Friday, March 27, 2020

LANDASAN PENGGUNAAN DAN PENGELOMPOKKAN MEDIA PEMBELAJARAN



Dalam proses belajar mengajar, selain metode mengajar dan media pembelajaran yang harus kita perhatikan yaitu mengenai landasan penggunaan dan pengelompokkan media pembelajaran. Dalam makalah ini akan membahas mengenai landasan penggunaan dan pengelompokkan media pembelajaran.
Landasan penggunaan media pembelajaran sangat berpengaruh dalam pengelompokkan media pembelajaran. Dalam proses belajar mengajar media pembelajaran berperan penting untuk terciptanya suatu pembelajaran yang efektif dan memberikan dampak kepada siswa untuk lebih giat lagi dalam belajar. Selain media pembelajaran, guru juga berperan penting dalam penggunaan media pembelajaran sesuai dengan pengelompokkan media pembelajaran yang sudah ada sebelumnya.
            Ketetapan memilih media merupakan faktor utama dalam mengoptimalkan hasil pembelajaran. Untuk memilih media yang tepat seorang guru perlu mempertimbangkan berbagai landasan agar media yang di pilih benar-benar sesuai dengan tingkat pemahaman, kemampuan berfikir, psikologis, dan kondisi sosisal siswa. Sebab penggunaan media yang tidak sesuai dengan kondisi anak akan menyebabkan tidak bisa berfungsinya media secara optimal. Salah satu metode mengajar tentu yang akan mempengaruhi jenis media pembelajaran yang sesuai, meskipun masih ada berbagai aspek lain yang harus diperhatikan dalam memilih media, anatara lain tujuan pembelajaran, jenis tugas dan respon yang diharapakan siswa kuasai setelah pembelajaran berlangsung, dan konteks pembelajaran termasuk karakteristik siswa.

1.      Apa saja landasan-landasan dalam media pembelajaran?
2.      Apa saja jenis-jenis pengelompokkan media pembelajaran?

1.      Untuk mengetahui landasan-landasan dalam media pembelajaran.
2.      Untuk mengetahui jenis-jenis pengelompokkan media pembelajaran.


Media merupakan salah satu komponen yang sangat penting dalam pembelajaran dan dapat dipandang sebagai salah satu alternatif strategi yang efektif dalam membantu pencapaian tujuan pembelajaran. Mengapa demikian? Untuk mendapatkan jawabannya, terlebih dahulu perlu diuraikan secara rinci beberapa landasan penggunaan media sebagaimana dijelaskan berikut ini:

Menurut Azhar Arsyad (2014:10), landasan teoritis penggunaan media pembelajaran, sebagai berikut:
Pemerolehan pengetahuan dan keterampilan, perubahan-perubahan sikap dan perilaku dapat terjadi karena interaksi antara pengalaman baru dengan pengalaman yang pernah dialami sebelumnya. Menurut Bruner dalam Azhar Arsyad (2014:10), ada tiga tingkatan utama modus belajar, yaitu pengalaman langsung (enactive), pengalaman pictorial/gambar (iconic), dan pengalaman abstrak (symbolic). Pengalaman langsung adalah mengerjakan, misalnya arti kata ‘simpul’ dipelajari dari gambar, lukisan, foto, atau film. Meskipun siswa belum pernah mengikat tali untuk membuat ‘simpul’ mereka dapat mempelajari dan memahaminya dari gambar, lukisan, foto, atau film. Selanjutnya, pada tingkatan simbol, siswa membaca (atau mendengar) kata ‘simpul’ dan mencoba mencocokkannya dengan pengalamannya membuat ‘simpul’. Ketiga tingkat pengalaman ini saling berinteraksi dalam upaya memperoleh ‘pengalaman’ (pengetahuan, keterampilan, atau sikap) yang baru.
Tingkatan pengalaman pemerolehan hasil belajar seperti itu digambarkan oleh Dale dalam Azhar Arsyad (2014:11) sebagai suatu proses komunikasi. Materi yang ingin disampaikan dan diinginkan siswa dapat menguasainya disebut sebagai pesan. Guru sebagai sumber pesan menuangkan pesan ke dalam symbol-simbol tertentu (encoding) dan siswa sebagai penerima menafsirkan symbol-simbol tersebut sehingga dipahami sebagai pesan (decoding). Cara pengolahan pesan oleh guru dan murid dapat digambarrkan pada gambar 2.1.
Uraian di bawah memberikan petunjuk bahwa agar proses belajar mengajar dapat berhasil dengan baik, siswa sebaiknya diajak untuk memanfaatkan semua alat inderanya. Guru berupaya untuk menampilkan rangsangan (stimulus) yang dapat diproses dengan berbagai indera. Semakin banyak alat indera yang digunakan untuk menerima dan mengolah informasi semakin besar kemungkinan informasi tersebut dimengerti dan dapat dipertahankan dalam ingatan. Dengan demikian, siswa diharapkan akan dapat menerima dan menyerap dengan mudah dan baik pesan-pesan dalam materi yang disajikan.

Pesan diproduksi dengan:                       Pesan dicerna dan diinterpretasi
                                                                dengan:
Berbicara, menyanyi, memainkan                  Mendengarkan
alat musik, dsb.

Memvisualisasikan melalui film,                   Mengamati
foto, lukisan, gambar, model,
patung, grafik, kartun, gerakan
nonverbal

Menulis atau mengarang                                Membaca
Gambar 2.1 Pesan dalam komunikasi
Levie & Levie dalam Azhar Arsyad (2014:12) yang membaca kembali hasil-hasil penelitian tentang belajar melalui stimulus gambar dan stimulus kata atau visual dan verbal menyimpulkan bahwa stimulus visual membuahkan hasil belajar yang lebih baik untuk tugas-tugas seperti mengingat, mengenali, mengingat kembali, dan menghubung-hubungkan fakta dan konsep. Di lain pihak, stimulus verbal memberi hasil belajar yang lebih apabila pembelajar itu melibatkan ingatan yang berurut-urutan (sekuensial).
Belajar dengan menggunakan indera ganda-pandang dan dengar berdasarkan konsep di atas akan memberikan keuntungan bagi siswa. Siswa akan belajar lebih banyak daripada jika materi pelajaran disajikan hanya dengan stimulus pandang atau hanya dengan stimulus dengar. Para ahli pandangan yang searah mengenai hal itu. Perbandingan pemerolehan hasil yang searah mengenai hal itu. Perbandingan pemerolehan hasil belajar melalui inderea pandang dan indera dengar sangat menonjol perbedaannya. Menurut Baugh dalam Achsin (1986), kurang lebih 90% hasil belajar seseorang diperoleh melalui indera pandang, dan hanya sekitar 5% diperoleh melalui indera dengar dan 5% lagi dengan indera lainnya. Sementara itu, Dale dalam dalam Azhar Arsyad (2014:13) memperkirakan bahwa pemerolehan hasil belajar melalui indera pandang berkisar 75%, melalui indera dengan sekitar 13%, dan melalui indera lainnya sekitar 12%.
Salah satu gambaran yang paling banyak dijadikan acuan sebagai landasan teori penggunaan media dalam proses belajar adalah Dale’s Cone of Experience (Kerucut Pengalaman Dale) (Dale dalam dalam Azhar Arsyad, 2014:13). Kerucut ini merupakan elaborasi yang rinci dari konsep tiga tingkatan pengalaman yang dikemukakan oleh Bruner sebagaimana diuraika n sebelumnya. Hasil belajar seseorang diperoleh mulai dari pengalaman langsung (konkret), kenyataan yang ada di lingkungan kehidupan seseorang kemudian  melalui benda tiruan, sampai kepada lambing verbal (abstrak). Semakin ke atas di puncak kerucut semakain abstrak media penyampai pesan itu. Perlu dicatat bahwa urut-urutan ini tidak berearti proses belajar dan interaksi mengajar belajar harus selalu dimulai dari pengalaman langsung, tetapi dimulai dengan jenis pengalaman yang paling sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan kelompok siswa yang dihadapi dengan mempertimbangkan situasi belajarnya.
Dasar pengembnangan kerucut di bawah bukanlah tingkat kesulitan, melainkan tingkat keabstrakan, jumlah jenis indera yang turut serta selama penerimaan isi pengajaran atau pesan. Pengalaman langsung akan memberikan kesan paling utuh dan paling bermakna mengenai ingormasi dan gagasan yang terkandung dalam pengalaman itu, oleh karena ia melibatkan indera penglihatan, pendengaran, perasaa, penciuman, dan peraba. Ini dikenal dengan learning by doing misalnuya keikutsertaan dalam menyiapkan makanan, membuat perabot rumah tangga, mengumpulkan perangko, melakukan percobaan di laboraturium dan lain-lain. Yang kesemuanya itu memberi dampak langsung terhadap pemerolehjan dan pertumbuhan pengetahuan, keterampilan, dan sikap.

