A. Pemilihan Media Pembelajaran
Pada
saat akan menetukan media pembelajaran mana yang paling cocok dipilih dan
digunakan dalam kegiatan pembelajaran,
terlebih dahulu yang perlu dipahami adalah belum ada satu pedoman
yang pasti dan jelas yang memberi petunjuk untuk mengadakan pemilihan
media pembelajaran dan terdapat banyak jenis media pembelajaran dan
kemungkinan-kemungkinan untuk memilih media tersebut. Masih banyak guru SD
belum memiliki pemahaman yang utuh tentang jenis dan karakteristik dari suatu
media pembelajaran sehingga mereka cukup sulit menentukan suatu media
pembelajaran atau kombinasinya untuk menyajikan bahan ajar. Ada kecenderungan
para guru tersebut memilih jenis media pembelajaran yang paling mereka sukai
atau yang mereka kenal walaupun tidak begitu relevan dengan kompetensi atau
tujuan pembelajaran yang ingin dicapai.
Kegiatan
pemilihan media pembelajaran ini merupakan bagian tak terpisahkan dari
keseluruhan proses penggunaan media pembelajaran. Jika salah dalam memilih
media pembelajaran ini, maka akan berpengaruh terhadap keberhasilan dalam
melaksanakan proses pembelajaran. Memilih media harus selalu dikaitkan dengan
kompetensi/tujuan pembelajaran yang akan dicapai, sifat-sifat bahan ajar yang
akan disampaikan, strategi pembelajaran yang akan digunakan, dan sistem evaluasinya.
Media pembelajaran sangat banyak ragamnya dan setiap media memiliki kelebihan
dan kelemahannya, tidak ada media pembelajaran yang paling baik yang dapat
digunakan untuk segala situasi dan kondisi.
Perlu
sekali dipikirkan, pertimbangan-pertimbangan apa saja yang dapat dijadikan
pegangan di dalam memilih media pembelajaran tersebut sehingga
kesalahan-kesalahan dalam pemilihan media ini dapat dihindari sejauh mungkin.
Terdapat tiga hal utama yang perlu dijadikan pertimbangan dalam pemilihan media
pembelajaran yaitu:
1. Tujuan pemilihan media pembelajaran
Memilih media
pembelajaran yang akan digunakan harus berdasarkan maksud dan tujuan pemilihan
yang jelas. Apakah digunakan untuk kegiatan pembelajaran atau untuk pemberian
informasi yang sifatnya umum atau untuk
sekedar hiburan saja. Jika digunakan untuk kegiatan pembelajaran, apakah untuk
pembelajaran yang sifatnya individual atau kelompok (klasikal). Tujuan
pemilihan ini sangat berkaitan dengan kemampuan dalam menguasai berbagai jenis
media pembelajaran beserta karakteristiknya.
2. Karakteristik media pembelajaran
Setiap media
pembelajaran memiliki karakteristik tertentu, baik dilihat dari segi
keandalannya, cara pembuatannya, maupun cara penggunaannya. Pemahaman terhadap
karakteristik berbagai media
pembelajaran merupakan kemampuan dasar yang perlu dimiliki dalam kaitannya
dengan pemilihan media pembelajaran ini. Selain itu, kemampuan ini, memberikan
kemungkinan kepada guru untuk menggunakan berbagai jenis media pembelajaran
secara bervariasi. Apabila guru kurang memahami karakteristik media
pembelajaran tersebut, guru akan dihadapkan pada kesulitan-kesulitan dan
biasanya cenderung bersikap spekulatif.
3. Alternatif media pembelajaran yang dapat dipilih
Memilih media
pada dasarnya merupakan proses mengambil atau menentukan keputusan dari
berbagai pilihan (alternatif) yang ada. Kita bisa menentukan pilihan media mana
yang akan digunakan apabila terdapat berbagai
media yang dapat diperbandingkan,
apabila media pembelajaran itu hanya ada satu jenis maka kita tidak akan dapat
memilih, tetapi harus menggunakan media pembelajaran yang ada tersebut.
