A. Model Pembelajaran Bahasa Indonesia di SD Kelas Rendah
Model
pembelajaran memiliki andil yang cukup besar dalam kegiatan belajar mengajar.
Kemampuan menangkap pelajaran oleh siswa dapat dipengaruhi dari pemilihan model
pembelajaran yang tepat, sehingga tujuan pembelajaran yang ditetapkan akan
tercapai. Terdapat berbagai macam model pembelajaran yang dapat dijadikan
alternatif bagi guru untuk menjadikan kegiatan pembelajaran di kelas
berlangsung efektif dan optimal. Model pembelajaran Bahasa Indonesia di SD
kelas rendah sebagi berikut.
1.
Pembelajaran
Kooperatif
Model
pembelajaran kooperatif merupakan suatu model pembelajaran yang mengutamakan
adanya kelompok-kelompok. Setiap siswa yang ada dalam kelompok mempunyai
tingkat kemampuan yang berbeda-beda (tinggi, sedang, dan rendah) dan jika
memungkinkan anggota kelompok berasal dari ras, budaya, suku yang berbeda serta
memperhatikan kesetaraan gender. Model pembelajaran kooperatif mengutamakan
kerjasama dalam menyelesaikan permasalahan untuk menerapkan pengetahuan dan
ketrampilan dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran. Tujuan model
pembelajaran kooperatif adalah hasil belajar akademik siswa meningkat dan siswa
dapat menerima berbagai keragaman dari temanya, serta pengembangan ketrampilan
sosial.
2.
Pembelajaran
Kontekstual
Pembelajaran kontekstual adalah
pembelajaran yang menekankan kepada proses keterlibatan siswa untuk dapat
menemukan materi yang dipelajari dan menghubungkannya dengan situasi kehidupan
nyata, sehingga mendorong siswa untuk dapat menerapkannya dalam kehidupan
mereka. Pembelajaran kontekstual melibatkan siswa secara penuh dalam proses
pembelajaran. Siswa didorong untuk beraktivitas mempelajari materi pelajaran
sesuai dengan topik yang akan dipelajari. Dalam pembelajaran kontekstual,
belajar bukan sekedar hanya mendengarkan dan mencatat, tetapi belajar adalah
proses mengalami secara langsung. Melalui proses itu diharapkan perkembangan
siswa terjadi secara utuh, tidak hanya berkembang dalam aspek kognitif saja,
tetapi juga
aspek afektif dan psikomotorik. Melalui pembelajaran ini
diharapkan siswa dapat menemukan sendiri materi yang dipelajarinya.
Pembelajaran kontekstual (Contextual Teaching and Learning) adalah
konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkannnya
dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara
pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka
sehari-hari, dengan melibatkan tujuh komponen utama pembelajaran efektif,
yakni: konstruktivisme (contructivism),
bertanya (questioning), menemukan (inquiri), masyarakat belajar (learning community), pemodelan (modeling), dan penilaian sebenarnya (authentic assessment) (Majid, 2014:
160).
3.
Pembelajaran
PAIKEM
Dalam perkembangannya, istilah PAKEM
(Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif, dan Menyenangkan) banyak dimodifikasi
para akademisi maupun praktisi pendidikan dengan beragam nama. Beberapa
diantaranya adalah PAIKEM (Pembelajaran, Aktif, Inovatif, Kreatif, Efektif, dan
Menyenangkan),
PAILKEM: Pembelajaran Aktif, Inovatif, Lingkungan, Kreatif, Efektif,
Menarik, PAIKEMI
(Pembelajaran Aktif, Inovatif, Kreatif, Efektif, dan Menyenangkan, Islami), dan
PAIKEM GEMBROT (Pembelajaran, Aktif, Inovatif, Kreatif, Efektif, dan Menyenangkan Islami
Gembira Berbobot). Pada dasarnya, semua istilah tersebut memiliki makna yang
sama.
Pembelajaran aktif adalah pendekatan pembelajaran
yang lebih banyak melibatkan aktivitas peserta didik. Peserta didik distimulasi
untuk menhgikuti pembelajaran dengan antusias dan motivasi tinggi untuk
membangun kerja sama.
Tujuannya adalah agar peserta didik mampu secara
aktif memperoleh pengalaman belajar, mengembangkan kemampuan berfikit,
menganalisis, menilai, dan menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari. Guru
sebaiknya menggunakan berbagai strategi yang aktif dan kontekstual, melibatkan
pembelajaran bersama atau pembelajaran kooperatif (cooperative learning) yang mengakomodasi perbedaan gender,
kemampuan, sikap, dan gaya belajar masing-masing pembelajar untuk memahami dan
dapat menggunakan informasi yang diajarkan.
