompok orang (sampel) dari populasi target, tetapi tidak termasuk sampel yang
akan mengisi instrument pada penelitian sesungguhnya. Uji coba dilakukan dalam
dua bentuk yaitu melalui pos dan penyampain langsung. Uji coba melalui pos
selain memebrikan masukan tentang kejelasan petunjuk dan rumusan pertanyaan,
juga memberikan sampel berapa persen yang mengembalikan angket tepat waktu,
tidak mengembalikan sama sekali. Uji coba langsung selain memberikan masukan
tentang kejelasan petunjuk dan pertanyaan juga lama waktu pengisian.
8.
Tidak lengkap dan tidak mengembalikan.
Dalam pelaksanaan survai melalui pos seringkali semua instrument dapat kembali
dan terjawab lengkap. Rata-rata rate yang kembali dan terjawab lengkap adalah
70% dan itu termasuk persentase yang cukup baik. Kalau kurang dari 70 termasuk
kurang berhasil dan harus ada kegiatan lanjutan untuk mengirimkan angket pada
sampel lainnya.
9.
Tindak lanjut. Apabila jumlah angket
yang kembali dan terjawab lengkap kurang dari 70% terutama untuk pengedaran
melalui pos, maka harus dilakukan kegiatan tindak lanjut. Kegiatan tindak
lanjut dilakukan setelah astu atau dua minggu dari batas pemngemblian angket.
Responden yang dikirimi angket dapat orang yang sama yang tidak mengembalikan.
Kalau bisa dijangkau jawaban yang tida lengkap, dilengkapi dengan cara
mendatangi langsung. Baik pada penyampain angket yang pertama maupun yang kedua
jumlah yang dikirimkan lebih banyak dari besarnya sampel yang diharapkan,
biasanya tambahannya sekitar 30% sampai dengan 40%.
Penelitian eksperimental (experimental research), merupakan
pendekatan penelitian kuantitatif yang paling penuh, dalam arti memenuhi semua
persyaratan untuk menguji hubungan sebab-akibat. Pendekatan penelitian ini
banyak digunakan dalam penelitian-penelitian sain atau ilmu kealaman, sebab
memang awal pengembangannya adalah dalam bidang tersebut. Penelitian-penelitian
dalam bidang sain baik fisika, kimia maupun biologi hampir seluruhnya ditujukan
untuk menguji pengaruh atau hubungan sebab-akibat dari suatu atau beberapa hal
atau variabel. Penelitian eksperimental merupakan pendekatan penelitian yang
cukup khas. Kekhasan tersebut diperlihatkan oleh dua hal, pertama penelitian
eksperimen menguji secara langsung pengaruh suatu variabel terhadap variabel
lain, kedua menguji hipotesis hubungan sebab-akibat.
Penelitian seringkali ditujukan untuk
mengetahui hubungan anatara dua hal, segi, aspek, komponen atau lebih. Hal,
segi, aspek atau kompenen tersebut memiliki kualitas atau karakteristik yang
bervariasi sehingga sering disebut sebagai variabel. Hal, segi, aspek, komponen
yang sama atau tidak memiliki variasi pada suatu objek atau seseorang disebut
konstan. Variabel yang bervariasi kualitasnya disebut variabel kualitatif (qualitative variable), yang bervariasi
jumlah atau tingkatannya disebut variabel kuantitatif (quantitative variable), yang bervariasi jenisnya disebut variabel
kategorial (categorial variable).
Hubungan antara variabel dapat terbentuk
hubungan korelasional, saling hubungan atau hubunngan sebab-akibat. Hubungan
korelasional menunjukan saling hubungan antara dua variabel atau lebih, seperti
antara tinggi dengan berat badan, antara motivasi dengan prestasi belajar.
Hubungan sebab-akibat menunjukan pengaruh antara suatu variabel terhadap
variabel lainnya, umpamanya antara pendekatan belajar terhadap prestasi
belajar, antara gizi makanan terhadap kecerdasan, dsb.
Hubungan sebab-akibat atau pengaruh
dalam eksperimen dirancang dalam suatu desain yang disebut sebagai desain
eksperimen. Dalam desain tersebut dibedakan antara variabel atau
variabel-variabel yang memberi pengaruh atau menjadi sebab dengan variabel atau
variabel-variabel yang diberi pengaruh. Variabel yang memberi pengaruh disebut
variabel perlakuan (treatment variable),
variabel bebas (independent variable),
variabel eksperimen (experimental
variable), variabel intervensi (intervention
variable). Variabel yang diukur sebagai akibat dari variabel yang memberi
pengaruh disebut variabel terikat (dependent
variable), variabel akibat atau hasil (outcome
variable), variabel posttes atau variabel kriteria (posttest or criterion variable). Disamping kedua janis variabel
tersebut juga ada variabel ekstranus dan variabel penyela. Variabel ekstranus (extraneous variable) adalah variabel
bebas yang bila tidak di kontrol akan berpengaruh terhadap variabel terikat,
variabel ini masih bisa dan harus dikontrol. Variabel penyela (interveing variable) adalah variabel
yang kemungkinan besar berpengarauh pada hubungan antara variabel bebas dengan
variabel terikat dan sangat sulit untuk bisa dikontrol.
