Friday, March 27, 2020

Metode Penelitian Deskriptif, Survei dan Eksperimen


BAB I
Penelitian pada dasarnya merupakan suatu pencarian, menghimpun data, mengadakan pengukuran, analisis, sintesis, membandingkan, mencari hubungan, menafsirkan hal hal yang bersifat teka teki. Berdasarkan pengertian tersebut, maka ketika seseorang melakukan penelitian memerlukan bentuk atau metode penelitian tertentu yang sesuai dengan bidang penelitian yang dilakukannya. 
Metode penelitian merupakan rangkaian cara atau kegiatan pelaksanaaan penelitian yang didasari oleh asumsi asumsi dasar, pandangan pandangan filosofis dan ideologis, pertanyaan dan isu isu yang dihadapi.
Metode penelitian merupakan materi mendasar dalam mempelajari penyusunan skripsi maupun tugas akhir. Tentunya materi ini wajib diketahui bahkan harus dikuasai secara mendalam oleh mahasiswa. Didalam makalah ini dijelaskan beberapa metode penelitian yang didasarkan atas penggolongan jenis penelitian kuantitatif berdasarkan cara atau teknik yang digunakan yakni metode penelitian deskriptif, survei, dan eksperimen.

Adapun rumusan masalah dalam makalah ini adalah:
1.      Apa yang dimaksud dengan penelitian deskriptif?
2.      Apa yang dimaksud dengan penelitian survei?
3.      Apa yang dimaksud dengan penelitian eksperimen?

Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah:
1.      Mengetahui apa itu penelitian deskriptif.
2.      Mengetahui apa itu penelitian survei.
3.      Mengetahui apa itu penelitian eksperimen.




Penelitian diskiriptif adalah suatu bentuk penelitian yang paling dasar. Ditujukan untuk mendeskripsikan atau menggambarkan fenomena-fenomena yang ada, baik fenomena uang bersifat alamiah ataupun rekayasa manusia. Penelitian ini mengkaji bentuk aktivitas, kararteristik, perubahan, hubungan, kesamaan dan perbedaanya dengan fenomena lain. Banyak temuan penting yang dihasilkan dari penelitian deskriptif, umpamanya temuan-temuan tentang sistem tata surya, peredaran bumi, bulan dan planet-planet lainnya, pertumbuhan tanaman, kehidupan binatang, kehidupan orang dalam berbagai lingkungan kehidupan, bagaimana guru-guru mengajar, bagaimana para siswa atau mahasiswa belajar, dan lainnya.
Penelitian deskriptif dalam bidang pendidikan dan kurikulum pengajaaran merupakan hal yang cukup penting, mendeskripsikan fenomena-fenomena kegiatan pendidikan, pembelajaran, implementasi kurikulum pada berbagai jenis, jenjang dan satuan pendidikan. Penelitian ini merupakan salah satu bentuk dari penelitian kuantitatif, dan boleh dikatakan sebagai penelitian kuantitatif yang paling dasar. Penelitian deskriptif dapat juga ditujukan untuk mengadakan kajian yang bersifat kualitatif. Apakah suatu penelitian deskriptif bersifat kuantitatif atau kualitatif perlu ditegaskan sejak awal, didalam tujuan dan desainnya.
Baik yang diarahkan pada kajian kuantitatif maupun kualitatif, penelitian deskriptif memiliki kesamaan, keduanya ditujukan untuk mendeskripsikan fenomena-fenomena apa adanya. Perbedaannya adalah dalam sifat kajian, penelitian kuantitatif deskripsi atau gambarannya menggunakan ukuran, jumlah atau frekuensi, sedang dalam penelitian kualitatif lebih memperhatikan karasteristik, kualitas, keterkaitan antar kegiatan. Pada bab ini penelitian deskriptif lebih diarahkan kepada yang bersifat kuantitatif, desain kuantitatif atau deskriptif kuantitatif. Penelitian deskriptif kualitatif akan diuraikan pada bab lain.
Penelitian deskriptif tidak memberikan perlakuan, manipulasi atau pengubahan pada variabel-variabel bebas, tetapi menggambarkan suatu kondisi apa adanya. Penggambaran kondisi bisa individual atau kelompok, dan menggunakan angka-angka. Bebrapa pertanyaan yang mengarah pada penelitian deskriptif, seumapanya: bagaimana kebiasaan hidup penduduk didserah pedesaan? Pola-pola nilai seperti apa

yang mereka anut? Bagaiman kemampuan membaca anak-anak sekolah dasar? Berapa jam rata-rata waktu yang digunakan para mahasiswa untuk belajar berstruktur dan belajar mandiri setiap minggunya? Penelitian deskriptif sangat penting sebagai studi pendahuluan bagi penelitian-penelitian lanjutan.
Diantara para ahli dan penulis buku prnrlitian, terdapat perbedaan pendapat tentang metode deskriptif terutama dalam hubungannya dengan metode survai. Ada yang memandang sama dan ada juga yang membedakannya. Mereka yang memandang sama ada yang lebih suka menggunakan metode diskriptif, tetapi ada juga yang lebih suka menggunakan metode survai. Diantara yang membedakan ada yang memandang metode diskriptif lebih luas, metode survai sebagai bagian dari metode diskriptif, dan sebaliknya ada yang memandang metode diskriptif bagian dari survai. Penulis setuju dengan penggunaan nama metode deskriptif, metode deskriptif lebih luas dari  metode survai, dan survai merupakan bagian dari metode deskriptif.
Ada beberapa alasan mengapa setuju dengan pandangan tersebut. Pertama, deskripsi atau penggambaran apa adanya merupakan hal yang alamiah dan sesuai dengan kenyataan kehidupan, manusia hidup apa adanya. Lebih jauh manusia ingin tahu dan membutuhkan gambaran yang lebih jelas dan rinci dari keadaan apa adanya tersebut. Kedua, penelitian deskriptif mempunyai makna yang lebih luas, mencakup deskriptifkuantitatif dan deskriptif kualitatif. Kajian metode ini juga lebih lengkap dari metode survai karena mencakup penelitiann melalui pengamatan dan studi dokumenter, sedangkan survai terbatas pada penggunaan wawancara dan angket. Ketiga, penelitian deskriptif merupakan metode penelitian noneksperimental. Metode ini banyak digunakan sebagai studi pendahuluan bagi penelitian noneksperimental lebih lanjut seperti penelitian korelasional, komparatif, pengembangan, dll. Keempat, bagi para peneliti pemula lebih cocok memulai pengembangan kemampuan penelitinya dengan penelitian deskriptif seperti penelitian sederhana oleh para siswa SMA, penulisan tugas akhir D3, penelitian skripsi mahasiswa S1, dll. Tidak menutup kemungkinan penelitian mendalam oleh para pakar dalam penelitian kualitatif.
Dalam penelitian deskriptif, peneliti tidak melakukan manipulasi atau memberikan perlakuan-perlakuan tertentu terhadap variabel atau merancang sesuatu yang diharapkan terjadi pada variabel, tetapi semua kegiatan, keadaan, kejadian, aspek, komponen atau variabel berjalan sebagaimana adanya. Tanpa penelitianpun semua kegiatan, keadaan, komponen, variabel berjalan seperti itu. Penelitian ini berkenaan dengan keadaan atau kejadian-kejadian yang biasa berjalan. Satu-satunya unsur manipulasi atau perlakuan yang diberikan hanyalah penelitian itu sendiri, yang dilakukan melalui observasi, wawancara, pengedaraan angket atau studi dokumentasi. Penelitian deskriptif tidak berhenti pada pengumpulan data, pengorganisasian, analisis dan penarikan interprestasi serta penyimpulan, tetapi dia dilanjutkan dengan pembandingan, mencari kesamaan-perbedaan dan hubungan kausal dalam berbagai hal. Penemuan makna adalah fokus dari keseluruhan proses (John W, Best, 1970:117).
Seperti telah disinggung dimuak bahwa survai merupakan bagiandari metode deskriptif. Batas antara keduanya memang tidak begitu jelas, tetapi secara umum dapat dilihat beberapa perbedaan. Pertama, pencarian dan analisis data pada metode diskriptif lebih mendalam dibandingkan dengan survai, survai menghimpun data yang lebih bersifat permukaan, pencatatan data, menghimpun pendapat umum, berkenaan dengan masalah-masalah, sedang metode deskriptif mengungkap data yang lebih mendalam berkenaan dengan masalah bagaimana dan mengapa. Kedua, survai mengungkap masalah yang lebih luas, lingkup  daerah  yang luas dengan jumlah populasi dan sampel yang lebih besar, sedang  metode deskriptif lebih terbatas, lingkup daerah lebih sempit, populasi dan sempel lebih sedikit. Walaupun dalam satu penelitian mungkin saja lingkup dan jumlah populasi sampelnya hampir sama, tetapi kajiannya berbeda, metode deskriptif lebih mendalam lebih intensif.
Penelitian deskriptif banyak dilakukan dalam ilmu sosial khususnya ilmu perilaku. Banyak perilaku, perbuatan dan kejadian yang menarik perhatian para peneliti, tetapi tidak mungkin dirancang kegiatan agar terjadi perilaku-perilaku atau kejadian tersebut karena bertentangan dengan etika dan akan merugikan subjek peneliti. Para peneliti tidak mungkin merancang peristiwa kebakaran, tabrakan, pembunuhan, pemberian narkoba, pengurangan kadar gizi makanan anak dll, untuk meneliti kepanikan, tingkat keparahan, penderitaan dan dampak yang dialami oleh para korban dan keluarganya. Peristiwa dan dampak-dampaknya hanya bisa diteliti terhadap kejadian yang sudah atau sedang berjalan, tidak mungkin merencanakan penelitian untuk hal-hal seperti itu. Untuk mengkaji hal-hal diatas, metode penelitian yang cocok dan cukup efektif adalah penelitian deskriptif.