Pembelajaran inovatif merupakan proses
pembelajaran yang mendorong guru dan peserta didik menciptakan, negkreasi,
menginovasi pembelajaran yang teraselenggara. Guru dan peserta didik
bersama-sama mengemas pembelajaran baru dan bermakna dengan memberi kesempatan
kepada peserta didik untuk mengembangkan keterampilan dan kecerdasan majemuk
peserta didik. Guru mengarahkan agar peserta didik berinkuiri dan mengemas
pembelajaran agar mampu mengembangkan peikiran tingkat tinggi.
Pembelajaran kreatif merupakan proses
pembelajaran yang mengharuskan guru dapat memotivasi dan memunculkan
kreativitas peserta didik selama berlangsung, dengan membuat sesuatu,
menciptakan sesuatul, mengubah, mengkreasi sesuatu. Guru selayaknya mampu
merancang model pembelajaran yang bercariasi, sebagai penunjang tumbuhnya
kreativitas di kelas. Pembelajaran sebaiknya dapat difprmulasi untuk dapat
membuast peserta didik menjadi kreatif.
Pembelajaran efektif adalah apabila tujuan
pembelajaran telah dirumuskan berhasil guna diterapkan dalam
pembelajaran.Pembelajaran efektif dapat tercapai jika mampu memberikan
pengalaman baaru, membentuk kompetensi peserta didik dan menghantqarkan mereka
ke tujuan yang ingin dicapai secara optimal. Guru harus mampu merancang dan
mengelola pembelajaran dengan metode atau model yang tepat.
Pembelajaran yang menyenangkan artinya
pembelajaran yang dapat menciptakan suasana yang menggembiakan, sehingga
tercipta suasana yang kondusif. Pembelajaran yang menyenangkan merupakan suatu
proses pembelajaran yang di dalamnya terdapat sebuah kebersamaan yang kuat
antara pendidik dan peserta didik, tanpa ada perasaan terpaksa atau tertekan,
guru menciptakan suasana yang demokratis.
Pembelajaran
Bahasa Indonesia di SD harus terdapat empat aspek yang harus di ajarkan,
keempat aspek tersebut adalah menyimak, berbicara, membaca, dan menulis. Untuk
itu agar penyampaiannya dapat berjalan dengan baik maka dapat menggunakan
beberapa metode pembelajaran yang sesuai dengan empat aspek tersebut antara
lain adalah:
1.
Aspek
Menyimak
Adapun beberapa teknik menyimak yang dapat digunakan guru
dalam proses belajar mengajar di Sekolah Dasar, di antaranya adalah sebagai
berikut.
a.
Teknik Ulang-Ucap (Menirukan)
Teknik
ini biasa digunakan guru pada siswa yang belajar bahasa permulaan, baik belajar
bahasa ibu maupun bahasa asing. Teknik ini digunakan untuk memperkenalkan bunyi
bahasa dengan dengan pengucapan atau lafal yang tepat dan jelas oleh guru.
Dengan
teknik ini, pertama-tama guru mengucapkan kata-kata yang sederhana, seperti
“mata”, misalnya, kemudian guru memperjelas kata tersebut dengan cara
mendemonstrasikannya; guru menggunakan jari tangannya untuk menunjuk salah satu
bagian wajahnya, yaitu mata. Langkah kedua, guru mengucapkan kata “mata” dengan
jelas dan keras, siswa diminta menyimaknya dengan baik, kemudian menirukan apa
yang diucapkan guru. Langkah ketiga, guru memberikan latihan ekstensif dengan
mengulang kata-kata yang sudah dikenalkan, kemudian menambah kosa kata serta
mengenalkan struktur kalimat kepada siswa sampai siswa dapat mengucapkan
kata-kata dengan tepat, dan akhirnya menggunakan kata itu dalam struktur yang
sederhana.
b.
Teknik Informasi Beranting
Guru
memberi informasi kepada salah seorang siswa kemudian informasi tersebut
disampaikan kepada siswa di dekatnya; begitu seterusnya, informasi disampaikan
secara beranting. Siswa yang menerima informasi terakhir, mengucapkan
keras-keras informasi tersebut di hadapan teman-temannya. Dengan demikian, kita
tahu apakah informasi itu tetap sama dengan sumber pertama atau tidak. Jika
tetap sama, berarti daya simak siswa sudah cukup baik, akan tetapi, bila
informasi pertama berubah setelah beranting, ini berarti daya simak siswa masih
kurang.
Contoh:
Informasi:
Andi membeli mie bersama Rani tadi pagi.
c.
Teknik Satu Mulut Satu Kelas
Guru
membacakan sebuah wacana yang dapat berupa artikel atau cerita di hadapan
siswa, dan siswa diminta menyimak baik-baik. Sebelum siswa menyimak, guru
memberi penjelasan tentang apa-apa yang pernah disimak. Setelah guru selesai
membacakan, guru dapat meminta siswa, misalnya:
1)
menceritakan kembali isi materi yang
disimaknya;
2)
menyebutkan urutan ide pokok dari
apa yang disimak;
3)
menyebutkan tokoh atau pelaku cerita
dari apa yang disimaknya;
4)
menemukan makna yang tersurat dari
apa yang disimaknya;
5)
menemukan makna yang tersirat dari
apa yang disimaknya;
6)
menemukan ciri-ciri atau gaya bahasa
yang digunakan dalam wacana yang dibacakan;
7)
menilai isi dari apa yang
disimaknya.