Dewasa ini penelitian eksperimental juga
banyak digunakan dalam penelitian bidang sosial dan humaniora, termasuk
pendidikan dan kurikulum-pembelajaran. Ciri utama penelitian eksperimental
adalah adanya pengontrolan variabel dan pemberian perlakuan terhadap kelompok
eksperimental. untuk meguji pengaruh atau hubungan sebab-akibat antara suatu
atau beberapa variabel terhadap variabel lain minimal diambil dua kelompok
sampel (bisa lebih dari dua kelompok) yang mewakili suatu populasi. Kedua
kelompok diambil secara acak atau random, yaitu memiliki karakteristik yang
sama atau disamakan. Dalam penelitian eksperimental karakteristik-karakeristik
dari kelompok-kelompok yang akan dilibatkan dalam ekspermen harus sama, dicari
yang sama atau disamakan.
Dalam bidang sain pengambilan kelompok
secara acak atau yang memiliki karakteristik yang sama tidak terlalu sulit,
sebab jumlah karakteristiknya lebih terbatas dan pengukurannya relatif lebih
mudah. Umpamanya untuk mengambil dua atau lebih dari dua kelompok jenis tanaman
atau hewan yang memiliki karakteristik yang sama relatif lebih mudah. Hanya
dengan menanyakan kepada pemiliknya atau pemeliharanya jenis dan usianya, tanpa
mengadakan pengetesan kita sudah dapat menemukan kelompok-kelompok tersebut.
Dalam bidang sosial dan humaniora hal
itu sangat sulit. Untuk mendapatkan dua kelompok guru yang memiliki tingkat
kecerdasan, bakat, pengetahan, keterampilan mengajar, sikap, minat, motivasi
sebagai pendidik dan pengajar, latar belakang sosial dan ekonomi, pengalaman
bekerja, disiplin, kinerja, dll yang sama sangatlah sulit. Dari suatu populasi
yang berjumlah seribu orang guru, belum tentu diperoleh 60 guru yang memiliki
karakteristik yang sama dalam hal-hal diatas. Selain kemungkinan sulit
mendapatkan jumlah tersebut, pengukuran dan pencariannyapun tidak mudah. Untuk
mengukur karakteristik tertentu seperti kecerdasan, bakat, pengetahuan, sikap,
minat, motivasi, kinerja, dll., diperlukan pengukuran dengan jenis instrumen
yang berbeda dan masing-masing harus instrumen yang telah baku. Untuk
menghimpun data lainnya yang tidak bersifat mengukur juga diperlukan istrumen
pengumpulan data yang akurat. Bukan saja pekerjaannya relatif sulit,
membutuhkan keahlian khusu, tetapi juga membutuhkan waktu yang relatif lama.
Hambatan diatas tidak berarti menutup
kemungkinan melakukan eksperimen (murni) pada bidang sosial, dengan
mempertimbangkan beberapa hal, upaya mendapat kelompok randon (memiliki
karakteristik yang sama) dapat dilakukan. Dalam pelaksanaan penelitian mungkin
hanya beberapa karakteristik saja yang perlu pengukuran pada saat itu. Dalam
contoh menemukan kelompo random pada guru umpamanya yang perlu pengukuran hanya
kinerja dan disiplin kerja. Beberapa variabel lain seperti kecerdasan, bakat,
minat, sikap dan motivasi latar belakang sosial ekonomi dan pengalaman bekerja
dapat dicari berdasarkan studi dokumenter, baik dokumen dalam seleksimasuk
menjadi guru maupun setelah menjadi guru. Karakteristik lainnya pengetahuan dan
keterampilan mengajar mungkin dapat diasumsikan sama asalkan latar belakang
pendidikan sama (jenjang, asal lembaga, tahun lulusnya sama) dan pengalaman
mengajarnya sama.
Agar eksperimen memberikan hasil yang
meyakinkan, semua variabel ekstranus harus dikontol. Kalau variabel-variabel
tersebut tidak dikontol sulit dapat disimpulkan bahwa variabel akibat atau
variabel terikat tersebut disebabkan atau pengaruh dari variabel bebas. Donal
Campbell dan Julian Stanley (1963) menulis tentang validitas internal dalam
eksperimen. Validitas internal menunjukkan sejauhmana variabel ekstranus
dikontrol oleh penelotian dalam eksperimen. Campbell dan Stanley mengemukaan
ada 12 hal yang perlu dikontrol dalam validitas internal.
a.