Untuk memcahkan masalah atau menentukan suatu tindakan diperlukan sejumlah informasi. Informasi tersebut dikumpulkan melalui penelitian deskriptif.
Ada beberapa jenis informasi yang bisa diperoleh melalui penelitian deskriptif bagi pemecah masalah. Pertama, informasi tentang keadaan saat ini (present condition). Bagaimana keadaan kita sekarang, apa yang kita punyai, apa yang kita lakukan, apa keberhasilan dan kekurangan kita, apa kesalahan kita?dll. kedua, informasi yang kita inginkan (what we may want).  Apa yang ingin kita capai, apa tujuan dan sasaran kita, kemana kita akan pergi, apa yang kita inginkan, butuhkan? Dll. Penelitian deskriptif dilakukan untuk menghimpun informasi tentang tuntutan atau tantangan yang dihadapi, kebutuhan yang dirasakan, kekurangan yang dialami, dll. Ketiga, bagaimana sampai kesana, bagaimana mencapainya (how to get there). Informasi yang dikumpulkan adalah pengalaman orang lain yang mengalami atau menghadapi tuntutan dan kebutuhan yang sama. Mungkin juga dilengkapi denganpendapat para pakar yang punya pengalaman dalam mencapai hal yang sama.
Untuk memecahkan suatu masalah mungkin hanya perlu satu jenis informasi, mungkin dua jenis untuk memecahkan masalah tertentu diperlukan ketiga-tiganya. Untuk mengembangkan suatu program, kurikulum atau sistem pendidikan diperlukan ketiga jenis informasi diatas. Umpamanya mengatasi masalah pengangguran yang terjadi disuatu daerah diperlukan program pendidikan dan pelatihan. Untuk menyusun program pendidikan dan latihan tersebut diperlukan sejumlah informasi yang diperleh melalui penelitian deskriptif.
Informasi pertama adalah keadaan saat ini, berapa jumlah pengangguran yang ada, bagaiman komposisinya dilihat dari segi usia, latar belakang pendidikan, jenis kelamin, latar belakang sosial ekonomi, lingkup dan kondisi geografis. Berkenaan dengan kondisi ini, juga perlu dihimpun informasi latar belakang mereka mengapa menganggur, apa karena tidak ada lapangan kerja, karena mereka malas atau tidak memiliki kecakapan-kecakapan dll.
Informasi kedua, bertolak dari hasil analisis, interpretasi dan kesimpulan terhadap informasi yang pertama diadakan penelitian untuk menghimpun informasi jenis kedua. Informasi ini berkenaan dengan program pendidikan dan latian yang akan dikembangkan bagi mereka. Bila program pendidikan dan latihan itu dibidang pertanian umapamanya, dimana lokasinya, bagaimana perlengkapan gedung dan sarana prasarananya? Apakah tersedia lahan untuk praktek? Bagaimana peralatah prakteknya?. Bagaimana ketersediaan tenaga pengajar? Jumlah, keahlian, dan komposisinya? dll.
Informasi ketiga, bagaimana merealisasikan program pendidikan dan latihan tersebut. Untuk itu diperlukan informasi yang diperoleh dari penelitian deskriptif terhadap daerah atau lembaga yang telah melaksanakan, juga pengumpulkan informasi dari para pakar atau peneliti dan orangorang yang telah berpengalaman dalam melaksanakan program sejenis.
Selain dibedakan antara penelitian deskriptif dengan survai, dalam penelitian deskriptif sendiri ada beberapa variasi, yaitu studi perkembangan, studi kasus, studi kemasyarakatan, studi perbandingan, studi hubungan, studi waktu dan gerak, studi lanjut, studi kecenderungan, analisis kegiatan, dan analisis isi atau dokumen, dll.
1.                   Studi Perkembangan
Penelitian deskriptif, bisa mendeskripsikan sesuatu keadaan saja, tetapi bisa juga mendeskripsikan keadaan dalam tahapan-tahapan perkembangannya. Penelitian atau studi demikaian disebut study perkembangan (developmental studies). Dalam penelitian ini  yang dikaji adalah perubahan-perubahan atau kemajuan-kemajuan yang dicapai oleh seseorang, suatu organsisme, lembaga, organisasi ataupun kelompok masyarakat tertentu. contoh dari kajian ini adalah perkembangan kemampuan berpikir anak pada tahap atau masa bayi, anak kecil, anak sekolah, remaja, adolesen, dewasa. Contoh lain adalah pertumbuhan ekonomi masyarakat disuatu daerah, sebelum ada koperasi, diawal pengembangan koperasi, setelah koperasi berkembang, dan setelah koperasi sangat maju.
Ada dua macam penelitian perkembangan, yaitu perkembangan longitudinal atau jangka panjang, longitudinal approach dan perkembangan dalam tahapan tertentu atau jangka pendek, “cross sectional approach”. Penelitian longitudinal meneliti perkembangan sesuatu aspek atau sesuatu hal dalam seluruh periode waktu, atau tahapan perkembangan yang cukup panjang, umpamanya perkembangan kemampuan berbicara dari masa bayi sampai dengan akhir masa remaja. Penelitian dalam satu tahapan, satu periode waktu atau bersifat cross sectional hanya meneliti perkembangan dalam tahapan-tahapan tertentu saja umpamanya perkembangan kemampuan berbicara hanya pada tahap atau masa bayi, anak kecil, anak sekolah, remaja awal atau remaja akhir saja. Meskipun hanya meneliti tahap-tahapan tertentu, tetapi apabila semua tahapan dilaksanakan secara serentak, maka perkembangan secara keseluruhan dapat diketahui.
2.                  Studi kasus
Studi kasus (case study) merupakan metode untuk menghimpun dan menganalisis data berkenaan dengan sesuatu kasus. Sesuatu dijadikan kasus biasanya karena ada masalah, kesulitan, hambatan, penyimpangan, tetapi bisa juga sesuatu dijasikan kasus meskipun tidak ada masalah, malahan dijadikan kasus karena keunggulan atau keberhasilan. Kasus ini bisa berkenaan dengan perorangan, kelompok (kerja, kelas, sekolah, etnis, ras, agama, sosial, budaya dll), keluarga, lembaga, organisasi, wilayah, masyarakat, dll. Studi kasus diarahkan pada mengkaji kondisi, kegiatan perkembangan serta faktor-faktor penting yang terkait dan menunjang kondisi dan perkembangan tersebut.
3.                  Studi Kemasyarakatan
Studi kemasyarakatan (community study) merupakan kajian intensif yang dilakukan terhadap suatu kelompok masyarakat yang tinggal bersama disuatu daerah yang memiliki ikatan dan karasteristik tertentu. ikatan dan karasteristik tertentu. ikatan dan karastwristik tersebut mungkin berkenaan dengan sejarah, budaya, tradisi, agama, kepercayaan, iklim dan sumber daya alam, kegiatan ekonomi, dll. Biasanya kelompok-kelompok kemasyarakatan yang dipilih dalam studi kemasyaraktan karean mereka memiliki pola-pola kehidupan, keorganisasian, kebiasaan, cara kerja yang khas, berbeda dari kelompok-kelompok masyarakat pada umumnya.
            Studi kemasyarakatan dapt dilakukan terhadap  kelompok masyarakat nelayan yang hidup diatas perahu, masyarakat bajo disulawesi, masyarakat buruh perkebunan tembakau di Deli Serdang masyarakat Baduy di Banten Selatan, masyarakat kampung Naga di Tasikmalaya, masyarakat kubu dan labu di pedalaman Jambi, masyarakat sakai di pedalaman Riau, kehidupan masyarakat dalam Banjar-banjar di Bali, dsb. Kelompok-kelompok masyarakat tersebut memiliki tradisi, cara-cara hidup, bermasyarakat, bekerja yang khas yang berbeda dengan masyarakat pada umumnya.
4.                  Studi perbandingan
Studi perbandingan (comparative study atau causal comparative) merupakan bentuk penelitian deskriptif yang membandingkan dua atau lebih dari dua situasi, kejadian, program dll, yang sejenis atau hampir sama. Dalam studi ini yang dibandingkan adalah semua unsur atau komponenny. Pembandingan kegiatan atau program umpamanya meliputi dasar, tujuan, lingkup, langkah-langkah kegiatan, organisasi, pelaksana, sarana dan alat, biaya, pengelolaan, sampai dengan hasil. Analisis diarahkan pada menemukan persamaan dan perbedaan dalam perencanaan, pelaksanaan, faktor-faktor pendukung dan hasil. Dari hasil pembandingan tersebut dapat ditemukan unsur-unsur atau faktor-faktor penting yang melatarbelakangi persamaan dan perbedaan.
Kalau yang diperbandingkan situasi atau kejadian, unsur-unsur atau komponen yang dianalisis sedikit berbeda, umpamanya meliputi deskripsi situasi atau kronologis kejadian, kompleksitas situasi atau intensitas kejadian, faktor-faktor penyebab dan akibat-akibatnya. Dari analisis tersebut juga akan dapat ditemukan faktor-faktor dominan yang melatarbelakangi atau diakibatkan leh suatu situasi atau kejadian.
5.                  Studi hubungan
Studi hubungan (associational study), disebut juga studi korelasional (correlational study), meneliti hubungan antara dua hal, dua variabel atau lebih. Hubungan dalam studi hubungan berbeda dengan dalam penelitian eksperimental. Dalam studi eksperimental hubungan tersebut menunjukkan hubungan sebab-akibat, dalam studi hubungan hanya menunjukkan asosiasi atau hubungan kesejajaran. Koefisien korelasi yang signifikan atau berarti antara tinggi dengan berat badan, makin tinggi badan juga makin berat badannya, makin pendek makin ringan bobotnya. Tidak berarti tinggi badan mempengaruhi berat badan atau sebaliknya. Studi hubungannya tidak hanya dapat dilakukan terhadap dua variabel, tetapi dapat juga terhadap lebih dari dua variabel.
6.                  Studi waktu dan Gerak
Studi waktu dan gerak (time and motion study) ditujukan untuk meneliti atau menguji jumlah waktu dan banyaknya gerakan yang diperlukan untukbmelakukan suatu kegiatan atau proses. Tujuan dari pengukuran dan analisis data adalah menemukan jumlah waktu dsn gerakan minimal. Studi waktu dan gerak banyak dilakukan didalam industri atau pabrik untuk mebgukur waktubdan gerak penggunaan mesin alat-alat produksi. Studi ini bisa juga digunakan untuk mengukur waktu dan gerak manusia dalam pekerjaan-pekerjaan yang bersifat manual, seperti pencucian bahan dan alat, pengolahan bahan, penjemuran, pengepakan,dll. Dalam bidang pendidikan dsn kurikulum juga dapat digunakan umpamanya untuk mengukur waktu dan gerak dalam penyusunan jadwal pelajaran, latihan, dan belajar mandiri, penggunaan alat-alat praktik dan alat bantu pembelajaran terutama yang rentan panas.
7.                  Studi kecenderungan
Studi kecenderungan (trend study) merupakan penelitian deskriptif yang cukup menarik. Studi ini diarahkan untuk melihat kecenderungan perkembangan. Kecenderungan perkembangan atau prediksi dibuat berdasarkan pertimbangan data longitudinal yang ada. Dari data keadaan yang lalu, keadaan saat ini dapat diperkirakan keadaaan pada masa yang akan datang. Prediksi tentang pertambahan penduduk, perkembangan ekonomi, pendapatan perkapita, kerusakan hutan, peningkatan polusi, dll, dibuat berdasarkan studi kecenderungan. Dalam pendidikan dan kurikulum pembelajaran studi ini dapat dilakukan untuk memperkirakan peningkatan junlah anak usia sekolah, siswa, lulusan, guru, sekolah, buku, alat bantu, sarana prasarana pendidikan, biaya sekolah, peningkatan mutu sekolah, presentasi belajar siswa, kinerja guru, dll.
8.                  Studi tindak lanjut
Studi tindak lanjut (follow up study) merupakab pengumpulan data analisi data terhadap para lulusan atuu orang-orang yang telah menyelesaikan suatu program pendidikan, latihan atau pembinaan. Studi ditujukan untuk mengetahui kegiatan dan perkembangan mereka setelah keluar dati institusi pendidikan atau oembinaan. Apakah ada dampak dsri pendidikan, pelatihan atau pembinaan yang telah mereka ikuti terhadap posisi mereka dalam jabatan struktural atau fungsional? Adakah peningkatan performansi dan kinerja mereka, mampukah mereka mengaplikasikab pengetahuan dan kecakapan-kecakapan yang mereka terima dari lembaga pendidikan yang baru saja mereka selesaikan. Bagi para lulusan yang bukan pegawai, beberapa lama waktu mereka menanti sampai dapat pekerjaan, dslam jabatan atau tugas apa mereka ditempatkan? Sesuaikah jabatan atau tugas mereka dengan keahlian yang mereka miliki? Bagaimana penghargaan pengguna lulusan terhadap para lulusan dari segi keahlian, kepribadian maupun penggajian? Dll.
9.                  Analisis kegiatan
Analisis kehiatan (activity analysis) diarahkan untuk menaganlisis kegiatan yang dilakukan dalam pelaksanaan suatu tugas atau pekerjaan, dalam bidang industri, bisnis, pemerintahan, lembaga sosial, dll, baik berkenaan dengan kegiatan produksi maupun pemberian jasa dan layanan. Dalam pendidikan analisis kegiatan dilakukan terhadap pelaksanaan tugas-tugas dan pekerjaaan para pengawas, kepala sekolah, guru, konselor pendidikan, laboran, pustakawan, staf administrasi maupun para siswa dan mahasiswa. Analisis kegiatan para pengelola dan pelaksana pendidikan, profesional, semi profesional ataupun tenaga trampil difokuskan pada menganalisis kinerja dan tingkat ketrampilan, kecakapan atau profesionalisme mereka.  Hasil-hasil analisis kegiatan dapat digunakan untuk berbagai tujuan:
a.         Menyusun standar kegiatan atau standar kerja untuk suatu jabatan, tugas atau posisi.
b.         Menyusun progran pendidikan atau penelitian untuk sesuatu bidang pekerjaan atau tugas tertentu.
c.         Menyusun program dan kegiatan bagi pembinaan personalia termasuk program pelatihan dalam jabatan (in service training).
d.        Menghimpun data bagi penentuan besarnya gaji dan horarium.
e.         Analisis isi atau Dokumen.
Analisis isi atau dokumen (content or document analysis) ditujukan untuk menghimpun dan menganalisis dokumen-dokumen resmi, dokumen yang validitas dan keabsahannya terjamin baik dokumen perundangan dan kebijakan maupun hsasil-hasil penelitian. Analisis juga dapat dilakukan terhadap buku-buku teks, baik yang bersifat teoritis maupun empiris. Kegiatan analisis ditujukan untuk mengetahui makna, kedudukan dan hubungan antara berbagai konsep, kebijakan, program, kegiatan, peristiwa yang ada atau yang terjadi, untuk selanjutnya mengetahui manfaat, hasil atau dampak dari hal-hal tersebut.
            Gall, Gall dan Borg (2003) membedakan metode deskriptif atau dua kategori, yaitu metode deskriptif. Sesaat (one point in time) dan metode deskriptif berjangka panjang (longitudinal). Penelitian deskriptif berjangka panjang ada empat macam, yaitu studi kecenderungan (trend studies), studi kohort (cohort studies), studi panel (panel studies) dan studi jangka pendek (cross sectional), studi kohort meneliti kelompok sampel dari suatu populasi yang dalam jangka waktu tertentu masih tetap dalam kelompok tersebut. Umpamanya kohort siswa SD, SMP, SMA diikuti dari kelas 1 sampai dengan kelas terakhir. Studi panel meneliti sekelompok sampel yang terkait dalam satu kelompok kegiatan dalam jangka waktu tertentu. Dalam studi panel yang diteliti adalah perbedaan dan sebab-sebab timbulnya perbedaan antar kelompok panel. Berbeda dengan pada studi kohort dan studi kecenderungan yang dilihat adalah persamaannya. Penjelasan tentang studi kecenderungan dan studi jangka pendek dapat dibaca pada uraiannya sebelumnya dalam bab ini juga.
Survai digunakan untuk mengumpulkan data atau informasi tentang populasi yang besar dengan menggunakan sampel yang relatif kecil. Populasi tersebut bisa berkenaan dengan orang, instansi, lembaga, organisasi, unit-unit kemasyarakatan, tetapi sumber utamanya adalah orang. Ada tiga karakteristik utama dari survai:
1.                  Informasi dikumpulkan dari sekelompok besar orang untuk mendiskripsikan beberapa aspek atau karakteristik tertentu seperti kemampuan, sikap, kepercayaan, pengetahuan dari populasi.
2.                  Informasi dikumpulkan melalui pengajuan pertanyaan dari suatu populasi.
3.                  Informasi diperoleh dari sampel, bukan dari populasi.