Pertanyaan-pertanyaan
yang disampaikan guru kepada siswa tentu saja harus disesuaikan dengan tujuan
yang telah dirumuskan.
Dalam penggunaan teknik ini, guru dituntut untuk dapat
membaca dengan baik sesuai dengan jenis wacana yang dibacanya. Oleh karena itu,
guru perlu menyiapkan benar-benar bahan bacaan dan cara membacanya, jangan
sampai siswa mengalami kesulitan memahami isi yang disimaknya hanya karena
pembacaan yang kurang siap.
d.
Teknik Satu Rekaman Satu Kelas
Guru
terlebih dahulu menyiapkan rekaman melalui kaset (tape recorder), CD,
ataupun laptop yang berisi ceramah, pembacaan puisi, pidato, cerita/dongeng,
drama, dan sebagainya. Kemudian guru memberi petunjuk-petunjuk sebelum kaset di
putar tentang hal-hal yang perlu disimak. Setelah itu guru memutar rekaman yang
telah disiapkan sebelumnya (dongeng, misalnya). Siswa diminta menyimak
baik-baik. Rekaman dapat diputar ulang bila siswa belum dapat mengikuti tentang
apa yang diputar. Kemudian siswa diberikan tugas menjawab pertanyaan-pertanyaan
untuk menguji pemahamannya terhadap rekaman yang disimaknya, seperti:
1)
Siapa yang menjadi tokoh dalam
dongeng tersebut?
2)
Bagaimana watak dari tokoh tersebut?
3)
Sebutkan amanat yang terdapat dalam
dongeng tersebut!
e.
Teknik Parafrase
Dalam
penggunaan teknik ini, guru terlebih dahulu menyiapkan sebuah puisi untuk
disimak oleh siswa. Setelah itu, guru membacakan puisi yang telah disiapkan
dengan jelas. Kemudian setelah siswa selesai menyimak, siswa secara bergiliran
disuruh menceritakan kembali isi puisi yang telah disimaknya dengan kata-kata
sendiri. Dalam menerapkan teknik ini, guru harus menyesuaikan dengan
perkembangan kebahasaan siswa, agar dalam pelaksanaannya dapat berjalan sesuai
tujuan.
2.
Aspek
Berbicara
Adapun beberapa teknik berbicara yang dapat digunakan guru dalam
proses belajar mengajar di Sekolah Dasar, di antaranya adalah sebagai berikut.
a.
Kim Lihat
Permainan ini melatih keterampilan
berbicara dan menyimak. Langkah-langkahnya sebagai berikut:
1)
Siapkan benda-benda seperti sayuran, buah-buahan, alat tulis dan
sebagainya dalam kotak tertutup dan disimpan di belakang.
2)
Siswa dibentuk kelompok. Salah satu anggota kelompok kedepan dan
melihat gambar/benda nyata tanpa bisa dilihat anggota lainnya.
3)
Ia wajib menjelaskan sejelas-jelasnya tentang benda tersebut,
baik kegunaannya, ciri-cirinya, rasa, warna atau apapun tentang benda itu tanpa
mengatakan nama bendanya.
4)
Anggota kelompok lainnya dengan cepat mengambil benda
tersebut. Kelompok yang mengumpulkan dengan benar dan cepat adalah pemenangnya.
b.
Bertanya dan Menerka
Permainan ini melatih keterampilan berbicara dan ber
fikir analisis. Langkah-langkahnya meliputi:
1)
Para siswa dibagi menjadi dua
kelompok, satu kelompok penanya satunya
menjadi kelompok penjawab.
2)
Kelompok penjawab harus menyembunyikan
satu benda yang akan diterka oleh kelompok penanya tanpa memberitahukan sedikitpun
petunjuk.
3)
Setiap anggota kelompok penanya diberi
satu kali kesempatan untuk bertanya. Kelompok penjawab hanya boleh menjawab dengan
kata “ya” atau “tidak”.
4) Setelah
seluruh anggota kelompok bertanya, maka kelompok harus berunding untuk menjawab
benda apa yang disembunyikan tersebut. Bila dapat diterka, maka kelompok
penanya mendapatkan nilai.
c.
Bermain
Telepon
Langkah-langkahnya meliputi:
1) Siswa secara berpasangan
harus mempersiapkan alat untuk menelepon.
2) Siswa harus menelepon
temannya dan menanyakan kabar, pelajaran untuk besok, buku pelajaran yang harus
dibawa dan sebagainya. Biarkan siswa mengembangkan percakapannya sendiri,
kecuali kalau terhenti maka guru memberikan pancingan berupa pertanyaan kepada siswa.