Gambar 2.2 Kerucut Pengalaman Edgar Dale
Tingkat keabstrakan pesan akan semakin tinggi ketika pesan itu dituankan ke dalam lambing-lambang seperti bagan, grafik, atau kata. Jika pesan terkandung dalam lambing-lambang seperti itu, indera yang dilibatkan untuk menafsirkannnya semakin terbatas, yakni indera penglihatan atau indera pendenngaran. Meskipun tingkat partisipasi fisik berkurang, keterlibatan imajinatif semakin bertambah dan berkembang. Sesungguhnya, pengalaman konkret dan pengalaman abstrak dialami silih bergantyi, hasil belakjar dari pengalaman langsung mengubah dan memperluas jangkauan abstraksi seseorang, dan sebaliknya, kemampuan interpretasi lambang kata membantu seseorang untuk memahami pengalaman yang di dalamnya ia terlibat langsung.
Menurut Drs. Daryanto, landasan penggunaan media pembelajaran ada dua, yaitu landasan filosofis dan psikologis, sebagai berikut :
a.      Landasaan filosofis
Ada suatu pandangan, bahwa dengan digunakannya berbagai jenis media hasil teknologi baru didalam kelas, akan berakibat proses pembelajaran yang kurang manusiawi. Dengan kata lain, penerapan teknologi  dalam pembelajaran akan terjadi dehumanisasi. Benarkah pendapat tersebut?  Bukanlah dengan adanya berbagai media pembelajaran justru siswa dapat mempunyai banyak pilihan untuk digunakan media yang lebih sesuai dengan karakteristik pribadinya? Dengan kata lain, siswa dihargai harkat kemanusiaannya diberi kebebasan untuk menentukan pilihan, baik cara maupun alat belajar sesuai dengan kemampuannya. Dengan demikian, penerapan teknologi tidak berarti dehumanisasi.
Sebenarnya perbedaan pendapat tersebut tidak perlu muncul, yang penting bagaimana pandangan guru terhadap siswa dalam proses pembelajaran. Jika guru menganggap siswa sebagai anak manusia yang memiliki kepribadian, harga diri, motivasi, dan memiliki kemampuan pribadi yang berbeda dengan yang lain, maka baik menggunakan media hasil teknologi baru atau tidak, proses pembelajaran yang dilakukan akan tetap menggunakan pendekatan humanis.
b.      Landasan psikologis
Dengan memperhatikan kompleks dan uniknya proses belajar, maka ketepatan pemilihan media dan metode pembelajaran akan sangat berpengaruh terhadap hasil belajar siswa. Di samping itu, persepsi siswa juga sangat mempengaruhi hasil belajar siswa. Oleh sebab itu, dalam pemilihan media, di samping memperhatikan kompleksitas dan keunikan proses belajar, memahami makna persepsi serta faktor-faktor yang berpengaruh terhadap penjelasan persepsi hendaknya diupayakan secara optimal agar proses pembelajaran dapat berlangsung secara efektif. Untuk maksud tersebut perlu:
1)      Diadakan pemilihan media yang tepat sehingga dapat menarik perhatian siswa serta memberikan kejelasan obyek yang diamatinya,
2)      Bahan pembelajaran yang akan diajarkan disesuaikan dengan pengalaman siswa
Kajian psikologi menyatakan bahwa anak akan lebih mudah mempelajari hal yang konkrit-abstrak dan kaitaannya dengan penggunaan media pembelajaran, ada beberapa pendapat, antara lain Jerome Bruner, mengemukakan bahwa dalam proses pembelajaran hendaknya menggunakan urutan dari belajar dengan gambaran atau film (inconic representation of experiment) kemudian ke belajar dengan simbol, yaitu menggunakan kata-kata (symbolic representation). Menurut Bruner, hal ini juga berlaku tidak hanya untuk anak tetapi juga untuk orang dewasa.
Menurut Rayandra Asyhar (2012), landasan penggunaan media pembelajaran sebagai berikut:
a.      Landasan Empiris
Selama beberapa dekade yang lalu, berkembang pendapat bahwa media hanya menguntungkan dari aspek ekonomi (economic benefit) tetapi tidak memberikan pengaruh signifikan terhadap proses pembelajaran (learning benefit). Menurut Lumsdaine dalam Rayandra Asyhar menguraikan sebagai berikut: “the benefits of media were primarily economic and that their use was to develop the technology of instructional method”. Artinya media hanya menguntungkan dari segi ekonomi dan dapat mengembangkan teknologi pembelajaran. Pernyataan Lumsdaine di perkuat oleh Mielke dalam Rayandra Asyhar yang menulis artikel dalam Educational Broadcasting Review antara lain: “that adequately designed reserch on the learning benefits of various media would yield no significant differences between treatments”. Wilbur Schram dalam Rayandra Asyhar  menyebutkan bahwa pembelajaran lebih dipengaruhi oleh strategi dan kontennya dan  bukan jenis medianya. Clark dalam Rayandra Asyhar (2012) berpendapat yang sama bahwa media merupakan kendaraan yang membawa pesan instruksional akan tetapi tidak mempengaruhi pencapaian prestasi peserta didik.
Pendapat tidak ada pengaruh terhadap pembelajaran berlangsung cukup lama dan menjadi bahan diskusi banyak orang (Clark dalam Rayandra Asyhar, 2012). Namun, hasil-hasil penelitian terbaru mengungkapkan fakta yang berbeda media berpengaruh terhadap hasil dan proses belajar. Hasil penelitian Collins et al dalam Rayandra Asyhar menunjukkan bahwa penggunaan media audio dan video berpengaruh terhadap hasil belajar peserta didik. Hasil penelitian lain yang dilaporkan oleh Remus et al dalam Rayandra Asyhar (2012) juga menunjukkan pengaruh media terhadap pengambilan keputusan siswa. Media teks ternyata lebih efektif dibandingkan media audio. Sedangkan, memberikan pengaruh yang berbeda terhadap hasil belajar secara keseluruhan. Jenis media juga memberikan pengaruh yang berbeda kepada peserta didik. Felton et al dalam Rayandra Asyhar (2012) melaporkan  bahwa penggunaan media audiovisual (video) pada mahasiswa kesehatan lebih efektif dibandingkan dengan media visual teks dan tanpa media. Hal ini dilihat dari hasil tes yang dicapai oleh kelas eksperimen yang diajarkan dengan menggunakan media video jauh lebih baik kelas kontrol.
Pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh siswa merupakan asimilasi atau gabungan dari respon-respon yang dirangsang oleh stimulus-stimulus yang menciptakan suatu kesan sensoris pada diri siswa. Dalam kaitan ini, McLaughlin dalam Rayandra Asyhar menyatakan: “A class acquires knowledge and skill as the results of assimilation of responses elicited by those stimuli which create sensory impressions. The concept of teaching which is based on the teacher relying solely on his voice and personality steems from the belief that communication is best achieved through the medium of sound. The use of AVA (media) in a lesson is based on the consideration of communication as related to all the senses of the talk of the teacher in providing the appropriate stimuli for desired responses can be facilitated by him to engage the students’ senses of hearing, seeing, touching, etc”.
Di sinilah perlunya memanfaatkan media. Siswa akan lebih dapat memahami pelajaran dengan bantuan visul berupa gambar selain penjelasan guru. Pemanfaatan media dalam pembelajaran telah banyak dilakukan oleh para pendidik. Ini didukung oleh kemajuan teknologi komunikasi dan informasi. Banyaknya alternatif jenis media yang dapat digunakan, para pendidik perlu menggunakan kemampuannya dalam menetapkan pilihan agar tepat sasaran. Pemilihan media pembelajran perlu disesuaikan dengan tujuan, materi dan metode pembelajaran serat karakteristik peserta didik karena media apapun tidak akan dapat digunakan secara efektif apabila tidak sesuai dengan sasaran. Peserta didik akanmendapat keuntungan yang signifikan bila belajar dengan menggunakan sumber dan media pembelajran yang sesuai dengan karakteristiknya. Peserta didik yang memiliki gaya belajar visual, seeperti film, video, gambar, atau diagram; sedangkan peserta didik yang memiliki gaya belajar audutif lebih mendapatkan keuntungan dari penggunaan media pembelajran auditif, seperti rekaman, radio, atau ceramah guru. Atas dasar ini, maka prinsip penyesuaian jenis media pembelajaran yang akan digunakan dalam kegiatan pembelajaran dengan karakteristik individual peserta didik menjadi semakin mantap. Begitu pula, untuk materi pembelajaran pronounciation Bahasa Inggris yang menekankan pada indera pendengaran, akan lebih tepat kalau digunakan media audio atau audiovisual, dan sangat tidak efektif bila menggunakan media dan sumber belajar jenis visual.
Pemilihan dan penggunaan media hendaknya jangan didasarkan pada kesukaan dan kesenangan pengajar, tetapi dilandaskan pada kecocokan media itu dengan karakteristik peserta didik, disamping kriteria lain, seperti kepraktisan dan kemudahan memperolehnya, kualitas teknis penggunaan (Midun, dalam Rayandra Asyhar).