Survai ditujukan untuk memperoleh gambaran umum tentang karakteristik populasi, seperti komposisi masyarakat berdasarkan kelompok usia, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan, agama, suku, bangsa, etnis. Survai juga dapat digunakan untuk mengumpulkan data berkenaan dengan sikap, nilai, kepercayaan, pendapat, pendirian, keinginan, cita-cita, perilaku, kebiasaan. Karena model penelitian ini dipandang cukup besar, maka pengunaannya sangat luas. Survai banyak digunakan dalam bidang ekonomi, bisnis, politik, pemerintahan, kesehatan masyarakat, sosiologi, psikologi dan pendidikan.
Dalam pendidikan dan kurikulum pembelajaran, survai digunakan untuk menghimpun data tentang siswa, seperti sikap, minat, dan kebiasaan belajar, hubungan dan pergaulan antar siswa, hobi, dan penggunaan waktu senggang, cita-cita dan rencana karir. Selain itu survai juga dapat di gunakan untuk mengumpulkan data tentang guru seperti latar belakang sosial-ekonomi, pendidikan, dan pengalaman, sikap, minat, dan kepedulian mereka tentang masalah-masalah pendidikan, kinerja mereka dalam pelaksanaan mengajar, membimbing dan memberikan latihan pada siswa, pelaksanaan tugas-tugas administrative, pengabdian dan kerjasama dengan masyarakat. Data tentang keadaan dan perkembangan sekolah juga dapat dihimpun melalui survai, seperti data tentang jumlah siswa, guru, tata usaha, jumlah dan kondisi ruang kelas, kantor, laboratorium, perpustakaan, jumlah dan jenis buku, media pembelajaran, alat dan bahan praktikum, alat dan bahan latiha keterampilan.