3) Guru memperhatikan cara
mengungkapkan gagasan, kalau perlu cara pelafalan yang benar.
d.
Permainan
Teka-teki (Riddles)
Permainan teka-teki merupakan salah satu
permainan untuk aspek berbicara, dan tergolong kedalam permainan menerka. Dalam
permainan ini murid diajak bermain teka-teki, dalam rangka berlatih berani berbicara.
Pada tahap awal sebaiknya guru yang memberikan sebuah teka-teki, dan
murid-murid menerkanya. Setelah itu baru diberikan kesempatan kepada murid untuk
saling berteka-teki, sedangkan guru sebagai pengawas dan pembimbing mereka.
Namun perlu diingat dalam permainan ini usahakan teka-teki yang ditampilkan itu
adalah teka-teki pilihan. Maksudnya teka-teki yang sesuai dengan tingkat
kemampuan/kecerdasan murid serta memenuhi tata kesopanan. Pelaksanaan permainan
teka-teki ini dalam proses pembelajaran bertujuan agar murid berlatih untuk mencapai
tujuan tertentu. Tujuan tersebut meliputi:
1)
Berani
berbicara untuk mengemukakan pendapat di depan forum
2)
Mampu
menyusun kata-kata menjadi kalimat yang baik secara lisan
3)
Mengurangi
ketegangan-ketegangan selama belajar.
Untuk kelancaran permainan ini, maka sebaiknya
guru mempersiapkan sejumlah teka-teki untuk persediaan, agar dalam permainan nanti
murid kehabisan atau kekurangan teka-teki.
Permainan ini dilaksanakan dengan langkah-langkah sebagai berikut.
a)
Pertama,
guru menjelaskan bentuk dan cara bermain dalam permainan ini, serta menjelaskan
pula tujuan yang ingin dicapai dengan permainan ini.
b)
Kedua,
kelas dibagi atas beberapa kelompok, dan menentukan lawan masing-masing kelompok
(misalnya, kelompok I dengan kelompok II dan sebagainya),
c)
Ketiga,
guru memulai permainan dengan menampilkan sebuah teka-teki untuk semua kelompok,
contoh guru berkata, “Aku adalah sebuah bilangan dan aku seperti jumlah butir
pancasila”. Siapakah aku?
d)
Keempat,
jika semua kelompok belum bisa menerka, maka dapat ditambahkan lagi arahan oleh
guru, misalnya, “Pada tahun 1950 aku muncul pada urutan kedua dari urutan terakhir”.
e)
Kelima,
kalau ada kelompok yang dapat menerka, maka kelompok itu diberi nilai 10.
f)
Keenam,
setelah seluruh kelompok memahami cara seperti yang dilakukan guru, maka guru
memanggil dua-dua kelompok kedepan kelas. Misalnya, tahap I kelompok I dengan kelompok
II. Maka kelompok I mulai menjual sebuah teka-teki pada kelompok II, seperti
yang dilakukan oleh guru tadi. Kalau kelompok II dapat menerka, mereka dapat nilai
10, dan giliran berikutnya yang menjual teka-teki adalah kelompok II. Tetapi kalau
kelompok II ini tidak dapat menerka, maka kelompok I meneruskan menjual teka-teki
mereka yang kedua dan nilai 5 untuk kelompok I karena kelompok lawan dapat menerka
teka-teki mereka.
g)
Ketujuh,
permainan ini dilanjutkan tahap-tahap berikutnya, secara bergantian dua-dua kelompok
terus kedepan kelas (mungkin satu tahap hanya 3 – 5 teka-teki).
h)
Kedelapan,
permainan ini diakhiri oleh guru dengan mengumumkan kelompok yang menang, yakni
yang telah mengumpulkan nilai tertinggi dari seluruh kelompok.
i)
Kesembilan,
sebagai hadiah guru memberikan kesempatan kepada kelompok yang menang untuk menghukum
kelompok yang paling rendah nilainya. Hukuman yang diberikan ini pun, hendaknya
telah disepakati pada awal pembelajaran, yaitu hukuman yang tidak meyakitkan fisik,
tetapi hukuman seperti bernyanyi, membaca puisi, atau bentuk-bentuk lain yang
bersifat mendidik dan menyenangkan.
e.
Time Token
Model ini efektif untuk meningkatkan keterampilan berbicara siswa
secara perorangan. Guru sebagai motifator harus mempunyai energy yang mampu memotivasi
siswa mengungkapkan pendapat, saran dantanggapan secara aktif, dinamis dan dalam
suasana yang menyenangkan. Langkah-Langkahnya:
1) Guru membuka pelajaran dengan apersepsi
2) Guru menginformasikan tujuan/kompetensi pembelajaran.
3) Siswa masing-masing diberi 3 kartu bicara (lamanya bicara dan
banyaknya kartu bicara bisa disesuaikan).