b.      Landasan Psikologis
Menurut Midun dalam Rayandra Asyhar, landasan psikologis penggunaan media pembelajaran adalah alasan atau rasionalitas penggunaan media pembelajaran ditinjau dari kondisi belajar dan bagaimana proses belajar itu terjadi . Belajar adalah suatu proses yang mengakibatkan adanya perubahan perilaku pembelajar karena adanya pengalaman belajar. Perubahan perilaku itu dapat berupa bertambahnya pengetahuan, diperolehnya ketrampilan atau kecekatan, dan berubahnya sikap seseorang yang telah belajar. Pengetahuan dan pengalaman diperoleh melalui pintu gerbang alat indra pembelajar (peserta didik). Karena itu diperlukan rangsangan (menurut teori behaviorisme) atau informasi (menurut teori kognitif) sehingga respons terhadap rangsangan atau informasi yang telah diproses itulah hasil belajar diperoleh. Selain itu proses belajar terjadi secara individual atau perseorangan, sehingga apa yang terjadi pada peserta didik A dan peserta didik B terhadap rangsangan informasi yang belum tentu tidak pernah menghasilkan peroleh belajar yang sama pula. Upaya yang dapat dilakukan dalam kegiatan pembelajaran adalah menyediakan rangsangan dan informasi yang ditata dan diorganisasikan dengan cara yang bermacam-macam, agar peserta didik yang memiliki kondisi dan karakteristik yang berbeda-beda dapat memperoleh pengalaman belajar harus disesuaiakan dengan tingkat kemajuan peserta didik.
Tingkat kemampuan yang dimaksud antara lain ialah tingkat berpikirnya. Menurut Jean Piaget, tingkat berpikir seseorang sesuai dengan perkembangan usianya. Misalnya: (1) umur 0-2 tahun, tingkat berpikir seseorang berada pada tingkat sensori motoris; (2) umur 2-7 tahun, tingkat berpikir seseorang berada pada tingkat pra-operasional; (3) umur 7-11 tahun, tingkat berpikir seseorang berada pada tingkat operasi konkret; (4) umur 11 tahun ke atas, tingkat berpikir seseorang berada pada tingkat formal. Sesuai dengan tingkat berpikirnya, setiap orang atau peserta didik diberi rangsangan yang berbeda, sehingga rangsangan itu dapat direspon dengan mempengaruhi perilaku yang diharapkan. Manusia belajar melalui pergaulan dengan lingkungannya. Dalam pengenalan dengan lingkungan itu, seseorang melewati tiga tahap belajar, yaitu tingkat konkret, tingkat skematis, dan tingkat abstrak.
Tahapan konkret dialami oleh seseorang pada saat ia mengenal objek-objek  diluar dirinya secara riil atau nyata. Pada masa ini seseorang mengenal benda atau objek melalui apa yang dilihat dan diraba atau dipegangnya. Seseorang (pembelajar) mengenal benda-benda tersebut dengan cara menunjukan atau di tunjuk. Seseorang pembelajar mengenal benda disekitarnya dengan cara mengamatinya. Tahapan skematis dialami oleh pembelajar pada saat mereka telah mampu membuat skema atau saling berhubungan antara beberapa hal. Kemampuan berpikir pembelajar telah memasuki tingkat berpikir formal. Karena pembelajar telah menyusun suatu skema hubungan tentang sesuatu yang menyebabkan mereka memahami hal yang dipelajarinya. Tahapan abstrak dialami oleh pembelajar pada saat mereka telah mampu memahami objek-objek atau benda-benda, konsep-konsep abstrak. Atau anak telah mampu membuat abstraksi tentang sesuatu. Apabila anak telah mampu menjelaskan konsep atau hal-hal abstrak dengan benar berarti mereka telah memasuki terhadap abstrak.
Berdasarkan teori kognitif Piaget (tahap-tahap perkembangan kognitif), maka beberapa implikasi yang dapat di ambil dalam praktek pendidikan/pembelajaran antara lain: (1) setiap individu (peserta didik) diberi rangsangan yang berbeda sesuai dengan tingkat berpikirnya; (2) pendidik perlu melakukan tes kemampuan awal (entry behavior) pserta didik agar dapat menyusun dan menyajikan materi pembelajaran secara tepat guna; (3) materi pembelajaran jangan terlalu sulit dan jangan terlalu mudah, sehingga pembelajaran yang dijalankan dapat mengubah perilaku (kognitif, afektif, dan psikomotorik) peserta didik; (4) guru menyajikan materi pembelajaran sesuai dengan tingkat dan kemampuan berpikir peserta didik.
Dalam proses pembelajaran, peserta didik dapat memperoleh berbagai jenis pengalaman. Sebagaimana telah disinggung sebelumnya bahwa Erdgar Daie mengemukakan hirarki pengalaman belajar berdasarkan derajat kekonkretan dan keabstrakannya. Erdgar Dale dalam Rayandra Asyhar (2012) menggambarkan jenjang pengalaman itu dalam suatu model yang dikenal dengan kerucut pengalaman (the cone of experiences) seperti pada Gambar. 2.3.
   