Supaya media
yang dipilih itu tepat, selain kita harus mempertimbangkan ketiga hal tersebut
di atas, perhatikan pula beberapa faktor berikut ini:
a. Rencana pembelajaran
Rencana
pembelajaran atau satuan pembelajaran ini harus sesuai dengan kurikulum yang
berlaku. Media yang dipilih pun harus
sesuai dengan rencana pembelajaraan dan
kurikulum tersebut.
b. Sasaran belajar
Maksud sasaran
belajar ini siswa yang akan menerima pesan atau informasi melaui media
pembelajaran. Media yang dipilih harus disesuaikan dengan tingkat perkembangan
siswa, misalnya dari segi bahasanya, simbol-simbol yang digunakannya, cara menyajikannya atau juga waktu penggunaannya.
c. Tingkat keterbacaan media (reliability)
Maksudnya apakah
media pembelajaran tersebut sudah memiliki syarat-syarat teknis, seperti
kejelasan gambar, huruf, dan pengaturan warna. Apabila hal ini tidak
diperhatikan tentu saja ankan mengganggu jalannya proses pembelajaran.
d. Situasi dan kondisi
Misalnya situasi
dan kondisi tempat atau ruangan yang dipergunakan untuk kegiatan belajar
mengajar, seperti: ukurannya perlengkapannya ventilasinya, dan cahayanya. Bisa
juga keaadaan siswanya, seperti jumlah siswa, minat, dan motivasi belajarnya.
e. Objektivitas
Maksudnya harus
terhindar dari pemilihan media yang didasari oleh kesenangan pribadi semata
(subjektif). Memang unsure subjektivitas ini agak sulit dihindari, untuk
mengatasinya sebaiknya selalu meminta pandangan atau pendapat atau saran dan
koreksi dari teman-teman sejawat di lingkunga sekolah dan bisa juga meminta
pendapat dari siswa (Anitah, Sri dkk, 2009: 6.36-6.38).Menurut
Munadi (2008: 185-193), untuk memudahkan dalam memilih media, tentunya lebih
dahulu harus diingat bahwa media pembelajaran adalah bagian dari system
insruksional. Artinya, keberadaan media tersebut tidak terlepas dari konteksnya
sebagai komponen dari sistem instruksional secara keseluruhan. Berdasarkan
komponen-komponen dari sistem instruksional inilah kriteria pemilihan media
dibuat. Kriteria-kriteria yang menjadi fokus di sini antara lain, karakteristik
siswa, tujuan pembelajaran, bahan ajar, karakteristik medianya itu sendiri, dan
sifat pemanfaatan media.
1. Karakteristik Siswa
Karakteristik siswa
adalah keseluruhan pola kelakuan dan kemampuan yang ada pada siswa sebagai
hasil dari pembawaan dan pengalamannya sehingga menentukan pola aktivitas dalam
meraih cita-citanya.
Setidaknya ada tiga hal
yang berkaitan dengan karakteristik siswa, yaitu:
a.
Karakteristik atau
keadaan yang berkenaan dengan kemampuan awal atau prerequisite skills, yakni
kemampuan yang diperlukan untuk mencapai tujuan pembelajaran. Kemampuan ini
merupakan hasil dari berbagai pengalaman masing-masing siswa.
b. Karakteristik
yang berhubungan dengan latar belakang, lingkungan hidup, dan status sosial
(sociocultural).
c. Karakteristik
yang berkenaan dengan perbedaan-perbedaan kepribadian, meliputi:
1)
Fungsi kognitif
mencakup taraf integensia dan daya kreativitas, bakat khusus, organisasi
kognitif, taraf kemampuan berbahasa, daya fantasi, gaya belajar, teknik-teknik
belajar.
2)
Fungsi konotif-dinamik
mencakup karakter-hasrat-berkehendak, motivasi belajar, perhatian-konsentrasi.
3)
Fungsi afektif mencakup
temperamen, perasaan, sikap, dan minat.
4)
Fungsi sensor-motorik.
5)
Beberapa hal ini yang
menyangkut kepribadian siswa seperti individualitas biologis, kondisi mental,
vitalitas psikis, dan perkembangan kepribadian.
