1. Model Kooperatif
Menurut Anita
dalam Nunuk dan Leo (2012:80) pembelajaran kooperatif adalah pendekatan
pembelajaran yang berfokus pada penggunaan kelompok kecil siswa untuk
bekerjasama dalam memaksimalkan kondisi belajar untuk mencapai tujuan. Model
pembelajaran ini bertujuan untuk mengembangkan aspek keterampilan sosial
sekaligus aspek kognitif dan aspek sikap siswa. Dalam hal ini, guru menciptakan
suasana yang mendorong agara siswa merasa saling membutuhkan yang disebut
saling ketergantungan positif. Siswa tidak hanya belajar dari guru, tetapi juga
dari sesama siswa.
Manfaat
pembelajaran kooperatif menurut Nunuk dan Leo (2012:81) adalah sebagai berikut
:
a. Meningkatkan
kemampuan untuk bekerja sama dan bersosialisasi.
b. Melatih
kepekaan diri, empati melalui variasi perbedaan sikap dan perilaku selama
bekerja sama.
c.
Mengurangi rasa
kecemasan dan menumbuhkan rasa percaya diri.
d. Meningkatkan
motivasi belajar, harga diri, dan sikap perilaku positif sehingga dengan
pembelajaran cooperative peserta didik akan tahu kedudukannya dan belajar untuk
saling menghargai satu sama lain.
e.
Meningkatkan prestasi
belajar dengan meningkatkan prestasi akademik, sehingga dapat membantu peeserta
didik memahami konsep-konsep yang sulit.
2. Model Kontekstual
Pembelajaran
kontekstual adalah pembelajaran yang menekankan pada proses keterlibatan siswa
untuk dapat menemukan materi yang dipelajari dan menghubungkannya dengan
situasi kehidupan nyata, sehingga mendorong siswa untuk dapat menerapkannya
dalam kehidupan mereka. Pembelajaran kontekstual melibatkan siswa secara penuh
dalam proses pembelajaran. Siswa didorong untuk beraktivitas mempelajari materi
pelajaran sesuia dengan topic yang akan dipelajari. Dalam pembelajaran kontekstual,
belajar bukan hanya mendengarkan dan mencatat, tetapi belajar adalah proses
mengalami secara langsung. Melalui prose situ diharapkan perkembangan siswa
terjadi secara uutuh,tidak hanya berkembang dalam aspek kognitif saja, tetapi
juga aspek afektif dan psikomotorik. Melalui pembelajaran ini diharapkan siswa
dapat menemukan sendiri materi yang dipelajarinya.
Pembelajaran
kontekstual mengarahkan sisw kepada upaya untuk membangun kemampuan berfikir
dan kemampuan menguasai materi pelajaran. Pengetahuan yang sumbernya dari luar
di kontruksi kedalam diri siswa. Dalam hal ini pengetahuan tidak diperolah
dengan cara diberi atau ditransfer orang lain, tetapi dibentuk dan di kontruksi
oleh siswa sendiri, sehingga bisa mengembangkan intelektualnya.
Dalam
pembelajaran kontekstual, belajar bukanlah menghafal akan tetapiproses
mengkontruksi pengetahuan sesuai dengan pengalaman yang mereka miliki. Oleh
karetna itulah semaikn banyak pengalaman maka akan semakin banyak pula
pengetahuan yang mereka peroleh. Belajar bukan sekedar memperoleh pengetahuan
dengan cara mengumpulkan fakta yang lepas-lepas, tetapi merupakan organisasi
dari semua yang dialami, sehingga dengan penegtahuan yang dimiliki akan berpengaruh terhadap pola-pola perilaku
manusia, seperti pola berfikir, pola bertindak, kemampuan memecahkan persoalan
termasuk penampilan seseorang. Semakin luas dan mendalam pengetahuan seseorang,
akan semaikn efektif dalam berfikir. Belajar pada hakikatnya adalah menangkap
pengetahuan dari kenyataan, sehingga pengetahuan yang diperoleh adalah
pengetahuan yang memiliki makna untuk kehidupan anak. Pembelajaran kontekstual
mengarah siswa pada proses masalah, sebab dengan memecahkan masalah anak akan
berkembang secara utuh, bukan hanya berkembang intelektualnya tetapi juga ,mental
dan emosionalnya. Belajar secara kontekstual adalah belajar bagaimana anak
menghadapi persoalan. Oleh karena itu belajar tidak dapat sekaligus, akan
tetapi sesuai dengan irama kemampuan siswa. ( Hamruni, 2009: 173-175). Model
pembelajaran kontekstual untuk sekolah dasar kelas tinggi yaitu pembelajaran
berbasis masalah, pembelajaran kooperatif, pembelajaran berbasis proyek,
pembelajaran pelayananan. Pembelajaran konsep, pembelajaran nilai.