Gambar. 2.3 Kerucut pengalaman (the cone of experiences)

Dengan berbagai jenjang pengalaman yang diperoleh pengalaman belajar maka akan beroleh pengalaman yang semakin lengkap. Belajar adalah proses kompleks dan unik. Artinya seseorang yang belajar melibatkan segala aspek kepribadiannya, baik fisik maupun mental. Keterlibatan dari semua aspek kepribadian ini akan tampak dari perilaku belajar orang itu. Dan perilaku belajar yang nampak adalah unik. Artinya perilaku itu hanya terjadi pada orang itu dan tidak terjadi pada orang lain. Setiap orang menampilkan atau memunculkan perilaku belajar yang berbeda. Keunikan perilaku belajar ini disebabkan oleh adanya perbedaan karakteristik yang menentukan perilaku belajar, seperti : gaya belajar (visual vs auditif), gaya kognitif (field independent vs field independent) bakat, minat, tingkat kecerdasan, kematangan, intelektual, dan lainnya yang bisa di acukan pada karakteristik individual peserta didik.
             Perilaku belajar peserta didik yang kompleks dan unik ini menuntut layanan dan perlakuan pembelajaran yang kompleks dan unik pula untuk setiap peserta didik. Komponen pembelajaran yang bertanggungjawab untuk menangani masalah ini adalah strategi penyampaian pembelajaran, lebih khusus lagi media pembelajaran. Startegi (media) pembelajaran haruslah dipilih sesuai dengan karakteristik individual peserta didik. Ia sedapat mungkin harus memberikan layanan pada setiap peserta didik sesuai dengan karakteristik belajaranya. Umpamanya, peserta didik yang memiliki gaya belajar visual harus mendapatkan rangsangan belajar visual dan peserta didik yang memiliki gaya belajar auditif harus mendapat kan rangsangan belajar auditif.
             Perubahan perilaku sebagai akibat dari belajar dapat di kelompokkan ke dalam 3 aspek, yaitu: kognitif, sikap dan keterampilan. Setiap aspek menuntut penggunaan media pembelajaran yang berbeda. Artinya, belajar aspek kognitif memerlukan media yang berbeda dibandingkan peserta didik yang belajar aspek lainnya. Atas dasar ini diperlukan strategi penyampaian yang menggunakan multimedia untuk memenuhi tuntutan belajar aspek yang berbeda-beda
.
c.       Landasan Teknologis
Tidak bisa dipungkiri bahwa kehadiran produk-produk teknologi telah memberi dampak yang luar biasa terhadap peserta didik. Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi komunikasi dan informasi sangat membantu para guru dan peserta didik dalam memperoleh informasi. Dalam pembelajaran misalnya, berbagai media interaktif telah diproduksi dan diaplikasikan oleh banyak sekolah dan institusi pendidikan. Media internetpun menyediakan materi pembelajaran yang tak terbatas dan dapat diakses kapan dan dimana saja sesuai keperluan. Hadirnya teknologi video conference memungkinkan pembelajaran berlangsung jarak jauh (distance learning). Dengan model pembelajaran seperti ini, tidak ada alasan lagi kegiatan belajar-mengajar tidak dapat dilaksanakan, meskipun guru atau dosen sedang bertugas di luar daerah bahkan di luar negeri. Begitu pula, dewasa ini kegiatan praktikum (misalnya kimia, fisika, biologi) sudah dapat digantikan melalui virtual laboratory (laboratorium maya). Melalui laboratorium virtual para siswa atau mahasiswa dapat mengerjakan proyek praktikum yang diberikan guru/dosen seperti biasa. Bahkan, laboratorium virtual memiliki beberapa keunggulan, antara lain lebih praktis, efisien dan relatif tidak berbahaya dibandingkan laboratorium konvensional. Di samping itu, laboratorium virtual juga dapat digunakan oleh siswa secara sendiri-sendiri dan berkelompok, tidak mesti di ruang laboratorium. Laboratorium semacam ini dapat digunakan di rumah masing-masing secara berulang-ulang.
Menurut Midun dalam Rayandra Asyhar (2012), media pembelajaran sebagai bagian dari teknologi pembelajaran memiliki enam manfaat potensial dalam memecahkan masalah pembelajaran.
1)      Meningkatkan produktifitas pendidikan. Media dapat meningkatkan produktivitas (can make education more productive). Produktivitas itu antara lain dengan jalan mempercepat laju peserta didik, membantu guru untuk menggunakan waktunya secara lebih baik. Disamping itu media dapat mengurangi beban guru menyajikan informasi sehingga guru lebih banyak membina dan mengembangkan kegairahan belajar peserta didik.
2)      Memberikan kemungkinan pembelajaran yang sifatnya lebih individual (can make education more individual). Pembelajaran menjadi lebih bersifat individual antara lain dalam variasi cara belajar peserta didik, pengurangan kontrol guru dalam proses pembelajaran, dan memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk berkembang sesuai dengan kemampuan dan kesempatan belajarnya.
3)      Memberikan dasar lebih ilmiah pada pembelajaran (can give instruction a more scientific abese). Media dapat memberikan landasan ilmiah dan penyajian bahan, artinya perencanaan program pembelajaran lebih sistematis, pengembangan bahan pembelajaran dilandasi oleh penelitian tentang karakteristik pelajar, karakteristik bahan pembelajaran, analisis instruksional, dan pengembangan desain pembelajaran dilakkan dengan serangkaian uji coba yang dapat di pertanggungjawabkan secara ilmiah.
4)      Pembelajaran menjadi lebih mantap (make instruction more powerful). Pembelajaran menjadi lebih mantap dalam jalan meningkatkan kapabilitas manusia menyarap informasi dengan melalui berbagai media komunikasi, dimana informasi dan data yang diterima lebih banyak, lebih lengkap dan lebih akurat.
5)      Proses pendidikan menjadi lebih langsung (can make learning more immediate). Pembelajaran melalui media akan memberikan pengalaman nyata dan langsung bagi pelajar. Media mengatasi jurang pemisah antara pebelajar dan sumber belajar. Dan mengatasi keterbatasan manusia pada ruang dan waktu dalam memperoleh informasi dapat menyajikan kekonkritan meskipun tidak secara langsung.
6)      Akses pendidikan menjadi lebih sama (can make acces to education more equal). Media pembelajaran yang dipakai di kelas tidak membedakan pebelajar dan semua pebelajar mendapat hal yangsama melalui media yang digunakan. Penggunaan media dimaksudkan untuk menjangkau semua pebelajar. Artinya media itu tidak hanaya untuk kepentingan terbatas jumlahnya tetapi lebih diarahkan pada jumlah pebelajar yang lebih banyak. Atau juga menjangkau semua golongan dan budaya.