Bagi
guru, informasi mengenai karakteristik siswa senantiasa akan sangat berguna
dalam memilih dan menentukan pola-pola pengajaran yang lebih baik, yang dapat
menjamin kemudahan belajar bagi setiap siswa. Guru akan dapat merekonstuksi dan
mengorganisasikan materi pelajaran sedemikian rupa, memilih dan menentukan
metode dan media yang lebih tepat, sehingga akan terjadi proses interaksi dari
masing-masing komponen belajar-mengajar secara optimal. Hal ini jelas menantang
guru untuk selalu kreatif dalam rangka menciptakan kegaiatan yang bervariasi,
agar masing-masing individu siswa dapat berpartisipasi secara maksimal dalam
proses pembelajarannya.
2. Tujuan Belajar
Dalam pertimbangan
lainnya adalah merumuskan tujuan belajar. Secara umum tujuan belajar yang
diusahakan untuk dicapai meliputi tiga hal, yakni untuk mendapatkan pengetahuan,
penanaman konsep dan ketrampilan, serta pembentukan sikap. Ketiganya
dimaksudkan untuk mencapai hasil yang diharapkan. Relevan dangan hal ini, hasil
belajar tersebut meliputi:
a.
Hal ihwal keilmuan dan
pengetahuan, konsep atau fakta (kognitif).
b.
Hal ihwal personal,
kepribadian atau sikap (afektif).
c.
Hal ihwal kelakuan,
keterampilan atau penampilan (psikomotorik).
Ketiga
hasil belajar di atas dalam pengajaran merupakan tiga hal yang secara
programatik terpisah, namun dalam kenyataannya pada diri siswa akan merupakan
satu kesatuan yang utuh dan bulat. Dengan demikian dalam sebuah rencana
pembelajaran, hendaknya guru melakukan pilihan-pilihan media yang sesuai dengan
tujuan, yakni yang dapat membantu pencapaian hal ihwal berkenaan ranah
kognitif, afektif, atau psikomotorik.
Melengkapi
uraian di atas, di sini dikutip pendapat Allen yang mengemukakan tentang
hubungan antara media dengan tujuan pembelajaran, sebagaimana terlihat dalam
tabel di bawah ini:
Tabel
10.1
Hubungan
Antara Media dengan Tujuan Pembelajaran
Jenis
Media
|
1
|
2
|
3
|
4
|
5
|
6
|
Gambar Diam
|
Sedang
|
Tinggi
|
Sedang
|
Sedang
|
Rendah
|
Rendah
|
Gambar Hidup
|
Sedang
|
Tinggi
|
Tinggi
|
Tinggi
|
Sedang
|
Sedang
|
Televisi
|
Sedang
|
Sedang
|
Tinggi
|
Sedang
|
Rendah
|
Sedang
|
Obyek Tiga Dimensi
|
Rendah
|
Tinggi
|
Rendah
|
Rendah
|
Rendah
|
Rendah
|
Rekaman Audio
|
Sedang
|
Rendah
|
Rendah
|
Sedang
|
Rendah
|
Sedang
|
Programmed Instruction
|
Sedang
|
Sedang
|
Sedang
|
Tinggi
|
Rendah
|
Sedang
|
Demonstrasi
|
Rendah
|
Sedang
|
Rendah
|
Tinggi
|
Sedang
|
Sedang
|
Buku Teks Tercetak
|
Sedang
|
rendah
|
Sedang
|
Sedang
|
Rendah
|
Sedang
|
Keterangan:
1
= Belajar Informasi Faktual
2
= Belajar Pengenalan Visual
3
= Belajar Prinsip, Konsep dan Aturan
4
= Prosedur Belajar
5
= Penyampaian Keterampilan Presepsi Motorik
6
= Mengembangkan Sikap, Opini dan Motivasi
Kriteria
yang paling utama dalam pemilihan media bahwa media harus disesuaikan dengan
tujuan pembelajaran atau kompetensi yang ingin dicapai. Misalnya, bila tujuan
atau kompetensi peserta didik bersifat menghafalkan kata-kata tentunya media
audio yang tepat untuk digunakan. Jika tujuan atau kompetensi yang dicapai
bersifat memahami isi bacaan maka media cetak yang lebih tepat digunakan. Kalau
tujuan pembelajaran bersifat motorik (gerak dan aktivitas), maka media film dan
video bisa digunakan.