History,
Perlakuan dalam bidang sosial dan pendidikan umumnya dilakukan dalam jangka
waktu tertentu yang kemungkinan juga cukup panjang. Selama perlakuan diberikan
banyak hal yang juga dilakukan oleh kelompok eksperimen. Hal-hal tersebut dapat
berpengaruh pada proses dan hasil dari eksperimen.
b.
Maturation,
Selama
perlakuan diberikan, kelompok eksperimen juga mengalami perkembangan,
pengetahuannya bertambah, kematangannya juga lebih meningkat, sehingga dapat
berpengaruh terhadap hasil eksperimen.
c.
Testing,
Dalam
eksperimen dilakukan pretes dan post tes. Berdasarkan pengalaman yang mereka
terima dalam pretes mereka memiliki kesiapan yang lebih tinggi dalam melakukan
posttes.
d.
Instrumentation,
Dampak
negatif dari instrumen yang digunakan terutama dihadapi kalau instrumennya
hanya bersifat pedoman pengamatan atau pedoman wawancara. Hal-hal subjektif
banyak berperan dalam penggunaan instrumen ini. Meskipun digunakan instrumen
yang lebih objektif, ada kecenderungan dari peneliti-peneliti secara sadar atau
tidak sadar, akan memberikan nilai lebih tinggi pada posttes.
e.
Statistical
regression, Dalam regresi statistik ada
kecenderungan subjek yang mendapat skor rendah dalam tes pertama akan naik pada
tes ulangan atau tes kedua dengan soal yang sama atau hampir sama, kalaupun
kemampuannya sebenarnya sama, sebaliknya subjek yang mendapat skor tinggi pada
tes pertama akan menurun pada tes ulangan atau tes kedua.
f.
Differential
selection, Dalam pembentukan kelompok eksperimental
dan kelompok kontrol sering terjadi pilihan yang berbeda sehingga kedua
kelompok menjadi kurang homogin. Bila kelompok benar-benar homogin maka
pengambilan sampel dapat dilakukan secara acak (random).
g.
Experimental
mortality, Dalam penelitian eksperimen juga sering
terjadi pengurangan jumlah anggota dari kelompok eksperimental ataupun kelompok
kontrol.
h.
Selection-maturation
inteaction, Dalam pemilihan kelompok eksperimental
dan kelompok kontrol seringkali tidak dapat dihindari adanya perbedaan
rata-rata tingkat perkembangan kedua kelompok. Umpamanya karena adanya
perbedaan kebijakan kepala sekolah rata-rata usia siswa kelas satu di suatu
daerah adalah 6,1 tahun sedang didaerah lain 6,6 tahun.
i.
Experimental
treatment diffusion, Kelemahan ini terjadi pada kelompok
eksperimen dan kelompok kontrol yang lokasinya berdekatan. Perlakuan dengan
berbagai perangkat dan kegiatan pendukungnya mungkin diketahui dan lebih jauh
juga dipinjam oleh pelaksana dan diterapkan pada kelompok kontrol.
j.
Compensatory
rivalry by the control group, Karena kelompok
mengetahui statusnya sebagai kelompok yang diperbandingkan (kelompok kontrol)
dengan kelompok eksperimen, maka mereka berupaya melakukan kegiatan yang lebih
dari biasanya sehingga hasilnya tidak berbeda dengan kelompok eksperimen. Efek
ini biasa juga disebut sebagai john Henry
effect.
k.
Compensatory
equilization of treatment, Karena kelompok eksperimen diberi
perlakuan dengan fasilitas dan layanan yang baik, maka kelompok kontrol juga
diberi fasilitas dan layanan yang baik walaupun dalam kegiatan yang biasa.
Perbaikan fasilitas dan layanan tersebut dapat menurunkan signifikansi
perbedaan hasil pemberian perlakuan.
l.
Resentful
demoralization of the control group, Kalau pada kelompok
eksperimen, anggota kelompok memiliki moral yang tinggi karena status mereka
sebagai kelompok eksperimen, maka kelompok kontrol memiliki moral yang rendah
karena statusnya sebagai kelompok pembanding yang tidak diberi keistimewaan.
Disamping validitas internal penelitian
eksperimental juga perlu memiliki validitas eksternal. Glenn Bracht dan Gene
Glass (1968) mengemukaan hal yang perlu dikontrol berkenaan dengan validitas
eksternal dalam eksperimen.
a. The extend to which one can
generaliza from the experimental sample to defined population:
Sejauhmana kesimpulan yang diperoleh dari eksperimen terhadap sampel dapat
berlaku bagi populasi. Penelitian eksperimental melakukan penelitian terhadap
sampel, sampel tersebut harus mewakili populasi agar temuan dan kesimpulan yang
diperoleh dapat berlaku bagi populasi.
b. The extend to which personalogical
variable interact with treatment effect: Sampai sejauhmana
faktor-faktor personalogis atau faktor-faktor kepribadian, terutama kepribadian
peneliti bisa berpengaruh terhadap perlakuan. Perlakuan yang berbentuk
pengajaran, pembimbingan, pengawasan, dll., sangat terkait dengan faktor-faktor
kepriadian dari para pelaksana perlakuan.