Survai merupakan metode penelitian yang cukup popular dan banyak digunakan dalam penelitian. Ada tiga hal yang melatarbelakangi popularitas dan banyaknya digunakan metode survai:
1.                  Survai bersifat serba guna, dapat digunakan untuk mengimpun data hampir dalam setiap bidang dan permasalahn. Penelitian skripsi, tesis bahkan disertai banyak dilakukan dengan menggunakan survai. Survai juga banyak dilakukan dalam penelitian bagi penentuan kebijakan, penyusunan rencana dan pengembangan program, monitoring dan evaluasi pelaksanaan kegiatan, serta evaluasi hasil atau dampak dari program. Penggunaan survai terutama dilakukan dalam penelitian-penelitian evaluatif dan penelitian.
2.                  Penggunaan survai cukup efisien dapat menghimpun informasi yang dapat dipercaya dengan biaya relatif murah. Penelitian survai dapat dilakukan melalui perantaraan pos, biaya penelitian melalui pos hanya seperlima kali melalui telepon dan sepersepuluh kali penelitian melalui wawancara. Dibandingkan dengan model-model penelitian lain seperti eksperimen, penelitin historis, kualitatif.
3.                  Survai menghimpun data tentang populasi yang cukup besar dari sampel  yang relatif kecil. Dalam interprestasi dan penyimpulan hasil survai, peneliti mengadakan generalisasi, dan mewakili penarikan generalisasi dimungkinkan karena ssampel mewakili populasi. Kredibilitas atau kepercayaan hasil survai dapat dijamin oleh dua hal, yaitu sampel yang repesentatif atau mewakili populasi, dan butir-butir pertanyaan dalam angket cukup valid.

