GUNDUL BIKIN CERAI-BERAI
oleh: Alwan Indera Setia
Persabatan antara Rama, Baron, Pras , Han, dan Rahman.
mereka berteman sangat akrab sejak duduk di SMA kelas 10 hingga kelas 12.
Mereka selalu solid dan kompak satu sama lain, baik di dalam sekolah maupun di
luar sekolah. Mengerjakan tugas sekolah mereka selalu bersama,
Kegaduhan di dalam ruang kelas merupakan hal yang lumrah
terjadi di waktu istirahat. Rama, Baron, dan Rahman sedang berbincang-bincang
tentang pembuktian kekompakan dan solidaritas dari persahabatan kelima orang
ini,
“Baron, kita kan
sudah 3 tahun disekolah ini, 3 tahun kita menjalin persahabatan, gimana
kalau hari ini kita semua potong gundul untuk membuktikan kekompakan
persahabatan kita ? ” kata Rahman
“aku sih terserah “ jawab Baron dengan tenang
“namun, gimana dengan han dan pras kita gak tau mereka mau
apa gak” sahut Rama dengan cemas
“ya harus mau kita sahabat ya harus mau” sahut Baron dengan
tegas
Tiba-tiba Pras jalan menuju ke tempat ketiga sahabatnya yang
sedang berbincang-bincang.
“hai bro, ada apa ini kok serius amat bicaranya” Tanya Pras
“ begini bro, kita bertiga sepakat untuk memotong gundul
rambut kita untuk bukti kekompakan kita” jawab gigih
“ apa …?”kaget Pras
Pras terkejut mendengar kesepakatan dari ketiga temannya
itu. Ia dengan cepat mengambil handphone untuk meminta persetujuan dari
pacarnya, Rama mendekati pras seraya tak percaya
“ pras, kamu kenapa Cuma potong gundul aja kok, laki harus
berani dong, dan membuktikan kekompakan kita”
Pras diam sejenak menunggu persetujuan dari pacarnya, dan
mengacuhkan yang dikatakan oleh Rama. Tiba-tiba, ia menerima jawaban dari dari
pras yang menyatakan tidak persetujuan dari pacarnya. Sebuah dilema yang
diterima pras, antara lebih memilih sahabatnya atau pacarnya.
“ aku gak bisa”
“ alasannya kenapa ? sahut Rama
“ kamu gak ngerasain di posisi ku, ini pilihan yang sulit
antara lebih memilih pacar dan sahabat” Pras tak bisa mengendalikan emosi
“semua keputusan di tangan mu pras, kalau kamu gak potong
kita gak sahabat lagi dan saya gak mau bicara lagi dengan mu” sahut Rama sambil
meninggalkan Pras
Bel berbunyi, kegaduhan itu sekejab lenyap ketika guru
matematika member ulangan dadakan, semua siswa tamapk gelisah. Namun dari 24
siswa di kelas itu yang paling gelisah dan ditambah dengan tekanan batin adalah
pras,dari 8 soal yang diberikan guru hanya 1 soal yang dia jawab sampai ulangan
selesai.
*******
Sepulang
sekolah Baron, Rama, Rahman, mengajak pras untuk ikut potong gundul. Dengan
perasaan binggung, Pras akhirnya mau ikut ke salon.Rama mendekati Pras
“
ayo gak usah ragu dan cemberut kaya gitu
dong”
Sesampainya di tempat tujuan mereka, Rama, Baron, dan Rahman
berjalang dengan percaya dirinya, namun rasa percaya diri itu tidak
menghinggapi Pras, yang terbayang dipikirannya saat itu adalah memilih potong
atau tidak.
Seperempat jam kemudian, Rama, Baron, Rahman, selesai
mengguduli rambutnya hingga seperti tahahan nara pidana yang baru keluar dari
penjara, bulatan yang berkilau bak kacang polong. Pras semakin gugup dengan
model rambut yang berkilau itu, dia hanya terpaku pada bulatan tiga buah
kepala. Dia tertawa terbahak-bahak sampai sampai dia tak sadar itu giliranya untuk
digundul juga. Rahman mendekati Pras, dan menariknya untuk potong
“ Pras, sekarang giliranmu, ayo cepetan potong, nih kepala
ku udah gundul, jangan langgar kesepakaton dong, aku gak mau kalo kamu begitu
lho Pras “
“ hahaha rah, aku gak bisa bayangin kalo aku gundul seperti
itu” sahut Pras sambil tertawa terbahak-bahak
Rahman yang sedang tonic
menyela pembicaraan Rahman dan Pras “
pras, ingat kalo kamu gak potong, kami semua gak mau bicara lagi dengan
mu…!”