4) Siswa diberi stimulasi berupa cerita yang berisi masalah.
5) Setiap siswa secara bergantian memberi pendapat secara lisan berupa
persetujuan, sanggahan, dan penolakan disertai dengan alasan. Siswa yang telah bicara
diambil kartunya ditukar dengan nilai.
6) Siswa dan guru bersama-sama menyimpulkan pembelajaran.
3.
Aspek
Membaca
Metode yang bisa
diterapkan dalam aspek membaca ini adalah:
a.
Metode
Abjad (Alphabet)
Langkah-langkah:
1)
Mengenalkan
huruf (abjad) kepada siswa secara alphabetis. Yaitu
dari A-Z.
2)
Selanjutnya, menulis huruf tersebut
di papan tulis, masing-masing huruf juga ditulis dalam sebuah kartu atau kertas
( satu huruf satu kartu atau kertas)
3)
Setelah
itu contohkan kepada siswa cara membaca huruf-huruf dipapan tulis.
4)
Biarkan
semua siswa untuk menirukan membacakan huruf (abjad), mula-mula bersifat
klasikal (seluruh kelas), kemudian dipecah-pecah menjadi setengah kelas,
seperempat kelas, per dua bangku dan akhirnya perorangan.
5)
Selanjutnya,
siswa diminta untuk mengambil huruf-huruf tertentu dari kartu-kartu huruf yang
tersedia.
6)
Selanjutnya,
kegiatan ini dapat ditingkatkan dengan membentuk kata pilih yaitu beberapa
konsonan dan vocal, yang apabila digabungkan bisa menjadi kata yang bermakna,
misalnya “m a m a”. tempel atau
tulis huruf m-a-m-a dipapan tulis. Kemudian tunjukanlah kepada siswa bahwa kata
itu dibaca mama.
7)
Tanyakan
kepada siswa kata mama terdiri dari huruf apa saja, dan arahkan siswa agar
dapat menyimpilkan sendiri bahwa apabila huruf “m” digabung dengan huruf “a”,
dibaca “ma”. Bisa juga memberikan contoh yang lain, misalnya: papa, nana, tata.
8)
Selanjutnya
menggabung-gabungkan konsonan dengan vocal, sehingga seluruh vocal (a, e, I, o,
u) bisa digunakan.
9)
Setelah
siswa bisa membaca gabungan dua huruf konsonan-vokal, susunan bisa diganti menjadi
vokal-konsonan. Misalnya: am, an, as,
dan lain-lain. Setelah ini baru bisa dilanjutkan dengan tiga huruf
(konsonan-vokal-konsonan). Misalnya: man, dan,
bas, dan lain-lain.
b.
Metode Eja
(Spelling Method)
Pengertian
metode eja adalah belajar membaca yang dimulai dari mengeja huruf demi huruf.
Pendekatan yang dipakai dalam metode eja adalah pendekatan harfiah. Siswa mulai
diperkenalkan dengan lambang-lambang huruf. Pembelajaran metode Eja terdiri
dari pengenalan huruf atau abjad A sampai dengan Z dan pengenalan bunyi huruf
atau fonem. Langkah-langkah:
1)
Pembelajaran dengan metode eja memulai
pengajarannya dengan memperkenalkan huruf-huruf secara alpabetis. Huruf-huruf tersebut
dihapalkan dan dilafalkan murid sesuai dengan bunyinya menurut abjad. Sebagai contoh
A a, B b, C c, D d, E e, F f, dan seterusnya. Dilafalkan sebagai a, be, ce, de,
e, ef, dan seterusnya.
2)
Kegiatan ini diikuti dengan latihan menulis
lambang tulisan, seperti a, b, c, d, dan seterusnya atau dengan huruf rangkai,
a, b, c, d, dan seterusnya. Setelah melalui tahapan ini, para murid diajarkan untuk
perkenalan dengan suku kata dengan cara merangkaikan beberapa huruf yang sudah dikenalnya.
Misalnya :
b, a → ba (dibaca
be. a → ba )
d, u → du ( dibaca
de, u → du )
ba-du dilafalkan
Badu
3)
Proses pembelajaran selanjutnya adalah
pengenalan kalimat-kalimat sederhana. Contoh perangkaian huruf menjadi suku
kata, suku kata menjadi kata, dan kata menjadi kalimat.
c.
Metode Suku
Kata (Syllabic Method)
1)
Proses pembelajaran dengan metode ini
diawali dengan pengenalan suku kata, seperti ba, bi, bu, be, bu, ca, ci, cu,
ce, cu, da, di ,du, de, du, ka, ki, ku, ke, ku dan seterusnya.