3. Model PAIKEM
Paikem
dalam dunia pendidikan merupakan singkatan dari pembelajaran aktif, inovatif,
kreatif, efektif dan menyenangkan. Paikem menghendaki peran seorang yang
maksimal sebagai perancang pembelajaran untuk memotivasi dalam mengemas
pembelajaran. Penguasaan guru untuk mengola kelas dengna baik akan berhasil guna
mencapai tujuan pembelajaran. Istilah paikem mulai membumi dalam dunia
pembelajaran walaupun pelaksanaannya masih belum merata. Model pembelajarn
paikem terdiri dari teks acak , resume kelompok, pertanyaan dari siswa ,
penilaian instan, benar apa salah , kuis kelompok, teka teki silang.
B. Pengertian Metode Pembelajaran
1. Aspek Menyimak / Mendengarkan
Menyimak
menurut Anderson adalah menyimak bermakna, mendengarkan dengan penuh pemahaman
dan perhatian serta apresiasi. Pendapat ini dipertegas oleh Tarigan (1990 : 25)
bahwa Menyimak adalah suatu proses kegiatan mendengarkan lambang-lambang lisan
dengan penuh perhatian, pemahaman, apresiasi serta interpretasi untuk
memperoleh informasi, menangkap isi atau pesan serta memahami makna komunikasi
yang telah disampaikan oleh pembicara melalui ujaran atau bahasa lisan..
a. Jigsaw
(Model tim ahli)
Meode
jigsaw adalah metode yang menggabungkan kegiatan membaca, menulis,
mendengarkan, dan berbicara. Dalam teknik ini, guru memperhatikan skemata latar
belakang pengalaman siswa dan membantuk siswa mengaktifkan skemata ini agar
bahan pelajaran menjadi lebih berwarna. Selain itu, siswa bekerjasama dengan
sesama siswa dalam Susana gotong royong dan mempunyai banyak kesempatan untuk
mengolah informasi dan meningkatkan keterampilan berkomunikasi.
Langkah-langkah jigsaw adalah sebagai berikut:
1) Siswa
dikelompokkan ke dalam empat anggota tim.
2) Tiap
orang dalam tim diberi bagian materi berupa judul dongeng yang berbeda-beda.
3) Tiap
orang dalam kelas yang mendapatkan judul dongeng yang sama berkumpul untuk
mendiskusikan cerita tersebut.
4) Setelah
selesai diskusi dengan anggota yang memiliki judul dongeng yang sama, tiap
anggota kembali ke kelompok asal dan bergantian menceritakan dongeng yang telah
dibahas dengan kelompok ahli.