Pengumpulan data dalam survai dapat dilakukan melalui wawancara langsung, wawancara melalui telepon, pengedaran angket kepada kelompok secara langsung, pengiriman angket melalui pos. Wawancara langsung merupakan cara yang cukup efektif, sebab data akan diperoleh secara lengkap, pertanyaan yang kurang jelas atau meragukan dapat dijelaskan dan hasilnya dapat diperoleh saat itu juga. Kesulitan wawancara langsung adalah membutuhkan waktu yang cukup lama dan biaya yang besar sebab cakupan daerah survai biasanya cukup luas. Rea dan Parker (1992), mengemukakan beberapa kelebihan dari wawancara langsung:
1.                   Flexibility
Yaitu pengumpulan data cukup fleksibel, pertanyaan dapat disampaikan secara lisan ataupun tertulis, dan dijawab pada saat itu juga, beberapa pertanyaan yang kurang jelas responden dapat diperjelas.
2.                   Greater complexity
Yaitu peneliti dapat mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang agak kompleks, dalam pelaksanaannya dapat diuraikan dan dijelaskan.
3.                   Ability to contact hard-to-reach populations
Yaitu memungkinkan mengumpulkan data dari sampel yang sulit dihubungi dengan telpon ataupun surat, seperti para tahanan, naraoidana, para gelandangan, nelayan.
4.                   High response rate
Yaitu kemungkinan memberikan jawaban lebih besar dibandingkan dengan penyampain angket melalui pos.
5.                   Assurance that instructions are followed
Yaitu kemungkinan responden memberikan jawaban seprti yang diharapkan lebih besar.
Disamping kelebihan wawancara langsung juga memiliki beberapa kelemahan diantaranya:
a.                   High cost : Yaitu membutuhkan biaya yang relatif  lebih tinggi dari cara-cara yang lain.
b.                  Interviewer bias : Yaitu kemungkinan ada bias, karena hubugan dengan orang-orang yang baru dikenal seringkali menimbulkan jarak, atau kekurangpercayaan yang berlebihan. Pewawancara juga kadang-kadang memberikan penjelasan atau respon yang tidak netral, cenderung mengarah pada keadaan tetentu.
c.                   Respondent’s reluctante to cooperate : Yaitu ada rasa enggan dari responden untuk menerima pewawancara di rumahnya atau di tempat kerja, pembicaraan melalui telepon deringkali dirasakn lebih santai.
d.                  Greater stress : Yaitu wawancara langsung dapat menimbulkan rasa tertekan atau kecemasan pada responden.
e.                   Less anonymity : Yaitu kurang bersifat rahasia, karena pewawancara bertemu dan mendapatkan jawaban langsung dari responden.
f.                   Personal safety : Yaitu pertemuan dua orang yang belum saling mengenal untuk mengumpulkan data dapat mengganggu kenyamanan pribadi, terutama pada responden.
Wawancara melalui telepon hampir sama dengan wawancara langsung, data dikumpulkan melalui Tanya jawab secra lisan, walaupun tidak berhadapan langsung. Dilihat dari segi biaya, cara ini dipandang lebih hemat, mesikipun biaya telepon tinggi tetapi masih dibawah biaya transportasi kalau pewawancara datang langsung. Kelemahan dalam wawancara melalui telepon, kalau pertanyaanya cukup banyak responden sering kali merasa bosan.
            Rea dan Parker mengemukakan beberapa kelebihan dari wawancara melalui telepon :
1.                  Rapid data collection, Yaitu pengumpulan data dapat dilakukan dengan cepat, karena tidak harus menempuh jarak untuk datang ke tempat responden.
2.                  Low cost, Yaitu biaya relatif murah dibandingkan dengan wanwancara langsung, meskipun ada biaya telepon tetapi lebih murah.
3.                  Anonymity, Yaitu kerahasiaan pribadi responden dapat terjaga karena pewawancara tidak bertemu langsung dengan responden.
4.                  Large scale accessability, Yaitu kemungkinan besar data dapat diperoleh cukup besar dan datanta relatif akan lengkap, kalaupun ada yang menolak untuk diwawancara dapat diganti dengna responden lain.
5.                  Assurance that instructions are followed, Yaitu ada jaminan bahwa responden akan mengikuti permintaan pewawancara, jika kurang mengerti dapat dijelaskan atau diulang pertanyaannya.
Wawancara melalui telepon disamping memiliki kelebihan juga mempunyai beberapa kelemahan:
a.                  Less control, Yaitu identitas responden hanya diketahui dari informasi umum, buku telepon, dokumen di kantor pemerintahan, walaupun identitas tersebut dapat dilengkapi pada waktu wawancara seringkali tidak bisa sampai kepada hal-hal yang sangat detail.
b.                  Less creadibility, Yaitu hubungan dilakukan secara tidak langsung kredibilitas pewawancara ataupun responden tidak diketahui.
c.                  Lack of visual materials, Yaitu data diperoleh melalui wawancara adakalanya diperlukan data penunjang berupa dokumen-dokumen, dalam wawancara melalui telepon hal itu tidak bisa dilakukan.
d.                 Limits to potential respondents, Yaitu wawancara melalui telepon hanya dapat dilakukan terhadap responden yang mempunyai telepon dan bersedia untuk diajak wawancra melalui telepon.
Pengedaran angket kepada kelompok merupakan cara yang sangat ampuh, sebab dalam waktu yang relatif singkat jawaban dari sejumlah responden dapat diperoleh. Pengedaran angket kepada kelompok dapat dilakukan apabila respondennya guru, siswa, karyawan dalam suatu perusahaan atau kelompok-kelompok masyarakat yang bertemu secara rutin, seperti kelompok pengajian. Hambatan pengedaran angket kepada kelompok adalah tidsk setiap penelitian memiliki responden yang berkumpul ditempat.
Cara lain yang relatif cukup murah adalah pengedaran angket melalui pos. hanya dengan biaya sebesar perangko pos sejumlah besar angket dapat dikirimkan kepada responden. Kelemahan utama cara ini adalah besarnya jumlah angket yang mungkin tidak kembali. Dengan menambah jumlah angket sampai dengan 40% biasanya hambatan tersebut bisa tertutup. Kelemahan lain dalah pertanyaan yang kurang jelas mungkin tidak dijawab.
Beberapa kelebihan dari angket melalui pos menurut Rea dan Parker:
1.                  Cost savings, Yaitu pengumpulan data menggunakan angket melalui pos lebih hemat dibandingkan dengan pengumpulan data secara langsung maupun melalui telepon,biaya yang diperlukan hanya sebesar harga perangko.
2.                  Convenience, Yaitu pengumpulan data melalui pos member keleluasaan kepad responden sesuai dengan kesempatan yang ada.
3.                  Ample amount of time, Yaitu waktu yang diberikan kepada responden untuk memeberikan jawaban cukup panjang.
4.                  Authoritative impression, Yaitu peneliti menyusun isi dan bentuk angket dengan sebaik-baiknya sehingga angket tersebut menumbuhkan kepercayaan pada responden untuk menjawabnya.
5.                  Anonimity, Yaitu dalam pengisian angket responden tidak bertemu langsung dengan peneliti, maka kerahasiaan data tentang responden dapat dijamin.
6.                  Reduced interviewer bias, Yaitu petunjuk dan pertanyaan telah disusun selengkap dan sejelas mungkin dan tidak ada hambatan-hambatan karena kontak pribsdi, maka bias dapat dikurangi seminim mungkin.
Di samping kelebihan angket yang disampaikan melalui pos juga memiliki beberapa kelemahan:
a.                  Lower response rate than other method, Yaitu kemungkinan jumlah angket yang tidak kembali adalah paling besar dibandingkan cara-cara yang lain.
b.                  Comparatively long time period, Yaitu pengedaran angket melalui pos, waktu pengembaliannya kemungkinan lama.
c.                  Self selection, Yaitu angket melalui pos tidak bisa kembali seluruhnya, rata-rata hanya 75-80%, mereka tidak mengisi dan mengembalikan angket, karena tidak mampu memberikan jawaban.
d.                 Lack of interviewer involvement, Yaitu keterlibatan peneliti dalam angket melalui pos kesil sekali, sehingga kesulitan-kesulitan yang dihadapi responden tidak bisa dibantu.
e.                  Lack of open ended questions, Yaitu pertanyaan-pertanyaan dalam angket melaluipos disusun dalam bentuk angket tertutup, padahal untuk hal-hal tertentu diperlukan jawaban terbuka.