Validasi ekologis (ecological validaty) menunjukan sejauhmana hasil eksperimen yang
dirancang dalam lingkungan tertentu dapat diterapkan dalam lingkungan lain.
a.
Explicit
description of the experimental: Peneliti hendaknya
menjelaskan desain perlakuan yang diberikan sejelas mungkin, agar peneliti lain
atau pengguna dapat melakukan perlakuan yang sama dengan mudah.
b.
Multiple-treatment interference: Dalam pemberian
perlakuan seringkali terjadi bahwa tiap partisipan dalam eksperimen tidak
diberi perlakuan hanya satu kali tetapi lebih dari satu kali. Tiap perlakuan
memperlihatkan adanya perbedaan perlakuan kedua lebih baik dari yang pertama,
yang ketiga lebih baik dari yang kedua, sehingga perlakuan-perlakuan tersebut
sesungguhnya tidak bisa digeneralisasikan.
c.
Hawthorne
effect: dalam eksperimen partisipan sering mengetahui
bahwa mereka ikut serta dalam eksperimen, mengetahui hal yang diharapkan
terjadi, dan mendapat perhatian khusus. Guru-guru yang dilibatkan dalam
eksperimen pembelajaran umpamanya juga diberi fasilitas dan perhatian khusus.
Hal-hal diatas dapat mempengaruhi hasil dari eksperimen, dan belum tentu dapat
diberikan dalam.
d.
Novelty
and disruption effects: perlakuan yang diberian merupakan
hal baru bagi pertisipan, berbeda dari yang biasa dilakukan, dan hal itu dapat
memberikan hasil yang lebih baik. Sebaliknya perlakuan baru yang diberikan juga
dapat “mengoyak-ngoyak” kebiasaan partisipan sehingga hasilnya menjadi lebih
buruk.
e.
Experimenter
effect: Dalam pelaksanaan eksperimen ada beberapa hal yang
dirancang dan dikelola secara khusus. Rancangan daan pengelolaan khusus ini
belum tentu dapat digeneralisasikan (diterapkan dalam berbagai situasi).
f.
Pretest
sensitization: seringkali isi dan kegiatan pretes ada
hubungannya dengan perlakuan, sehingga bisa mempengaruhi hasil. Isi dan
kegiatan pretes mempertinggi kesiapan partisipan dalam melakukan. Kalau
perlakuan diulang tanpa diadakan pretes hasil bisa berbeda.
g.
Posttest
sensitization: Hampir sama dengan pada pretes, dalam
postes pun bisa terjadi hubungan antara perlakuan yang diberikan pada postes.
Isi dan bentuk kegiatan perlakuan meningkatkan kesiapan partisipan dalam
menghadapi postes.
h.
Interaction
of history and treatment effect: Kegiatan pemberian
perlakuan dapat berkaitan dengan hasil perlakuan. Bahwa partisipan merasa bahwa
kegiatan yang dilakukan adlah hal-hal yang biasa saja, tidak mengandung
pembeharuan, maka hasil eksperimennya juga akan rendah. Sebaliknya kalau
partisipan memandang apa yag dilakukan sebagai hal yang baru, penting
menyenangkan maka hasilnya akan lebih tinggi.
i.
Measurement
of dependent variable: generalisasi hasil penelitian
dipengaruhi oleh bentuk pengukuran dari variabel terikat dalam postes. Hasil
dari postes lebih tinggi bila menggunakan bentuk pilihan jamak, dibandingkan
dengan menggunakan tes uraian.
j.
Interaction
of time measurement and treatment effect: hasil dari postes
juga dipengaruhi waktu pelaksanaan postes. Hasil postest lebih tinggi bila
diberikan segera setelah perlakuan, dibandingkan dengan bila diberikan lama
setelah perlakuan.
Terdapat
beberapa bentuk desain eksperimen yang dapat digunakan dalam penelitian bisnis,
yaitu: Pre-Experimental Design, True Experimental Design, Factorial
Design, dan Quasi Experimental
Design. Hal ini dapat digambarkan seperti gambar 2.1 berikut:
Sugiono. 2015. Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan
Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D). Bandung: ALFABETA cv
Sukmadinata, Nana syaodih. 2009. Metode
Penelitian Pendidikan. Bandung : PT Remaja Rosdakarya