5) Tiap
orang dalam kelompok asal mendengarkan apa yang diceritakan oleh salah satu
temannya secara bergantian
b. Think Pair and Share
(Pikir Bareng dan Berbagi)
Menurut Ngalimun (2013:169) model
pembelajaran ini merupakan tipe kooperatif dengan sintaks guru menyajikan
materi klasikal , memberikan persoalan kepada siswa dan siswa bekerja kelompok
dengan cara berpasangan sebangku-sebangku (think-pairs),
presentasi kelompok (share), kuis
individual, buat skor perkembangan tiap siswa, kemudian mengumumkan hasil kuis
dan memberikan reward. Think-Pair-Share merupakan salah satu tipe
pembelajaran kooperatif yang dikembangkan oleh Frank Lyman dari Universitas
Maryland pada tahun 1985. Think-Pair-Share memberikan kepada para siswa
waktu untuk berpikir dan merespon serta saling bantu satu sama lain. Sebagai
contoh, seorang guru baru saja menyelesaikan suatu sajian pendek atau para
siswa telah selesai membaca suatu tugas. Selanjutnya guru meminta kepada para
siswa untuk menyadari secara serius mengenai apa yang telah dijelaskan oleh
guru atau apa yang telah dibaca.
Langkah-langkah model pembelajaran think
pairs and share meliputi:
1)
Guru menyampaikan inti materi dan kompetensi yang ingin dicapai.
2)
Siswa menyimak materi yang disampaikan oleh gurunya.
3)
Siswa diminta untuk berpikir tentang materi/permasalahan
yang disampaikan guru.
4) Siswa diminta berpasangan dengan teman sebangkunya dan
mengutarakan hasil pemikiran masing-
masing.
5) Guru memimpin pleno dikusi, tiap kelompok mengemukakan hasil
diskusi.
6) Berawal dari kegiatan tersebut mengarahkan pembicaraan pada
pokok permasalahan dan menambah
materi yang belum diungkapkan para siswa.
7)
Guru melakukan kesimpulan.
8)
Penutup.
c.
KML atau DLA (Direct Listening Activities)
Tahapan-tahapan
kegiatannya, adalah:
1) Guru mengemukakan tujuan
pembelajaran, membacakan judul teks simakan, bertanya jawab dengan siswa
tentang hal-hal yang berkaitan dengan judul bahan simakan sebagai upaya untuk
pembangkitan skemata siswa. Selanjutnya guru mengemukakan hal-hal pokok yang
perlu dipahami siswa dalam menyimak
2) Guru meminta siswa mendengarkan
materi simakan yang dibacakan oleh guru.
3) Guru melakukan tanya jawab tentang
isi simakan. Pertanyaan tidak selalu harus diikat oleh pertanyaan yang terdapat
dalam buku. Guru hendaknya menambahkan pertanyaan yang dikaitkan dengan konteks
kehidupan siswa atau masalah lain yang actual
4) Guru memberikan
latihan/tugas/kegiatan lain yang berfungsi untuk mengembangkan keterampilan
siswa dalam menyimak.
d. MBL atau DLTA (Direct Listening
Thinking Activities)
Tahapan-tahapan
kegiatannya, adalah.
1) Pada tahap ini guru memberitahukan
judul cerita yang akan disimak, misalnya “Saat Sendirian di Rumah” Berdasarkan
judul teresbut guru menanyakan kepada siswa Bagaimana seandainya malam hari
sendirian di rumah? Untuk membangkitkan imajinasi siswa guru bisa menunjukkan
gambar rumah yang gelap. Selanjutnya guru mengajukan pertanyaan Apa kira-kira
isi cerita yang akan dibacakan, apa yang kira-kira menarik dari cerita itu,
bagaimana seandainya peristiwa itu terjadi pada kalian? Dan sebagainya.
2) Guru membacakan cerita dengan suara
nyaring secara menarik dan hidup. Pada bagian tertentu yang dianggap memiliki
hubungan dengan prediksi dan tujuan pembelajaran, guru menghentikan pembacaan
dan mengajukan pertanyaan kepada siswa. Apa kesimpulan yang kalian peroleh, apa
yang terjadi kemudian, apa yang terjadi selanjutnya dsb. Setelah tanya jawab
dianggap cukup, guru melanjutkan membacakan lagi.
3) Refleksi dan penyampaian pendapat.
Guru mengakhiri pembacaan, selanjutnya guru meminta siswa untuk mengemukakan
kembali isi cerita dan guru meminta pendapat siswa tentang unsur-unsur cerita,
misalnya tentang watak tokoh, tentang alur, seting dsb.