Ada beberapa langkah yang sebaiknya ditempuh oleh peneliti dalam pengumpulan data survai terutama yang menggunakan jasa pos (McMillan & Schumacher, 2001)
1.                  Merumuskan tujuan penelitian. Tujuan ini mencakup tujuan umum dan tujuan khusus. Tujuan umum berisi rumusan yang lebih bersifat umum tentang apa yang ingin dicapai dengan penelitian ini, sedangkan tujuan khusus berisi rumusan tentang sasaran-sasaran lebih spesifik yang ingin dicapai.
2.                  Memilih sumber dan populasi target. Langkah selanjutnya yang harus ditempuh adalah populasi target yang ingin dicapai. Keluasan wilayah, penyebaran populasi dan besarnya populasi akan mempengaruhi waktu, dan, dan jumlah personil yang  diperlukan. Berbagai jenis sumber daya ini perlu dirumuskan bersamaan dengan penentuan populasi target.
3.                  Pemilihan teknik dan pengembangan instrument pengumpulan data. Untuk mendapatkan data yang objektif dan akurat diperlukan instrumen yang valid yang benar-benar ingin dihimpun. Instrumen yang memiliki validitas yang tinggi, tidak memberikan penafsiran lain kecuali jawaban lain kecuali yang infin dihimpun. Teknik pengumpulan data yang digunakan survai biasanya ada dua macam, yaitu pedoman wawancara dan angket. Pedoman wawancara digunakan kalau survai akan dilaksanakan melalui wawancara langsung, sedangkan pengumpulan data dilakukan secara tidak langsung maka digunakan angket. Pedoman wawancara dan angket yang digunakan dalam survai adalah bentuk tertutup. Bentuk angket pada survai umumnya bersifat kategorial, kemungkinan jawabannya berbentuk kategori (data nominal) seperti jenis kelamin, pekerjaan.
4.                  Petunjuk pengisisan. Petunjuk pengisisan sangat penting di dalam pelaksanaan survai, karena dalam survai umumnya pengisian instrument dilakukan tanpa kehadiran peneliti. Responden mengisi pertanyaan sesuai dengan penafsiran dia tentang apa yang ada dalam petunjuk. Petunjuk harus berisi rumusan yang jelas tentan maksud pengedaran angket, serta apa yang harus dikerjakan oleh responden dan bagaimana pengerjakannya.
5.                  Penentuan sampel. Pemilihan dan penarikan sampel sangat penting dalam survai. Sampel harus mewakili populasi baik dalam jumlah maupun karaktristiknya. Karakteristik sampel diambil berdasarkan strata dan klaster. Dalam setiap strata dan klaster diambil jumlah sampel secara proporsional berdasarkan besarnya populasi.
6.                  Pembuatan alamat. Dalam pengumpulan data yang menggunakan jasa pos, alamat baik alamat responden maupun alamat peneliti, sangat memegang peranan penting.
7.                  Uji coba. Uji coba dilakukan terhadap kelompok orang (sampel) dari populasi target, tetapi tidak termasuk sampel yang akan mengisi instrument pada penelitian sesungguhnya. Uji coba dilakukan dalam dua bentuk yaitu melalui pos dan penyampain langsung. Uji coba melalui pos selain memebrikan masukan tentang kejelasan petunjuk dan rumusan pertanyaan, juga memberikan sampel berapa persen yang mengembalikan angket tepat waktu, tidak mengembalikan sama sekali. Uji coba langsung selain memberikan masukan tentang kejelasan petunjuk dan pertanyaan juga lama waktu pengisian.
8.                  Tidak lengkap dan tidak mengembalikan. Dalam pelaksanaan survai melalui pos seringkali semua instrument dapat kembali dan terjawab lengkap. Rata-rata rate yang kembali dan terjawab lengkap adalah 70% dan itu termasuk persentase yang cukup baik. Kalau kurang dari 70 termasuk kurang berhasil dan harus ada kegiatan lanjutan untuk mengirimkan angket pada sampel lainnya.
9.                  Tindak lanjut. Apabila jumlah angket yang kembali dan terjawab lengkap kurang dari 70% terutama untuk pengedaran melalui pos, maka harus dilakukan kegiatan tindak lanjut. Kegiatan tindak lanjut dilakukan setelah astu atau dua minggu dari batas pemngemblian angket. Responden yang dikirimi angket dapat orang yang sama yang tidak mengembalikan. Kalau bisa dijangkau jawaban yang tida lengkap, dilengkapi dengan cara mendatangi langsung. Baik pada penyampain angket yang pertama maupun yang kedua jumlah yang dikirimkan lebih banyak dari besarnya sampel yang diharapkan, biasanya tambahannya sekitar 30% sampai dengan 40%.

Penelitian eksperimental (experimental research), merupakan pendekatan penelitian kuantitatif yang paling penuh, dalam arti memenuhi semua persyaratan untuk menguji hubungan sebab-akibat. Pendekatan penelitian ini banyak digunakan dalam penelitian-penelitian sain atau ilmu kealaman, sebab memang awal pengembangannya adalah dalam bidang tersebut. Penelitian-penelitian dalam bidang sain baik fisika, kimia maupun biologi hampir seluruhnya ditujukan untuk menguji pengaruh atau hubungan sebab-akibat dari suatu atau beberapa hal atau variabel. Penelitian eksperimental merupakan pendekatan penelitian yang cukup khas. Kekhasan tersebut diperlihatkan oleh dua hal, pertama penelitian eksperimen menguji secara langsung pengaruh suatu variabel terhadap variabel lain, kedua menguji hipotesis hubungan sebab-akibat.
Penelitian seringkali ditujukan untuk mengetahui hubungan anatara dua hal, segi, aspek, komponen atau lebih. Hal, segi, aspek atau kompenen tersebut memiliki kualitas atau karakteristik yang bervariasi sehingga sering disebut sebagai variabel. Hal, segi, aspek, komponen yang sama atau tidak memiliki variasi pada suatu objek atau seseorang disebut konstan. Variabel yang bervariasi kualitasnya disebut variabel kualitatif (qualitative variable), yang bervariasi jumlah atau tingkatannya disebut variabel kuantitatif (quantitative variable), yang bervariasi jenisnya disebut variabel kategorial (categorial variable).
Hubungan antara variabel dapat terbentuk hubungan korelasional, saling hubungan atau hubunngan sebab-akibat. Hubungan korelasional menunjukan saling hubungan antara dua variabel atau lebih, seperti antara tinggi dengan berat badan, antara motivasi dengan prestasi belajar. Hubungan sebab-akibat menunjukan pengaruh antara suatu variabel terhadap variabel lainnya, umpamanya antara pendekatan belajar terhadap prestasi belajar, antara gizi makanan terhadap kecerdasan, dsb.
Hubungan sebab-akibat atau pengaruh dalam eksperimen dirancang dalam suatu desain yang disebut sebagai desain eksperimen. Dalam desain tersebut dibedakan antara variabel atau variabel-variabel yang memberi pengaruh atau menjadi sebab dengan variabel atau variabel-variabel yang diberi pengaruh. Variabel yang memberi pengaruh disebut variabel perlakuan (treatment variable), variabel bebas (independent variable), variabel eksperimen (experimental variable), variabel intervensi (intervention variable). Variabel yang diukur sebagai akibat dari variabel yang memberi pengaruh disebut variabel terikat (dependent variable), variabel akibat atau hasil (outcome variable), variabel posttes atau variabel kriteria (posttest or criterion variable). Disamping kedua janis variabel tersebut juga ada variabel ekstranus dan variabel penyela. Variabel ekstranus (extraneous variable) adalah variabel bebas yang bila tidak di kontrol akan berpengaruh terhadap variabel terikat, variabel ini masih bisa dan harus dikontrol. Variabel penyela (interveing variable) adalah variabel yang kemungkinan besar berpengarauh pada hubungan antara variabel bebas dengan variabel terikat dan sangat sulit untuk bisa dikontrol.