“ aku juga tahu itu galang, tapi ini keputusan yang sulit,
di salah satu sisi aku harus potong, di sisi yang lain aku gak boleh potong”
sahut Pras
Baron mendekati Pras
dengan perasaan emosi namun masih tetap terkendali
“ siapa yang gak bolehin kamu potong ? pacarmu, pras…pras,
jadi laki itu jangan mau di atur-atur sama perempuan. Nih seperti aku saya
punya pacar tapi fine fine aja kok “
“ aku besok aja Baron, setelah nonton film sama pacar aku
dulu, aku pasti potong kok” ujar Pras sambil tertekan oleh perasaan bingung
“ oke Pras kalo caramu begitu, saat keluar dari salon ini
aku gak kenal dan gak mau ngomong lagi sama kamu…!” gertak Rama
*****
Keesokan harinya, Raman, Baron, dan Rama, menjadi bahan
tertawaan di kelas semua mata tertuju hanya pada ketiga objek yaitu kepala yang
berkilau. Sesuai dengan konsekuensi dari kesepakatan pras tidak di temani dan
tidak diajak bicara lagi. Dia duduk menyendiri di bangku paling belakang. Rasa
acuh tak acuh mulai muncul dari pras terhadap 3 temannya itu.
Di hari kedua, akhirnya han
berangkat sekolah, dia tak tahu kesepakatan apa yang di buat sahabatnya, dan
tak tahu kenapa pras tidak berbicara dengan sahabatnya lagi. Rama berjalan kea
rah Han
“ Han, kamu harus potong gundul
seperti kami juga lho “
“lah aku gak tau kesepakatan yang
kalian buat, terus kok pras gak potong gundul seperti kamu ? ” tanya Han sambil kebingungan
“kalo kamu gak potong seperti kami,
kami gak akan bicara dan berteman lagi denganmu, itu orang aku gak kenal
namanya, dia memang lebih memilih pacar daripada sahabatnya sendiri”
Keluh
Rama
Han meninggalakan Rama, dia
mendekati Pras, untuk duduk di sampingnya. Han merasa kasihan terhadap Pras
yang di acuhkan oleh sahabatnya karena dia tidak gundul, dia memutuskan untuk
tidak potong. Sambil memegangi punggung Pras
“ aku juga memilih tidak potong kok Pras,
tenang aja aku masih menjadi sahabatmu. Eh ngomong-ngomong, emang ada apa kok kamu gak potong Pras? Tanya
Han
“kamu gak tau posisiku han, pacarku
gak bolehin aku potong, nih aku sama pacarku juga masih awal-awal, masa ya aku
harus buat dia risih dengan kepala gundul saat aku jalan sama dia“ ujar Pras
dengan mata layu
*****
Setelah 5 hari Pras
dan Han tidak di ajak bicara lagi oleh ketiga sahabatnya itu, Han dan Pras
merasa bersalah karena membuat sahabat-sahabatnya kecewa. Han dan pras berniat meminta
maaf kepada sahabatnya sepulang sekolah dan berniat mentraktir sahabatnya makan
di kantin sepuasnya, karena dia merasa meminta maaf adalah jalan satu-satunya
untuk memperbaiki ikatan batin yang telah mereka rajut selama 3 tahun selama di
SMA.
Bel pulang pun berbunyi, Pras
bersiap menunggu sahabatnya keluar dari pintu kelas. Dengan perasaan gugup dan
rasa bersalah, dia melontarkan kata-kata maaf untuk sahabatnya yang tepat di
depan matanya sendiri
“Baron, Rama, Rahman. Aku dan Han
minta maaf atas kesalahanku yang aku perbuat kepada kalian, yang membuat kalian
kecewa, aku sadar ini pilihan yang sulit tapi aku takan lagi membuat kalian
kecewa, apa yang aku harus lakukan untuk menebus kesalahanku terhadap kalian”
“ sekarang gini aja kita mau maafkan
kamu dan han, tapi ada syaratnya yaitu
tanding adu jotos 2 lawan 3, gimana ?
tempat dan waktu kalian yang tentuin “ sahut Baron dengan semangat
“ ok gak apa, kami siap sekalipun
kami mendapat luka-luka pada tubuh kami, karena luka luar dapat diobati, kalau
luka di hati susah untuk diobati”ujar Pras
Malam yang sepi di sebuah lapangan, meraka
sudah bersiap tanding. 15 menit mereka pemanasan untuk bertanding, detik-detik
yang mendebarkan bagi pras. Dia sudah tak peduli terhadap apapun yang terjadi
pada tubuhnya yang dia cari adalah permintaan maafnya diterima oleh ketiga
sahabatnya, namun di sisi lain Rama, Rahm, dan Baron ini merupakan kejutan bagi
Pras dan Han, karena mereka berencana membuat perandingan palsu untuk
mengelabui kedua orang tersebut. Saat pertandingan dimulai Baron, Rahman, dan Rama
saling merangkul Pras dan Han.
“ bro, kami sudah maafkan kalian
saat kalian mengucapkan maaf pada kami dan kalian sudah mengetahi kesalahan
kalian, sekarang kita bersahabat bro” ujar Rama
“terima kasih sahabat, kalian memang
sahabat yang tak ternilai harganya. Yuk kita mampit ke cafĂ© kalian kan udah capek pemanasan, aku traktir kok tenang aja“
jawab Pras dengan gembira
“berangkat….!” Sahut bersama
Kelima orang ini menjadi sahabat
lagi, cerita persahabatan mereka tak dapat dipisahkan oleh gundul dan pacar. Karena persahatan
lebih bernilai harganya jika dibandng emas ataupun uang. Persahabatan sejati
takkan ditelan oleh hiruk pikuknya fantasi duniawi.