2. Aspek Berbicara
a. Jigsaw
(Model tim ahli)
Langkah-langkah jigsaw
adalah sebagai berikut:
1) Siswa
dikelompokkan ke dalam empat anggota tim.
2) Tiap
orang dalam tim diberi bagian materi tugas yang berbeda.
3) Tiap
orang dalam tim diberi bagian materi yang ditugaskan.
4) Anggota
dari tim yang berbeda yang telah mempelajari bagian / sub bab yang sama bertemu
dalam kelompok baru (kelompok ahli) untuk mendiskusikan sub bab mereka.
5) Setelah
selesai diskusi sebagai tim ahli, tiap anggota kembali ke kelompok asal dan
bergantian mengajar teman satu tim mereka tentang sub bab yang mereka kuasai
dan tiap anggota lainnya mendengarkan dengan sungguh-sungguh.
6) Tiap
tim ahli mempresentasikan hasil diskusi.
7) Guru
memberi evaluasi.
b. Think Pair and Share
(Pikir Bareng dan Berbagi)
Langkah-langkah model pembelajaran think pairs and share
meliputi:
1)
Guru menyampaikan inti materi dan kompetensi yang ingin
dicapai.
2)
Siswa diminta untuk berpikir tentang materi/permasalahan
yang disampaikan guru.
3)
Siswa diminta berpasangan dengan teman sebangkunya dan
membicarakan hasil pemikirannya.
4)
Guru memimpin pleno dikusi, tiap kelompok mengemukakan hasil
diskusi.
5)
Berawal dari kegiatan tersebut mengarahkan pembicaraan pada
pokok permasalahan dan menambah materi yang belum diungkapkan para siswa.
c.
Two Stay-Two Stray (TS-TS)
Model pembelajaran kooperatif tipe Two
Stay Two Stray
(TS-TS) dikembangkan oleh Spencer Kagan. Metode ini bisa digunakan dalam semua
mata pelajaran dan untuk semua tingkatan usia. Metode pembelajaran kooperatif
tipe Two Stay Two Stray merupakan sistem pembelajaran
kelompok dengan tujuan agar siswa dapat saling bekerjasama, bertanggung jawab,
saling membantu memecahkan masalah dan saling mendorong untuk berprestasi.
Metode ini juga melatih siswa untuk bersosialisasi dengan baik.
Langkah-langkah pelaksanaan model
pembelajaran kooperatif tipe Two Stay Two Stray yaitu:
1) Guru membagi siswa dalam beberapa
kelompok yang setiap kelompoknya terdiri dari empat siswa. Kelompok yang
dibentuk merupakan kelompok heterogen seperti pada pembelajaran kooperatif tipe
Two Stay Two Stray yang bertujuan untuk memberikan kesempatan pada siswa untuk
saling membelajarkan dan saling mendukung.
2) Guru memberikan subpokok tentang
karangan bebas pada tiap-tiap kelompok untuk dibahas bersama-sama dengan
anggota kelompoknya masing-masing.
3) Siswa bekerjasama dalam kelompok
beranggotakan empat orang. Hal ini bertujuan untuk memberikan kesempatan kepada
siswa untuk dapat mengungkapakan gagasannya
4) Setelah selesai, dua orang dari
masing-masing kelompok meninggalkan kelompoknya untuk bertamu ke kelompok lain.
5) Dua orang yang tinggal dalam
kelompok bertugas meceritakan hasil dari karangannya.
6) Masing-masing kelompok
mempresentasikan hasil kerja mereka.
d. Cerita Berangkai Tujuan
Tahap-tahap
cerita berangakai
1)
guru memberikan penjelasan singkat tentang kegiatan hari
itu,
2)
siswa membagi kelompok,
3)
kelompok menentukan topik yang akan dibawakan di depan
kelas,
4)
siswa bercerita secara berangkai di depan kelas,
5)
kelompok lain memberi komentar tentang cerita berangkai
temannya,
6)
guru merefleksikan hasil pembelajaran hari itu
3. Aspek
Membaca
a. PAIKEM
(teks acak)
Strategi ini sanga baik
dignakan nuk mata pelajaran Bahasa, meskipun dapat juga digunakan untuk mata pelajaran
yang lain.