3. Sifat Bahan Ajar
Isi pelajaran tau
bahanajar memiliki keragaman dari sisi tugas yang ingin dilakukan siswa.
Tugas-tugas tersebut biasanya menuntut adanya aktivitas dari para siswanya.
Setiap kategori pembelajaran itu menuntut aktivitas atau perilaku yang
berbeda-beda dan dengan demikian akan mempengaruhi pemilihan media beserta
teknik pemanfaatannya.
Banyak jenis aktivitas
yang biasa dilakukan siswa di sekolah. Ini bahan ajar tidak cukup hanya
menuntut aktivitas siswa seperti mendengarkan dan mencatat, tetapi menurut B.
Diedrich dalam (Munadi,2008:190), aktivitas siswa dalam belajar di sekolah
terdapat 177 jenis. Jumlah yang banyak itu oleh Diedrich kemudian dikelompokkan
menjadi delapan sebagai berikut:
a.
Visual
activities, yang termasuk di dalamnya misalnya,
membaca, memperhatikan gambar, memperhatikan demonstrasi, percobaan dan
pekerjaan orang lain.
b.
Oral
activities, seperti menyatakan, bertanya, member
saran, mengeluarkan pendapat, mengadakan wawancara, diskusi, dan interupsi.
c.
Listening
activities, sebagai contoh mendengarkan; uraian,
percakapan, diskusi, musik, pidato/ceramah.
d.
Writing
activities, seperti mencatat poin-poin penting
yang didengarkan, menulis karangan, cerita menyusun angket, menyalin.
e.
Drawing
activities, misalnya menggambar, membuat grafik,
peta, diagram.
f.
Motor
activities, yang termasuk di dalamnya antara lain;
melakukan percobaan, membuat konstruksi, model mereparasi, bermain, berkebun
dan berternak.
g.
Mental
activities, sebagai contoh, menanggapi mengingat,
memecahkan soal, menganalisa, melihat hubungan, mengambil keputusan.
h.
Emotional
activities, seperti menaruh minat, merasa
bosan, gembira, bersemangat, bergairah, berani, tenang dan gugup.
Jadi dengan klasifikasi
aktivitas sebagai wujud dari implementasi bahan ajar seperti diuraikan di atas,
menunjukkan bahwa aktivitas di sekolah itu cukup kompleks dan bervariasi. Kalau
berbagai macam kegiatan didukung oleh media pembelajaran yang tepat, tentunya
lingkungan belajarpun akan lebih dinamis, tidak membosankan dan benar-benar
menjadi pusat aktivitas belajar yang maksimal dan bahkan akan memperlancar
peranannya sebagai pusat dan transformasi kebudayaan. Ini semua merupakan
tantangan yang menuntut jawaban dari para guru. Di sini, kreativitas guru
mutlak diperlukan untuk merencanakan dan menciptakan media dan lingkungan
belajar yang dapat mengaktifkan siswa dalam kegiatan-kegiatan yang bervariasi.
4. Pengadaan Media
Dilihat dari segi
pengadaannya, menurut Arief S. Sadiman dalam (Munadi, 2008: 191), media dapat
dibagi menjadi dua macam yaitu:
a.
Pertama, media jadi (by utilization), yakni media yang sudah
menjadi komoditi perdagangan. Walaupun hemat waktu, hemat tenaga, dan hemat
biaya bila dilihat dari kestabilan materi dan penggunaannya, namun kecil
kemungkinan sesuai tujuan pembelajaran. Hal ini disebabkan, tujuan pembuatan media
tersebut (oleh produser/perusahaan) tidak khusus untuk mencapai tujuan
pembelajaran yang spesifik seperti yang biasa terjadi di kelas, tetapi tujuan
tersebut dibuat lebih umum untuk kelompok sasaran yang umum juga. Ada beberapa
cara untuk memanfaatkan media jadi ini agar tetap dapat membantu mengefisiensi
dan mengefektifkan proses pembelajaran, yakni terlebih dahulu guru mempelajari
media bersangkutan untuk mengetahui bagian-bagian mana yang sesuai dengna
tujuan dan materi. Langkah berikutnya adalah
mengintegrasikan bahan media jadi tersebut dengan rencana pembelajaran,
meliputi tujuan, materi, metode, waktu, dan hirarki belajar.
b.