Dewasa ini penelitian eksperimental juga banyak digunakan dalam penelitian bidang sosial dan humaniora, termasuk pendidikan dan kurikulum-pembelajaran. Ciri utama penelitian eksperimental adalah adanya pengontrolan variabel dan pemberian perlakuan terhadap kelompok eksperimental. untuk meguji pengaruh atau hubungan sebab-akibat antara suatu atau beberapa variabel terhadap variabel lain minimal diambil dua kelompok sampel (bisa lebih dari dua kelompok) yang mewakili suatu populasi. Kedua kelompok diambil secara acak atau random, yaitu memiliki karakteristik yang sama atau disamakan. Dalam penelitian eksperimental karakteristik-karakeristik dari kelompok-kelompok yang akan dilibatkan dalam ekspermen harus sama, dicari yang sama atau disamakan.
Dalam bidang sain pengambilan kelompok secara acak atau yang memiliki karakteristik yang sama tidak terlalu sulit, sebab jumlah karakteristiknya lebih terbatas dan pengukurannya relatif lebih mudah. Umpamanya untuk mengambil dua atau lebih dari dua kelompok jenis tanaman atau hewan yang memiliki karakteristik yang sama relatif lebih mudah. Hanya dengan menanyakan kepada pemiliknya atau pemeliharanya jenis dan usianya, tanpa mengadakan pengetesan kita sudah dapat menemukan kelompok-kelompok tersebut.
Dalam bidang sosial dan humaniora hal itu sangat sulit. Untuk mendapatkan dua kelompok guru yang memiliki tingkat kecerdasan, bakat, pengetahan, keterampilan mengajar, sikap, minat, motivasi sebagai pendidik dan pengajar, latar belakang sosial dan ekonomi, pengalaman bekerja, disiplin, kinerja, dll yang sama sangatlah sulit. Dari suatu populasi yang berjumlah seribu orang guru, belum tentu diperoleh 60 guru yang memiliki karakteristik yang sama dalam hal-hal diatas. Selain kemungkinan sulit mendapatkan jumlah tersebut, pengukuran dan pencariannyapun tidak mudah. Untuk mengukur karakteristik tertentu seperti kecerdasan, bakat, pengetahuan, sikap, minat, motivasi, kinerja, dll., diperlukan pengukuran dengan jenis instrumen yang berbeda dan masing-masing harus instrumen yang telah baku. Untuk menghimpun data lainnya yang tidak bersifat mengukur juga diperlukan istrumen pengumpulan data yang akurat. Bukan saja pekerjaannya relatif sulit, membutuhkan keahlian khusu, tetapi juga membutuhkan waktu yang relatif lama.
Hambatan diatas tidak berarti menutup kemungkinan melakukan eksperimen (murni) pada bidang sosial, dengan mempertimbangkan beberapa hal, upaya mendapat kelompok randon (memiliki karakteristik yang sama) dapat dilakukan. Dalam pelaksanaan penelitian mungkin hanya beberapa karakteristik saja yang perlu pengukuran pada saat itu. Dalam contoh menemukan kelompo random pada guru umpamanya yang perlu pengukuran hanya kinerja dan disiplin kerja. Beberapa variabel lain seperti kecerdasan, bakat, minat, sikap dan motivasi latar belakang sosial ekonomi dan pengalaman bekerja dapat dicari berdasarkan studi dokumenter, baik dokumen dalam seleksimasuk menjadi guru maupun setelah menjadi guru. Karakteristik lainnya pengetahuan dan keterampilan mengajar mungkin dapat diasumsikan sama asalkan latar belakang pendidikan sama (jenjang, asal lembaga, tahun lulusnya sama) dan pengalaman mengajarnya sama.
Agar eksperimen memberikan hasil yang meyakinkan, semua variabel ekstranus harus dikontol. Kalau variabel-variabel tersebut tidak dikontol sulit dapat disimpulkan bahwa variabel akibat atau variabel terikat tersebut disebabkan atau pengaruh dari variabel bebas. Donal Campbell dan Julian Stanley (1963) menulis tentang validitas internal dalam eksperimen. Validitas internal menunjukkan sejauhmana variabel ekstranus dikontrol oleh penelotian dalam eksperimen. Campbell dan Stanley mengemukaan ada 12 hal yang perlu dikontrol dalam validitas internal.
a.                   History, Perlakuan dalam bidang sosial dan pendidikan umumnya dilakukan dalam jangka waktu tertentu yang kemungkinan juga cukup panjang. Selama perlakuan diberikan banyak hal yang juga dilakukan oleh kelompok eksperimen. Hal-hal tersebut dapat berpengaruh pada proses dan hasil dari eksperimen.
b.                  Maturation, Selama perlakuan diberikan, kelompok eksperimen juga mengalami perkembangan, pengetahuannya bertambah, kematangannya juga lebih meningkat, sehingga dapat berpengaruh terhadap hasil eksperimen.
c.                   Testing, Dalam eksperimen dilakukan pretes dan post tes. Berdasarkan pengalaman yang mereka terima dalam pretes mereka memiliki kesiapan yang lebih tinggi dalam melakukan posttes.
d.                  Instrumentation, Dampak negatif dari instrumen yang digunakan terutama dihadapi kalau instrumennya hanya bersifat pedoman pengamatan atau pedoman wawancara. Hal-hal subjektif banyak berperan dalam penggunaan instrumen ini. Meskipun digunakan instrumen yang lebih objektif, ada kecenderungan dari peneliti-peneliti secara sadar atau tidak sadar, akan memberikan nilai lebih tinggi pada posttes.
e.                   Statistical regression, Dalam regresi statistik ada kecenderungan subjek yang mendapat skor rendah dalam tes pertama akan naik pada tes ulangan atau tes kedua dengan soal yang sama atau hampir sama, kalaupun kemampuannya sebenarnya sama, sebaliknya subjek yang mendapat skor tinggi pada tes pertama akan menurun pada tes ulangan atau tes kedua.
f.                   Differential selection, Dalam pembentukan kelompok eksperimental dan kelompok kontrol sering terjadi pilihan yang berbeda sehingga kedua kelompok menjadi kurang homogin. Bila kelompok benar-benar homogin maka pengambilan sampel dapat dilakukan secara acak (random).
g.                  Experimental mortality, Dalam penelitian eksperimen juga sering terjadi pengurangan jumlah anggota dari kelompok eksperimental ataupun kelompok kontrol.
h.                  Selection-maturation inteaction, Dalam pemilihan kelompok eksperimental dan kelompok kontrol seringkali tidak dapat dihindari adanya perbedaan rata-rata tingkat perkembangan kedua kelompok. Umpamanya karena adanya perbedaan kebijakan kepala sekolah rata-rata usia siswa kelas satu di suatu daerah adalah 6,1 tahun sedang didaerah lain 6,6 tahun.
i.                    Experimental treatment diffusion, Kelemahan ini terjadi pada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol yang lokasinya berdekatan. Perlakuan dengan berbagai perangkat dan kegiatan pendukungnya mungkin diketahui dan lebih jauh juga dipinjam oleh pelaksana dan diterapkan pada kelompok kontrol.
j.                    Compensatory rivalry by the control group, Karena kelompok mengetahui statusnya sebagai kelompok yang diperbandingkan (kelompok kontrol) dengan kelompok eksperimen, maka mereka berupaya melakukan kegiatan yang lebih dari biasanya sehingga hasilnya tidak berbeda dengan kelompok eksperimen. Efek ini biasa juga disebut sebagai john Henry effect.
k.                  Compensatory equilization of treatment, Karena kelompok eksperimen diberi perlakuan dengan fasilitas dan layanan yang baik, maka kelompok kontrol juga diberi fasilitas dan layanan yang baik walaupun dalam kegiatan yang biasa. Perbaikan fasilitas dan layanan tersebut dapat menurunkan signifikansi perbedaan hasil pemberian perlakuan.
l.                    Resentful demoralization of the control group, Kalau pada kelompok eksperimen, anggota kelompok memiliki moral yang tinggi karena status mereka sebagai kelompok eksperimen, maka kelompok kontrol memiliki moral yang rendah karena statusnya sebagai kelompok pembanding yang tidak diberi keistimewaan.
Disamping validitas internal penelitian eksperimental juga perlu memiliki validitas eksternal. Glenn Bracht dan Gene Glass (1968) mengemukaan hal yang perlu dikontrol berkenaan dengan validitas eksternal dalam eksperimen.
a.       The extend to which one can generaliza from the experimental sample to defined population: Sejauhmana kesimpulan yang diperoleh dari eksperimen terhadap sampel dapat berlaku bagi populasi. Penelitian eksperimental melakukan penelitian terhadap sampel, sampel tersebut harus mewakili populasi agar temuan dan kesimpulan yang diperoleh dapat berlaku bagi populasi.
b.      The extend to which personalogical variable interact with treatment effect: Sampai sejauhmana faktor-faktor personalogis atau faktor-faktor kepribadian, terutama kepribadian peneliti bisa berpengaruh terhadap perlakuan. Perlakuan yang berbentuk pengajaran, pembimbingan, pengawasan, dll., sangat terkait dengan faktor-faktor kepriadian dari para pelaksana perlakuan.