Langkah-langkah teks
acak :
1) Pilih
bacaan yang akan disampaikan
2) Potong
bacaan tersebut menjadi beberapa bagian. Potongan bisa dilakukan perkalimat,
atau per dua kalimat
3) Bagi
siswa menjadi kelompok kecil
4) Beri
setiap kelompok satu bacaan utuh yang sudah dipotong-potong.
5) Tugas
siswa adalah menyusun bacaan sehingga dapat dibaca dengan urut.
6) Pelajari
teks bacaab siwa, dengan cara yang anda kehendaki
b. Cooperative Integrated Reading and Composition (CIRC)
Langkah-langkah model ini dalam proses pembelajaran yaitu:
1) Membentuk kelompok yang anggotanya
empat orang secara heterogen.
2) Guru memberikan wacana/kliping
sesuai dengan topik pembelajaran.
3) Siswa bekerja sama saling membacakan
dan menentukan ide-ide pokok dan memberi tanggapan terhadap wacana/kliping dan
ditulis pada lembar kertas.
4) Perwakilan dari kelompok
mempresentasikan atau mebacakan hasil kelompok.
5) Guru membuat kesimpulan bersama.
6) Penutup.
c.
Kegiatan Membaca Langsung/ KML atau DRA Direct Reading
Activities)
Adapun
tahapan pengajarannya, adalah sebagai berikut.
1) Guru mengemukakan tujuan
pembelajaran, membacakan judul teks, bertanya jawab dengan siswa tentang
hal-hal yang berkaitan dengan judul bacaan sebagai pembangkitan pengalaman dan
pengetahuan siswa serta mengemukakan hal-hal pokok yang perlu dipahami siswa
dalam membaca.
2) Guru meminta siswa membaca dalam
hati. Setelah siswa membaca guru melakukan tanya jawab tentang nisi bacaan.
Pertanyaan tidak selalu harus diikat oleh pertanyaan seperti yang ada dalam
buku teks. Guru bisa menambahkan pertanyaan sesuai dengan konteks kehidupan
siswa maupun permasalahan lain yang aktual.
3) Guru memberikan tugas latihan yang
ditujukan untuk mengembangkan pemahaman dan keterampilan siswa sejalan dengan
kegiatan membaca yang telah dilakukannya. Kegiatan itu bisa berupa menjelaskan
makna kata-kata sulit dengan menggunakan kamus, membuat ikhtisar bacaan,
mempelajari penggunaan struktur, ungkapan, dan peribahasa dalam bacaan.
d. SQ3R (Survey, Questions, Read,
Recite, Review)
Tahapan
kegiatannya, adalah
1) Guru meminta siswa membaca teks
secara cepat (survey). Setelah itu guru meminta siswa membuat pertanyaan
tentang bacaan (questions). Pertanyaan dapat langsung memanfaatkan pertanyaan
pada tahap pramembaca. Tujuan pertanyaan ini, adalah untuk membentuk konsentrasi
siswa dan membangkitkan pengetahuan dan pengalaman awalnya.
2) Setelah membuat pertanyaan, siswa
melakukan kegiatan membaca (read). Sambil membaca, siswa membuat jawaban
pertanyaan dan catatan ringkas yang relevan (recite).
3) Siswa melakukan review, misalnya
membahas kesesuaian pertanyaan dengan isi bacaan, maupun kegiatan lanjutan lain
yang secara kreatif bisa dikembangkan oleh guru.
e.