Menurut Euis Karwani dan Donni Juni Priansa, landasan pemanfaatan media pembelajaran terdiri dari empat perpektif utama, yaitu landasan psikologis, teknologis, empirik, dan filosofis. Masing-masing diuraikan sebagai berikut :
a.      Landasan Psikologis
Belajar merupakan proses yang kompleks dan unik kare4na melibatkan aspek kepribadian peserta didik, baik secara fisik maupun mental. Keterlibatan seluruh aspek kepribadian tersebut akan nampak dari perilaku belajar peserta didik. Perilaku belajar sifatnya unik, artinya perilaku yang terjadi pada peserta didik yang satu belum tentu berlaku bagi peserta didik yang lainnya. Perilaku tersebut dipengaruhi oleh gaya belajar (visual vs auditif), gaya kognitif (field independent vs field dependent), bakat, inat, tingkat kecerdasan, kematangan intelektual, dan lain sebagainya yang dapat dicirikan melalui karakteristik peserta didik secara individu. Kajian psikologi menyatakan bahwa poeserta didik akan lebih mudah mempelajari hal yang konkrit ketimbang yang abstrak.
b.      Landasan Teknologis
Penerapan teknologi dalam pembelajaran akan memudahkan peserta didik untuk belajra sesuai dengan karatkteristiknya. Teknologi bekerja mulai dari pengembangan dan pengujian teori-teori tentang berbagai media pembelajaran melalui penelitian ilmiah, dilanjutkan dengan pengembangan desainnya, produksi, evaluasi dan memilih media yang telah diproduksi, pembuatan katalog untuk memudahkan layanan penggunaannya, mengembangkan prosedur penggunaannya dan akhirnya menggunakannya, baik pada tingkat kelas maupun pada tingakat yang lebih luas lagi (diseminasi).
Jadi, dalam kaitannya dengan teknologi, media pembelajaran merupakan proses kompleks dan terpadu yanhg melibatkan orang, prosedur, ide, peralatan, dan organisasi untuk menganalisis masalah, mencari alternatif pemecahannya, mengevaluasi, serta memutuskan alternatif pengelolaan pemecahan masalah dalam situasi dimana kegiatan belajar berlangsung. Komponen penting dari penerapan teknologi dalam pembelajaran adalah tekait dengan pesan yang ingin disampaikan, orang, bahan, media,peralatan, teknik, serta tujuan pembelajaran yang ingin dicapai.


c.       Landasan Empirik
Berbagai temuan penelitian menunjukkan bahwa ada interaksi antara penggunaan media pembelajaran dengan karakteristik belajar peserta didik dalam menentukan hasil belajar peserta didik. Artinya, peserta didik akan mudah dalam belajar jika ia belajar dengan menggunakan media yang sesuai dfengan karakteristiknya. Peserta didik yang memiliki gaya belajra visual akan leih mendapatkan keuntungan dari menggalkan media visual, seperti fgilm, videos, gambar atau diagra,. Sedangkan peserta didik yang memiliki gaya belajr auditif lebih mendapatkan keuntungan dari penggunaan media pembelajaran auditif, seperti rekaman suara, radio atau ceramah dari guru/ pengajar. Akan lebih tepat dan menguntungkan peserta didik dari kedua tipe belajar tersebut jika mengguakan media audio-visual. Berdasarkan landasan rasional empiris tersebur, maka pemilihan media pembelajaran hendaknya jangan hanya dilandasi faktor kesukaan guru, tetapi juga perlu mempertimbangkan kesesuaian antara karakteristik peserta didik, karakteristik  materi pelajaran, dan karakteristik media pembelajran itu sendiri. Atas dasar ini, maka prinsip penyesuaian jenis media yang akan digunakan dalam keiatan pmbelajaran dngan karakteristik individual peserta didik menjadi semakin optimal.
d.      Landasan Filosofis
Terdapat perdebatan dua pandangan, yang pertama berpendapat bahwa penggunaan media pembelajaran dapat menyebabkan dehumanisasi, sedangkan pandangan kedua berpendapat bahea penggunaan media pembelajran justu akan memudahkan peserta didik dlam belajar. Namun demikian, hendaknya dua pandangan tersebut tidak berlarut diperdebatkan, yang penging diperhatikan justru bagaimana pandangan guru terhadap peserta didik dalam proses pembelajaran. Jika guru menganggap peserta didik sebagai anusia yang memiliki kepribadian, harga diri, motivasi, dan memiliki kemampuan pribadi yang berbeda dengan yang lain, maka baik menggunakan media hasil teknologi baru atau tidak, proses pembelajaran yang dilakukan akan tetap mengunakan pendekatan humanis.
Dengan memperhatikan kompleks dan uniknya proses belajra, maka keteepatan pemilihan media dan metode pembelajaran akan sangat berpengaruh terhadap hasil belajar peserta didik. Di samping itu, persepsi peserta didik juga sangant mempengaruhi hasil belajar. Oleh sebab itu, dalam pemilihan media, di samping memperhatikan kompleksitas dan keunikan proses belajar, memahami makna persepsi serta faktor-faktor yang berpengaruh terhadap penjelasan persepsi hendaknya diupayakan secara optimal agar proses pembelajaran dapat berlangsung secara efektif.