2)
Suku-suku kata tersebut kemudian dirangkai
menjadi kata bermakna. Sebagai contoh, dari daftar suku kata tadi, guru dapat membuat
berbagai variasi paduan suku kata menjadi kata-kata bermakna, untuk bahan ajar
MMP. Kata-kata tadi misalnya :
ba – bi cu – ci da – da ka – ki
ba – bu ca – ci du – da ku
– ku
bi – bi ci – ca da – du ka
– ku
ba – ca ka – ca du – ka ku – da
3)
Kegiatan tersebut dilanjutkan dengan
proses perangkaian kata menjadi kelompok kata atau kalimat sederhana.
4)
Proses perangkaian suku kata menjadi
kata, kata menjadi kalimat sederhana, kemudian ditindak lanjuti dengan proses
pengupasan atau penguraian bentuk-bentuk tersebut menjadi satuan bahasa terkecil
dibawahnya, yakni dari kalimat kedalam kata dan kata kedalam suku-suku kata.
d.
Metode Kalimat/Global
(Syntaxis Method)
Depdiknas
(2000:6) mendefinisikan bahwa metode global adalah cara belajar membaca kalimat
secara utuh. Metode global ini didasarkan pada pendekatan kalimat. Caranya ialah
guru mengajarkan membaca dan menulis dengan menampilkan kalimat di bawah gambar.
Metode global dapat juga diterapkan dengan kalimat tanpa bantuan gambar. Selanjutnya,
siswa menguraikan kalimat menjadi kata, menguraikan kata menjadi suku kata, dan
menguraikan suku kata menjadi huruf.
Langkah-langkah penerapan metode
global adalah sebagai berikut.
1)
Memperkenalkan gambar dan kalimat.
2)
Siswa membaca kalimat dengan bantuan
gambar. Jika sudah lancar, siswa membaca tanpa bantuan gambar, misalnya: Ini Nani
3)
Menguraikan kalimat dengan
kata-kata: /ini/ /Nani/
4)
Menguraikan kata-kata menjadi suku
kata: i – ni - na – ni
5)
Menguraikan suku kata menjadi huruf-huruf,
misalnya: i-n-i - n-a-n-i
e.
Metode SAS (Structural, Analytic, Syntatic)
Metode
SAS merupakan singkatan dari “Struktural Analitik Sintetik”. Metode SAS
merupakan salah satu jenis metode yang biasa digunakan untuk proses
pembelajaran membaca permulaanbagi siswa pemula. Dalam proses operasionalnya
metode SAS mempunyai langkah-langkah berlandaskan operasional dengan urutan :
1)
Struktural menampilkan keseluruhan,
guru menampilkan sebuah kalimat pada anak
2)
Analitik melakukan proses
penguraian: anak diajak untuk megenal konsep kata dan mulai menganalisis
kalimat menjadi kata, kata menjadi suku kata dan suku kata menjadi huruf.
3)
Sintetik melakukan penggabungan
kembali kepada bentuk struktural semula, setelah kalimat diuraikan dari huruf
dirangkai menjadi suku kata, suku kata menjadi kata dan kata menjadi kalimat
semula.
Proses penguraian atau
pengalisisan dalam pembelajaran dengan metode SAS adalah kalimat menjadi
kata-kata, kata menjadi suku-suku kata, suku kata menjadi huruf-huruf
f.
Reading Aloud (Metode Membaca dengan Keras)
Membaca suatu teks dengan keras dapat
membantu peserta didik memfokuskan perhatian secara mental, menimbulkan pertanyaan-pertanyaan,
dan merangsang diskusi. Strategi tersebut mempunyai efek pada memusatkan perhatian
dan membuat suatu kelompok yang kohesif. Prosedur:
1)
Guru
memilih sebuah teks yang cukup menarik untuk dibaca dengan keras, misalnya tentang
manasik haji. Guru hendaknya membatasi dengan suatu pilihan teks yang kurang dari
500 kata.
2)
Guru
menjelaskan teks itu pada peserta didik secara singkat. Guru memperjelas poin-poin
kunci atau masalah-masalah pokok yang dapat diangkat.
3)
Guru
membagi bacaan teks itu dengan alinea-alinea atau beberapa cara lainnya. Guru
menyuruh suka relawan-suka relawan untuk membaca keras bagian-bagian yang
berbeda.
4)
Ketika
bacaan-bacaan tersebut berjalan, guru menghentikan di beberapa tempat untuk menekankan
poin-poin tertentu, kemudian guru memunculkan beberapa pertanyaan, atau memberikan
contoh-contoh.
5)
Guru
dapat membuat diskusi-diskusi singkat jika para peserta didik menunjukkan minat
dalam bagian tertentu. Kemudian guru melanjutkan dengan menguji apa yang ada dalam
teks tersebut.
6)
Guru
melakukan kesimpulan, klarifikasi, dan tindak lanjut.
Model
pembelajaran menulis kemampuan menulis berkorelasi dengan kemampuan membaca. Adapun
beberapa teknik menulis yang dapat digunakan guru dalam proses belajar mengajar
di Sekolah Dasar, di antaranya adalah sebagai berikut.
a.