Validasi ekologis (ecological validaty) menunjukan sejauhmana hasil eksperimen yang dirancang dalam lingkungan tertentu dapat diterapkan dalam lingkungan lain.
a.                   Explicit description of the experimental: Peneliti hendaknya menjelaskan desain perlakuan yang diberikan sejelas mungkin, agar peneliti lain atau pengguna dapat melakukan perlakuan yang sama dengan mudah.
b.                  Multiple-treatment interference: Dalam pemberian perlakuan seringkali terjadi bahwa tiap partisipan dalam eksperimen tidak diberi perlakuan hanya satu kali tetapi lebih dari satu kali. Tiap perlakuan memperlihatkan adanya perbedaan perlakuan kedua lebih baik dari yang pertama, yang ketiga lebih baik dari yang kedua, sehingga perlakuan-perlakuan tersebut sesungguhnya tidak bisa digeneralisasikan.
c.                   Hawthorne effect: dalam eksperimen partisipan sering mengetahui bahwa mereka ikut serta dalam eksperimen, mengetahui hal yang diharapkan terjadi, dan mendapat perhatian khusus. Guru-guru yang dilibatkan dalam eksperimen pembelajaran umpamanya juga diberi fasilitas dan perhatian khusus. Hal-hal diatas dapat mempengaruhi hasil dari eksperimen, dan belum tentu dapat diberikan dalam.
d.                  Novelty and disruption effects: perlakuan yang diberian merupakan hal baru bagi pertisipan, berbeda dari yang biasa dilakukan, dan hal itu dapat memberikan hasil yang lebih baik. Sebaliknya perlakuan baru yang diberikan juga dapat “mengoyak-ngoyak” kebiasaan partisipan sehingga hasilnya menjadi lebih buruk.
e.                   Experimenter effect: Dalam pelaksanaan eksperimen ada beberapa hal yang dirancang dan dikelola secara khusus. Rancangan daan pengelolaan khusus ini belum tentu dapat digeneralisasikan (diterapkan dalam berbagai situasi).
f.                   Pretest sensitization: seringkali isi dan kegiatan pretes ada hubungannya dengan perlakuan, sehingga bisa mempengaruhi hasil. Isi dan kegiatan pretes mempertinggi kesiapan partisipan dalam melakukan. Kalau perlakuan diulang tanpa diadakan pretes hasil bisa berbeda.
g.                  Posttest sensitization: Hampir sama dengan pada pretes, dalam postes pun bisa terjadi hubungan antara perlakuan yang diberikan pada postes. Isi dan bentuk kegiatan perlakuan meningkatkan kesiapan partisipan dalam menghadapi postes.
h.                  Interaction of history and treatment effect: Kegiatan pemberian perlakuan dapat berkaitan dengan hasil perlakuan. Bahwa partisipan merasa bahwa kegiatan yang dilakukan adlah hal-hal yang biasa saja, tidak mengandung pembeharuan, maka hasil eksperimennya juga akan rendah. Sebaliknya kalau partisipan memandang apa yag dilakukan sebagai hal yang baru, penting menyenangkan maka hasilnya akan lebih tinggi.
i.                    Measurement of dependent variable: generalisasi hasil penelitian dipengaruhi oleh bentuk pengukuran dari variabel terikat dalam postes. Hasil dari postes lebih tinggi bila menggunakan bentuk pilihan jamak, dibandingkan dengan menggunakan tes uraian.
j.                    Interaction of time measurement and treatment effect: hasil dari postes juga dipengaruhi waktu pelaksanaan postes. Hasil postest lebih tinggi bila diberikan segera setelah perlakuan, dibandingkan dengan bila diberikan lama setelah perlakuan.

Terdapat beberapa bentuk desain eksperimen yang dapat digunakan dalam penelitian bisnis, yaitu: Pre-Experimental Design, True Experimental Design, Factorial Design, dan  Quasi Experimental Design. Hal ini dapat digambarkan seperti gambar 2.1 berikut:


Sugiono. 2015.  Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D). Bandung: ALFABETA cv
Sukmadinata, Nana syaodih. 2009. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung : PT Remaja Rosdakarya







https://drive.google.com/open?id=1nr_F2V7hxEjZaWdYmDGr-8M1khgU3YLr   LANJUTAN FULL MAKALAH ---->