B.     Pengelompokkan Media Pembelajaran
Media pembelajaran sangat beraneka ragam. Pengklasifikasian media pembelajaran hinga sekarang belum ada pembakuan, yaitu belum adanya kesepakatan atau ketentuan yang berlaku secara umum atau khusus. Oleh karena itu pengklasifikasian media pembelajaran yang ada sekarang berdasarkan pertimbangan kepentingan atau pendapat yang berbeda-beda. Pengelompokkan media pembelajaran sebagai berikut:
Menurut Dina Indriana (2011:54-57), klasifikasi media pengajaran, secara umum, sebagai berikut:
a.       Mengutamakan kegiatan membaca simbol-simbol kata visual.
b.      Bersifat audio-visual-proyeksi, nonproyeksi, dan berbentuk tiga dimensi.
c.       Menggunakan teknik atau mesin.
d.      Merupakan kumpulan benda-benda atau bahan-bahan (material collections).
e.       Merupakan contoh dari kelakuan guru. Karena itu, tidak hanya alat audio visual yang menjadi komponen dari media pengajaran, tapi juga sampai pada sudut pandang yang luas, yakni kepada pribadi siswa dan tingkah laku guru.
Pada dasarnya, menurut Rudy Brezt dalam Dina Indriana (2011), media pengajaran itu mempunyai lima bentuk dasar informasi, yaitu suara, gambar, cetakan, grafik, garis, dan gerakan. Hal ini didasarkan pada fungsi yang melekat dalam kelima bentuk dasar tersebut, yakni berdasarkan pada sesuatu yang dilakukan dan cara melakukannya.
Menurut bentuk informasi yang digunakan dalam media pengajara, maka media pengajaran bias diklasifikasikan dalam lima kelompok besar, yaitu media visual diam, media visual gerak, media audio, media audio visual diam, dan media audio visual gerak. Lima kelompok besar ini bias disajikan dalam bentuk penglihatan langsung, proyeksi optik, proyeksi elektronik atau telekomunikasi.
Sedangkan, jenisnya ada dua. Pertama, aspek bentuk fisik, yang terdiri atas media elektronik dan media nonelektronik. Kedua, aspek pancaindera, yang mencakup media audio, media visual, media audio visual, dan media grafis. Dengan menganalisis media melalui bentuk dan cara penyajiannya, maka format klasifikasi media pengajaran adalah sebagai berikut:
1)      Grafis, bahan cetak, dan gambar diam.
2)      Media proyeksi diam,
3)      Media audio,
4)      Media gambar hidup/film,
5)      Media televise, dan
6)      Multimedia.
Sedangkan jika dilihat dari bentuknya, maka jenis media itu bermacam-macam. Beberapa jenis tersebut antara lain media cetak (printed media), media pameran (displayed media), media yang diproyeksikan (projected media), rekaman audio (audiotape recording), gambar bergerak (motion picture), dan media berbasis computer (computer based media).
Dengan menggunakan media pengajaran ini, maka pengalaman akan berlangsung dari level konkret ke tingkatan abstrak. Tingkatan konkret adalah proses belajar dari kenyataan atau pengalaman langsung, dan empunyai tujuan dalam kehidupan. Sehingga hal ini hanya akan memberi dammpak pada bagian luar, tanpa membekas pada bagian dalam. Sedangkan tingkatan abstrak akan membuat anak didik mampu menyerap materi pengajaran dengan lebih baik. Sebab, menggunakan media sangat membantu dalam mencapai tujuan pembelajaran yang diinginkan.

Menurut Hamdani (2011), pengelompokkan media pembelajaran sebagai berikut:
a.      Media Grafis
Media grafis termasuk media visual, sebagaimana halnya media lain, media grafis berfungsi menyalurkan pedan dari sumber ke penerima pesan. Saluran yang dipakai menyangkut indra penglihatan. Pesan yang akan disampaikan dituangkan ke dalam simbol – simbol komunikasi visual.
Simbol – simbol tersebut perlu dipahami benar artinya agar proses penyampaian pesan dapat berhasil dan efisien. Selain fungsi umum tersebut, secara khusus, grafis berfungsi pula untuk menarik perhatian, memperjelas sajian ide yang ditampilkan, mengilustrasikan atau menghiasi fakta yang mungkin akan cepat dilupakan atau diabaikan apabila tidak digrafiskan. Selain sederhana dan mudah, media grafis, termasuk media yang relatif murah apabila dilihat dari segi biayanya. Banyak jenis media grafis, di antaranya sebagai berikut.
1)      Gambar atau foto
Di antara media pendidikan, gambar atau foto adalah media yang paling umum dipakai. Keduanya merupakan bahasa yang paling umum, yang dapat dimengerti dan dapat dinikmati di mana – mana.
2)      Sketsa
Sketsa adalah gambar sederhana atau draf kasar yang melukiskan bagian – bagian pokoknya tanpadetail. Guru hendaknya dapat menuangkan ide – idenya ke dalam bentuk sketsa. Sketsa, selain dapat memperjelas penyampaian murid, menghindari verbalisme, dan dapat memperjelas penyampaian pesan, harganya pun tidak mahal sebab media ini dibuat langsung oleh guru.
Sketsa dapat dibuat secara cepat, sementara guru menerangkan, dapat pula dipakai untuk tujuan tersebut.
3)      Diagram
Sebagai suatu gambar sederhana yang menggunakan garis dan simbol, diagram atau skema menggambarkan struktur dari objek secara garis besar. Diagram menunjukkan hubungan yang ada diantara komponennya atau sifat-sifat proses yang ada disitu. Diagram pada umumnya berisi petunjuk-petunjuk. Diagram menyederhanakan hal yang kompleks sehingga dapat memperjelas penyajian pesan.
4)      Bagan (chart)
Fungsi bagan yang pokok adalah menyajikan ide-ide atau konsep-konsep yang sulit apabila hanya disampaikan secara tertulis atau lisan secara visual. Bagan juga mampu memberikan ringkasan butir-butir penting dari suatu presentasi.
Pesan yang akan disampaikan biasanya berupa ringasan visual suatu proses, perkembangan atau hubungan-hubungan penting. Dalam bagan sering kita jumpai jenis media gafis yang lain, seperti gambar, diagram, kartun, atau lambing-lambang verbal.
5)      Grafik (graphs)
Grafik adalah gambar sederhana yang menggunakan titik-titik, garis atau gambar. Untuk melengkapinya, simbol-simbol verbal sering digunakan di dalam grafik.
Fungsi grafik adalah menggambarkan data kuantitatif secara teliti, menerangkan perkembangan atau perbandingan sesuatu objek atau peristiwa yang saling  berhubungan secara singkat dan jelas. Berbeda dengan bagan, grafik disusun berdasarkan prinsip-prinsip matematika dan menggunakan data-data komparatif.
b.      Teks
Media ini membantu siswa untuk berfokus pada materi karena mereka cukup mendengarkan tanpa melakukan aktivitas lain yang menuntut konsentrasi. Media teks sangat cocok apabila digunakan sebagai media untuk memberikan motivasi. Akan tetapi, media teks di dalam multimedia memerlukan tempat penyimpanan yang besar di dalam komputer, serta memerlukan software dan hardware yang  spesifik agar suara dapat disampaikan melalui computer.
c.       Audio
Media audio memudahkan dalam mengidentifikasi objek-objek, mengklasifikasikan objek, mampu menunjukkan hubungan spasial dari suatu objek, membantu menjelaskan konsep abstrak mejadi konkret.
d.      Animasi
Media animasi mampu menunjukkan suatu proses abstrak sehingga siswa dapat melihat pengaruh perubahan suatu variable terhadap proses tersebut. Media animasi menyediakan suatu tiruan yang apabila dilakukan pada peralatan yang sesungguhnya terlalu mahal atau berbahaya (misalnya, simulasi melihat bentuk tegangan listrik dengan simulasi oscilloscope atau melakukan praktik menerbangkan pesawat dengan simulasi penerbangan).
e.       Video
Video sangat cocok untuk mengajarkan materi dalam ranah perilaku atau psikomotor. Akan tetapi, video mungkin saja kehilangan detail dalam kemampuan materi karena siswa harus mampu mengingat detail dari scene ke scene. Umumnya, siswa menganggap bahwa belajar melalui video lebih mudah dibandingkan melalui teks sehingga mereka kurang terdorong untuk lebih aktif di dalam berinteraksi dengan materi. Video memaparkan keadaan real dari suatu proses, fenomena atau kejadian sehingga dapat memperkaya pemaparan.