Model Brainstorming
Langkah-Langkah pembelajaran adalah:
1)
Siswa
dibentuk dalam beberapa kelompok yang heterogen.
2)
Masing-masing
kelompok berdiskusi menentukan topik tulisan dapat didasarkan tema
sentral yang diberikan guru atau memilih tema yang guru berikan.
3)
Setelah
menemukan terra tulisan dalam kelompoknya, mereka brainstorming untuk
nenentukan topik tulisan per siswa (individu).
4)
Brainstorming
terus dilakukan dalam tahap prapenulisan, khususnya dalam hal penggalian dan
pengumpulan bahan tulisan.
5)
Para
siswa diberi kesempatan untuk menulis secara mandiri (sendiri-sendiri).
6)
Setelah
usai, mereka dikelompokkan lagi dalam kelompok semula dan dilakukan tahap pasca
menulis (editing dan revising). Para
siswa melakukan brainstorming dalam mencermati tulisan teman lainnya.
7)
Para
siswa memperbaiki tulisannya kembali.
8)
Tiap
kelompok menyajikan beberapa atau satu tulisan yang dianggap paling baik di
kelompoknya (dipilih oleh kelompok siswa yang hersangkutan) secara lisan.
9)
Guru
dan siswa lain merefleksi (menanggapi dan evaluasi) tulisan ternan yang
disajikan.
10)
Tulisan
dikumpulkan dan dievaluasi oleh guru.
b.
Model Roundtable
Model ini dikembangakan dengan dasar pendekatan
kooperatif dan kontekstual. Tulisan yang paling tepat untuk jenis ini adalah
tulisan kreatif (cerpen, puisi, drama) dan beberapa tulisan faktual (narasi,
deskripsi, dan lainnya). Model ini mengedepankan suatu kerjasama dalam kelompok
untuk membuat tulisan bersama. Akan sangat baik jika hal ini pun dikompetisikan
dalam kelas tersebut. Berikut langkah menulis dengan model Roundtable, yaitu:
1)
Guru
memberi pengarahan model prosedural
roundtable dan pengantar kompetensi yang diarah dalarn pembelajaran.
2)
Siswa
dikelompokkan dalam beberapa kelompok dengan jumlah anggota seimbang (4-5
orang).
3)
Siswa
dan guru menentukan topik dan tujuan (genre) suatu tulisan bersama-sama.
4)
Jika
sudah ditentukan sebuah topik untuk semua siswa maka tiap kelompok bersiap menulis
secara serentak. Tiap siswva menulis di lembarnya masing-masing dengan batasan
tertentu yang disepakati bersama (jumlah kalimat tertentu atau kurun waktu
tertentu yang difasilitatori oleh guru). Aba-aba mulai dan berhenti
dikendalikan oleh guru.
5)
Jika
dinyatakan berhenti maka kegiatan menulis berhenti. Lalau guru memerintahkan
putar/geser. Artinya, lembar tulisan tiap siswa digeserkan ke siswa di
sebelahnya (dalam kelompok). Ketika guru menyuarakan mulai maka mereka harus
melanjutkan tulisan temannya. Demikian sampai kertas kerja kembali pada
pemiliknya lagi.
6)
Tiap
siswa mencermati hasil tulisan yang ada.
7)
Tiap
kelompok menilai tulisan dalam kelornpoknya dan buat urutan tulisan dari yang
terbaik sampai yang kurang baik.
8)
Semua
tulisan siswa dipajang di papan tulis sesuai groupnya.
9)
Semua
siswa saling melihat dan membaca tulisan teman sekelasnya.
10)
Guru
dan siswa merefleksi hasil penulisan.
c.
Model Brown
Model ini didasari oleh pemahaman bahwa media
pembelajaran merupakan suatu bagian yang sangat berpengaruh terhadap
keefektifan pembelajaran. Apalagi media dan alat bantu belajar kian lama kian
variatif dan interaktif. Media yang
dapat digunakan dalam pembelajaran menulis dapat berupa media visual, audio,
project motion, dll. Di antaranya adalah garnbar, peta, bagan, grafik. foto,
poster, iklan, perangko, video, OHP, dsb. Berikut akan dipaparan langkah pembelajaran
menulis dengan media puzzle gambar berseri. Prosedurnya:
1)
Guru
menyiapkan puzzle gambar berseri tentang suatu masalah.
2)
Guru
membagi siswa dalam beberapa kelompok dan mengemukakan kompetensi yang hendak
di capai siswa.
3)
Guru
membagikan puzzle gambar yang sama kepada semua kelompok.
4)
Tiap
kelompok diharapkan mengurutkan puzzle gambar berseri sesuai logika dan
argumennya masing-masing.
5)
Tiap
kelompok menyajikan hasilnya.
6)
Dilakukan
diskusi atas kerja siswa beserta alasan. Guru sekalian menyampaikan materi yang
relevan.