MTJ atau Request (Reading-Question)
Tahapan
kegiatannya, adalah:
1) Guru menjelaskan tujuan pengajaran,
problem yang harus dipecahkan siswa, dan cara yang dilakukan siswa untuk
memecahkan masalah
2) Guru dan siswa melakukan pemecahan
masalah, misalnya menemukan fakta, mendapat ide pokok,penggunaan ungkapan,
pendapat yang tidak relevan dengan fakta, dansebagainya. Untuk memecahkan
masalah tersebut, guru dan siswa melakukan kegiatan membaca paragraf pertama
bacaan
3) Setelah membaca paragraf pertama
bacaan, guru meminta siswa meramalkan kemungkinan isi paragraf berikutnya. Guru
dan siswa melakukan kegiatan membaca dalam hati. Paragraf yang dibaca bisa satu
paragraf atau lebih bergantung pada kemungkinan waktu yang tersedia.
4) Tahap terakhir, adalah tanya jawab
dan pembahasan jawaban pertanyaan.
f.
MBL atau DRTA (Direct Reading Thinking Activities)
Adapun
langkah-langkah kegiatannya, adalah.
1) Guru meminta siswa membaca judul
teks bacaan. Apabila mungkin, siswa diminta memperhatikan gambar, dan subjudul
secara cepat. Setelah itu guru bertanya kepada siswa sebagai pembangkit
prediksi dan penciptaan konsentrasi saat membaca. Pertanyaan tersebut misalnya
“Apa kira-kira isi paragraf selanjutnya? Mengapa Kalian membuat pemikiran
demikian?”
2) Guru meminta siswa untuk membaca
dalam hati satu atau dua paragraf bacaan dengan berkonsentrasi untuk menemukan
kebenaran/kesalahan peramalan yang dilakukan semula.
3) Bagian lanjut bacaan yang belum
dibaca/ditanyakan ditutup dulu dengan kertas. Setelah membaca dalam hati guru
mengajukan pertanyaan, “Apa kira-kira isi paragraf berikutnya?” “Mengapa Kalian
memperkirakan demikian?”
4) Langkah seperti tersebut di atas
dilakukan sampai dengan bacaan itu habis/selesai dibaca. Selanjutnya dapat
dilakukan menjawab pertanyaan tentang isi bacaan atau kagiatan yang lain.
4. Aspek menulis
a. Model
Brainstorming
Metode brainstorming adalah teknik mengajar yang dilaksanakan guru dengan
cara melontarkan suatu masalah ke kelas oleh guru, kemudian siswa menjawab,
menyatakan pendapat, atau memberi komentar sehingga memungkinkan masalah
tersebut berkembang menjadi masalah baru . Secara singkat dapat diartikan
sebagai satu cara untuk mendapatkan banyak/berbagai ide dari sekelompok manusia
dalam waktu yang singkat (Roestiyah 2001: 73).
Langkah-langkah
Brainstorming
Guru menjelaskan masalah
yang dihadapi beserta latar belakangnya dan mengajak siswa aktif untuk
menyumbangkan pemikirannya.
2) Tahap Identifikasi
(Analisa)
Pada tahap ini siswa
diundang untuk memberikan sumbang saran pemikiran sebanyak-banyaknya. Semua
saran yang masuk ditampung, ditulis dan tidak dikritik. Pimpinan kelompok dan
peserta hanya boleh bertanya untuk meminta penjelasan. Hal ini agar kreativitas
siswa tidak terhambat.
Semua saran dan masukan
peserta ditulis. Langkah selanjutnya mengklasifikasikan berdasarkan kriteria
yang dibuat dan disepakati oleh kelompok. Klasifikasi bisa berdasarkan
struktur/ faktor-faktor lain.
4) Tahap Verifikasi
Kelompok secara bersama
melihat kembali sumbang saran yang telah diklasifikasikan. Setiap sumbang saran
diuji relevansinya dengan permasalahannya. Apabila terdapat sumbang saran yang
sama diambil salah satunya dan sumbang saran yang tidak relevan bisa dicoret.
Kepada pemberi sumbang saran bisa diminta argumentasinnya.
5) Tahap Konklusi
(Penyepakatan)
Guru/pimpinan kelompok beserta peserta lain mencoba menyimpulkan
butir-butir alternatif pemecahan masalah yang disetujui. Setelah semua puas, maka diambil kesepakatan terakhir
cara pemecahan masalah yang dianggap paling tepat.