Menurut Sudirman N (1987), jenis-jenis media pembelajaran sebagai berikut:
a.      Dilihat dari jenisnya
1)      Media auditif, yaitu media yang hanya mengandalkan suara saja, seperti radio, cassetter recorder, piringan audio. Media ini tidak cocok untuk orang yang tuli atau mempunyai kelainan pendengaran.
2)      Media visual, yaitu media yang hanya mengandalkan indera pengelihatan. Media visual ini ada yang menampilkan gambar diam seperti film strip (film rangkai), slides (film bingkai), foto, gambar atau lukisan, cetakan. Ada pula media visualyang mrnmpilkan gambar atau simbol yang bergerak seperti film bisu, film kartun.
3)      Media audiovisual, yaitu media yang mempunyai unsur suara dan unsur gambar. Jenis media ini mempunyai kemampuan yang lebih baik karena meliputi jenis media yang pertama dan kedua. Media ini dibagi kedalam:
a)      Audiovisual diam, yaitu media yang menampilkan sara dan gambar diam seperti film bingkai suara (sound slids), film rangkai suara, cetak suara.
b)      Audiovisual gerak, yaitu media yang dapat menampilkan unsur suara dan gambar yang bergerak seperti film suara dan video cassette.
c)      Audiovisual murni, yaitu baik unsur suara maupun gambar berasal  dari satu sumber seperti film.
d)     Audiovisual tak murni, yaitu yang unsur suara dan unsur gambarnya berasal dari sumber yang berbeda, mislnya film bingkai suara yang unsur gambarnya bersumber dari slides projector dan unsur suaranya bersumber dari tape recorder.
b.      Dilihat dari daya liputnya
1)      Media yang mempunyai daya liput yang luas dan serentak. Penggunaan media ini tidak terbatas oleh tempat dan ruangan serta dapat menjangkau jumlah sisiwa yang banyak dalam waktu yang sama. Contoh media ini ialah radio dan televisi.
2)      Media yang mempunyai daya liput yang terbatas oleh ruang dan tempat, yaitu media yang dalam penggunaanya membutuhkan ruang dn tempat yang khusus seperti film, sound slides, film rangkai, yang harus menggunakan tempat tertutp dan gelap.
3)      Media untuk pengajaran individual seperti modul berprogram dan pengajaran melalui komputer.
c.       Dilihat dari bahan dan pembuatanya
1)      Media yang sederhana, yaitu media yang bahan dasarnya mudah diperoleh dan harganya murah, cara pembuatanya mudah , dan penggunaanya tidak sulit.
2)      Media yang kompleks, yaitu media yang bahan dan alat pembuatanya sulit diperoleh serta mahal harganya, sulit membuatnya, dan penggunaanya memerlukan keterampilan yang memadai.

Menurut Dra. Sumiati dan Asra (2008 :160), aneka ragam media pembelajaran dapat diklasifikasikan berdasarkan ciri-ciri tertentu, antara lain:
a.      Berdasarkan kemampuan indera, jenis media pembelajaran terdiri atas:
1)      Media audio, yaitu jenis media pembelajaran yang mengunakan kemampuan indera telinga atau pendengaran (audio).  jenis media pembelajaran ini menghasilkan peran berupa bunyi atau suara.  Contoh: radio, tape recorder, telepon.
2)      Media visual, yaitu jenis media pembelajaran yang mengunakan kemampuan indra mata atau penglihatan (visual).  jenis media pembelajaran ini menghasilkan pesan berupa bentuk atau rupa yang dapat dilihat.  Contoh: gambar, grafik, poster.
3)      Media audio visual,yaitu jenis media pembelajaran yang mengunakan kemampuan indera telinga atau pendengaran dan Indra mata atau penglihatan ( audio- visual). jenis media pembelajaran ini menghasilkan pesan berupa suara dan bentuk atau rupa. Contoh: televisi, film, video.
Media audio visual yang dapat digunakan dalam pembelajaran banyak ragamnya setiap jenis alat memiliki tingkat keefektifan sendiri-sendipengunanya untuk meningkatkan keaktifan dan kefektifan belajar tergantung pada jenisnya, ketersediaannya dan kemampuan menggunakanya. Konsep tentang pemanfatan alat bantu pandang dengar didasarkan atas konsep tentang perolehan pengalaman seseorang melalui media pembelajaran ( perantara yang digunakan, makin konkrit suatu media pembelajaran digunakan makin tingi nilai pengalaman yang diperoleh).
                                       
b.      Berdasarkan daya atau kemampuan liputanya, jenis media pembelajaran terdiri atas:
1)      Media pembelajaran dengan daya atau kemampuan liputanya luas dia itu dapat menjangkau tempat yang luas dengan jumlah orang atau siwa yang banyak. Contoh: televisi, radio.
2)      Media pembelajaran dengan daya atau kemampuan liputanya terbatas. Yaitu hanya dapat menjangkau tempat atau ruang tertentu dan terbatas dengan jumlah orang atau siswa yang tidak banyak. Contoh: papan tulis, slide, overhead projector (OHP).
c.       Berdasarkan penguna atau pemakai yang memanfatkan media pembelajaran. jenis media pembelajaran terdiri atas:
1)      Media pembelajaran yang digunakan untuk pembelajaran secara masal atau banyak orang. contoh: belajar melalui televisi atau radio.
2)      Media pembelajaran yang digunakan untuk pembelajaran secara individual atau perorangan. Contoh: belajar melalui modul atau buku.

d.      Berdasarkan kerumitan (kekomplekan) dan biayanya, jenis media pembelajaran, terdiri atas:
1)      Big media, yyaitu media pembelajaran yang rumit (kompleks) ddan biayanya ma serta pengunanya relatif usah membutuhkan tenaga yang terlatih. Contoh: film, video, komputer.
2)      Little media, yait media pembelajaran yang sederhana atau tidak rumit dan biayanya tidak mahal relatif murah, serta pengunanya relatif mudah tidak perlu tenaga terlatih. Contoh: papan tulis, gambar.

e.       Berdasarkan pembuatan dan pemanfatanya, jjenis media pembelajaran terdiri atas:
1)      Media by design, yaitu media pembelajaran yang dirancang, dipersiapkan, dan dibuat sendiri oleh guru lalu digunakan untuk proses pembelajaran. Contohnya semua media pembelajaran yang dirancang, dipersiapkan dan dibuat sendiri oleh guru.
2)      Media by utilization atau media pembelajaran yang dimanfatkan  itu media pembelajaran yang dibuat oleh orang lain atau suatu lembaga/ institusedangkan guru hanya tingal mengunakan atau memanfatkannya. Contohnya semua media pembelajaran yang hanya digunakan atau dimanfatkan dan tidak membuat sendiri.