7)
Lalu
tiap siswa dalam kelompok ditugasi membuat tulisan berdasar susunan gambar di
kelompoknya dengan pengembangan imajinasi mereka masing-masing.
8)
Tulisan
disunting dalam kelompok secara bergantian dan diperbaiki.
9)
Dilakukan
refleksi atas pembelajaran yang telah dilakukan.
10)
Produk
tulisan dikumpulkan untuk dievaluasi oleh guru.
d.
Model Example Non Example
Example Nonexample yaitu model
pembelajaran yang mempersiapkan dan menggunakan gambar atau diagram maupun
tabel yang telah disesuaikan dengan materi bahan ajar dan kompetensi dasar,
penyajian gambar dapat ditempel atau
ditampilkan menggunakan LCD atau OHP. Langkah – Langkahnya adalah:
1)
Guru
mempersiapkan gambar-gambar sesuai dengan tujuan pembelajaran.
2)
Guru
menempelkan gambar di papan atau ditayangkan melalui OHP.
3)
Guru
memberikan petunjuk dan memberi kesempatan pada siswa untuk
memperhatikan/menganalisis gambar.
4)
Melalui
diskusi kelompok 2-3 orang siswa, hasil diskusi dari analisis gambar tersebut
dicatat pada kertas.
5)
Tiap
kelompok diberi kesempatan membacakan hasil diskusinya.
6)
Mulai
dari komentar / hasil diskusi siswa, guru mulai menjelaskan materi yang sesuai
tujuan yang ingin dicapai.
7)
Kesimpulan.
e.
Model Go To
Your Post (Bergerak
ke Arah yang Dipilih)
Model ini memotifasi siswa untuk mengembangkan keterampilan menulis
berdasarkan pilihan topiknya. Langkah-Langkah:
1) Guru membuka pelajaran dengan
apersepsi dan menyampaikan tujuan pembelajaran
2) Guru menempel kertas warna yang
berisi topik tentang ilmu pengetahuan populer pada dinding kelas
3) Siswa bergerak dan berdiri ke
arah topik yang dipilihnya
4) Setelah siswa berkelompok sesuai
dengan topik yang dipilih siswa berdiskusi tentang hal yang akan
dikembangkan menjadi tulisan sesuai dengan topik
5) Siswa kembali duduk secara
berkelompok untuk membuat kerangka tulisan dan mengembangkan menjadi sebuah
wacana
6) Siswa menulis hasil karyanya dan
menempelkan pada diding kelas
7) Guru menilai hasil karya siswa
dan memberikan penghargaan bagi karya yang baik
8) Guru dan siswa merefleksi
pembelajaran.
f. Model
Melengkapi Paragraf.
Model ini bertujuan memotivasi siswa
untuk menuangkan gagasan dalam bentuk tulisan dengan melengkapi paragraf yang
sudah tersedia dengan kalimat-kalimat yang tepat. Langkah-Langkah
1) Guru membuka pelajaran dengan
apersepsi dan menyampaikan tujuan pembelajaran
2) Siswa dibagi kelompok dan memberikan
nama kelompoknya masing-masing
3) Setiap kelompok diberikan teks
paragraf yang berbeda untuk didiskusikan dan mengisi paragraf yang rumpang
4) Setiap kelompok menulis hasil
kerjanya pada flipchart atau kalender bekas dan memasang hasil karya tersebut pada
dinding kelas
5) Setiap kelompok mempresentasikan
hasil karyanya
6) Guru dan siswa mengoreksi hasil
kerja kelompok dan menilai
7) Guru dan siswa menyimpulkan
pembelajaran.
DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR PUSTAKA
Hamruni. 2009. Strategi
dan Model-model Pembelajaran Aktif-Menyenangkan. Yogyakarta: Fakultas
Tarbiyah UIN Sunan Kalijaga
Komalasari, Kokom. 2014. Pembelajaran Kontekstual, Konsep dan Aplikasi. Bandung: Refika
Aditama.
Uno, Hamzah B. dan Nurdin Mohamad. (2012). Belajar Dengan Pendekatan PAILKEM:
Pembelajaran
Aktif, Inovatif, Lingkungan, Kreatif, Efektif, Menarik. Jakarta: Bumi Aksara.
http://pustakaprabu.blogspot.ac.id/2011/12/bagaimana-cara-mengajar-bahasa.html/?m=1,
Diakses pada Selasa, 20 September 2016
pukul 19.00
http://mbahbrata-edu.blogspot.co.id/2013/04/model-dan-metode-pembelajaran-bahasa.html,
diakses pada Selasa, 20 September 2016 pukul 19.00
http://profesormakalah.blogspot.co.id/2015/01/model-model-pembelajaran-bahasa.html,
diakses pada Selasa, 20 September 2016 pukul 19.05
http://bagazz1995.blogspot.co.id/2015/03/makalah-strategi-pembelajaran-menyimak.html?m=1,
diakses pada Rabu, 21 September 2016 pukul 10.00