f.       Berdasarkan dimensinya, jenis media pembelajaran terdiri atas:
1)      Media 2 dimensi, yaitu jenis media pembelajaran yang hanya mempunyai dua ukuran yaitu panjang dan lebar. Contoh: poster, bagan, gambar.
2)      Media tiga dimensi, yaitu jenis media pembelajaran yang mempunyai minimal tiga ukuran yaitu panjang, lebar, dan isi/tinggi. Contoh: model( benda yang menyerupai aslinya), realia (benda asli).
g.      Berdasarkan proyeksinya, yaitu jenis media pembelajaran terdiri atas:
1)      Media proyeksi, iaitu jenis media pembelajaran yang bisa diproyeksikan atau dipancarkadengan mengunakan alat proyektor,sehinga gambarnya akan nampak pada layar.  Contoh: film, film strips, slide, OHP, in focus.
2)      Media tidak diproyeksikan, yaitu jenis media pembelajaran yang tidak bisa diproyeksikan atau dipancarkan. Contoh: buku, papan flanel.
h.      Klasifikasi jenis media pembelajaran menurut Rudi Brets
Rudi Brets dalam Sumiati dan Asra (2008:162) membuat klasifikasi media pembelajaran berdasarkan adanya 3 ciri, yaitu suara (audio), bentuk (visual) dan gerak (motion). atas dasar ini Brets membuat 8 kelompok media pembelajaran, yaitu:
1)      Media pembelajaran audio-motion- visual, iaitu media pembelajaran yang mempunyai suara, ada gerak dan bentuk objek yang dapat dilihat. Media pembelajaran semacam ini paling lengkap. Jenis media pembelajaran termasuk kelompok ini adalah televisi, video tape, ddan film bergerak.
2)      Media pembelajaran audio- still-visual,  yaitu media pembelajaran yang  mempunyai suara, objeknya dapat dilihat, namun tidak ada gerakan. Seperti film strip bersuara, selain bersuara atau rekaman televisi dengan gambar tidak bergerak (television still recording).
3)      Media pembelajaran audio- semi motion,  mempunyai suara dan gerakan, namun tidak dapat menampilkan suatu gerakan secara utuh, seperti telewriting atau teleboard.
4)      Media pembelajaran motion-visual,  media pembelajaran yang mempunyai gambar objek bergerak. Seperti film (bergerak) bisu (tidak bersuara).
5)      Media pembelajaran still-visual, yaitu ada proyek namun tidak ada gerak. Seperti film strip, gamar, microform atau halam cetak.
6)      Media pembelajaran semi-motion (semi gerak), yaitu yang menggunakan garisdan tulisan, seperti tele-autografi.
7)      Media pembelajaran audio, hanya menggunakan suara, seperti radio, telepone dan audio tape.
8)      Media pembelajaran cetak, hanya menampilkan simbol-simbol tertentu yaitu huruf (simbol bunyi).



Landasan penggunaan media pembelajaran terdapat beberapa pendapat. Pendapat tersebut antara lain menurut Azhar Arsyad, Drs. Daryanto, Dr.rer.nat.H.Rayandra Asyhar, dan Euis Karwani dan Donni Juni Priansa, , M.Si. Menurut Azhar Arsyad landasan penggunaan media pembelajaran terdiri dari landasan teoritis. Menurut Drs. Daryanto, landasan penggunaan media pembelajaran terdiri dari landasan filosofis dan psikologis. Menurut Dr.rer.nat.H.Rayandra Asyhar, landasan penggunaan media pembelajaran terdiri dari landasan empiris, psikologis, dan teknologis. Sedangkan Menurut Euis Karwani dan Donni Juni Priansa, landasan penggunaan media pembelajaran terdiri dari landasan psikologis, teknologis, empirik, dan filosofis.
Pengelompokkan media pembelajaran juga terdapat beberapa pendapat, antara lain menurut Dina Indriana, Drs. Hamdani, M.A., Sudirman N dkk, Dra. Sumiati dan Asra, M.Pd, dan Rudi Brets dalam Dra. Sumiati dan Asra, M.Pd. Menurut Dina Indriana, pengelompokkan media pembelajaran terdiri dari Grafis, bahan cetak dan gambar diam, media proyeksi diam, media audio, media gambar hidup/film, media televisi, dan multimedia. Menurut Drs. Hamdani, M.A., pengelompokkan media pembelajaran sebagai berikut: media grafis, teks, audio, animasi, grafik, dan video. Menurut Sudirman N dkk, pengelompokkan media pembelajaran dilihat berdasarkan jenisnya, dilihat dari daya liputannya, dan dilihat dari bahan dan pembuatannya. Menurut Dra. Sumiati dan Asra, M.Pd., pengelompokkan media pembelajaran terdiri dari berdasarkan kemampuan indera, berdasarkan daya atau kemampuan liputanya, berdasarkan penguna atau pemakaian, berdasarkan kerumitan ( kekomplekan), berdasarkan pembuatan dan pemanfatanya, berdasarkan dimensinya, dan berdasarkan proyeksinya. Sedangkan menurut Rudi Brets dalam Dra. Sumiati dan Asra, M.Pd, pengelompokkan media pembelajaran terdiri dari audio-motion- visual, audio- still-visual, audio- semi motion, motion- visual, still-visual, semi-motion (semi gerak), audio, dan cetak


Sebagai calon guru kita seharusnya dapat memanfaatkan, memahami, dan mampu menggunakan media yang ada disekitar kita, selain itu kita juga harus bisa memilih media pembelajaran apa yang cocok untuk digunakan pada saat proses belajar berlangsung, karena media pembelajaran sangat membantu pendidik dalam penyampaian materi. Agar peserta didik nyaman dan dapat menerima materi, seorang pendidik haruslah berkreasi menyajikan materinya dengan bentuk yang unik serta menarik minat dan penasaran peserta didiknya dan menyesuaikannya dengan tiap-tiap peserta didik. Selain itu peserta didik juga akan menjadi lebih antusias dalam mengikuti pelajaran dan motivasi belajar peserta didik juga akan lebih meningkat.

DAFTAR PUSTAKA


Arsyad, Azhar. 2014. Media Pembelajaran Edisi Revisi. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Asyhar, Rayandra. 2012. Kreatif Mengembangkan Media Pembelajaran. Jakarta: Referensi   Jakarta.
Daryanto. 2010. Media Pembelajaran Peranannya Sangat Penting Dalam Mencapai Tujuan Pembelajaran. Yogyakarta: Gava Media.
Hamdani. 2011. Strategi Belajar Mengajar. Bandung: CV Pustaka Setia.
Indriana, Dina. 2011. Ragam Alat Bantu Media Pengajaran. Yogyakarta: Diva Press.
Karwati, Euis & Donni Juni Priansa. 2014. Manajemen Kelas. Bandung: Alfabeta.
Sudirman N, dkk. 1987. Ilmu Pendidikan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Sumiati & Asra. 2008. Metode Pembelajaran. Bandung: CV Wacana Prima.