Kedua, media rancangan
(by design), yaitu media yang
dirancang secara khusus untuk mencapai suatu tujuan pembelajaran tertentu. Oleh
karena itu, media ini besar kemungkinana sesuai tujuan pembelajaran.
Aspek teknis lainnya
yang butuh perhatian dan menjadi pertimbangan pemilihan media adalah kemampuan
biaya, ketersediaan waktu, tenaga, fasilitas, dan peralatan pendukkung. Karena
aspek-aspek tersebut seringkali menjadi penghambat dalam pengembangan dan
pemanfaatan media pembelajaran secara maksimal.
5. Sifat Pemanfaatan Media
Pada bab terdahulu
disebutkan bahwa istilah pembelajaran (instructional) mempunyai pengertian yang
lebih luas dibanding “pengajaran”. Jika kata “pengajaran” ada dalam konteks
tatap muka antara guru dengan siswanya di kelas (ruang) formal, maka
pembelajaran di samping mengandung makna pengajaran seperti itu juga mencakup
pula kegiatan belajar mengajar yang tidak dihadiri guru secara fisik.
Dengan demikian, dalam
pemilihan media untuk proses belajar mengajar perlu juga mempertimbangkan sifat
pemanfaatannya. Dilihat dari sifat pemanfaatannya, media pembelajaran terdapat
dua macam, yaitu media primer dan media sekunder:
a.
Media primer, yakni
media yang diperlukan atau harus digunakan guru untuk membantu siswa dalam
proses pembelajarannya. Media semacam ini biasanya dimanfaatkan guru dalam
proses pengajaran di kelas, yakni sebagai alat bantu proses belajar mengajar.
Karena sifatnya “diperlukan”, maka guru harus betul-betul memiliki kemampuan
untuk mengintegrasikan media tersebut dalam perencanaan pembelajaran di kelas,
yakni meliputi karakteristik siswa, tujuan, materi, sequence, waktu yang
tersedia, dan lain-lain.
b.
Media sekunder, media
ini bertujuan untuk memberikan pengayaan materi. Media sekunder ini bisa
disebut juga sebagai media pembelajaran dalam arti luas, yakni dapat dijadikan
sumber belajar di mana para siswa dapat belajar secara mandiri atau
berkelompok. Media opsional ini dapat dibuat guru sendiri atau bersama-sama
dengan para siswanya. Bila media tersebut dibuat oleh para siswa, maka guru
sebagai pengarah dari keseluruhan rancangannya. Kedua macam media tersebut
di atas, tentunya tidak cukup hanya memiliki kesesuaian dengan tujuan, materi,
dan karakteristik siswa saja, tetapi juga memerlukan sejumlah keahlian dan
pengalaman professional guru. Guru pun hendaknya mengetahui potensi media, maka
dengan demikian ia juga harus terlebih dahulu mengetahui karakteristik
masing-masing jenis media seperti telah dibahas pada bab terdahulu. Jika tidak,
media tersebut akan kehilangan perannya dalam proses pembelajaran.
B. Pemanfaatan Media Pembelajaran
1. Landasan Pemanfaatan Media Pembelajaran
Landasan pemanfaatan
media pembelajaran terdiri dari empat perspektif utama, yaitu landasan
psikologis, teknologis, empirik, dan filosofis. Masing-masing diuraikan sebagai
berikut:
a. Landasan Psikologis
Belajar
merupakan proses yang kompleks dan unik karena melibatkan aspek kepribadian
peserta didik, baik secara fisik maupun mental. Keterlibatan seluruh aspek
kepribadian tersebut akan nampak dari
perilaku belajar peserta didik. Perilaku belajar sifatnya unik, artinya
perilaku yang terjadi pada peserta didik
yang satu belum tentu berlaku bagi peserta didik yang lainnya. Perilaku tersebut dipengaruhi oleh gaya
belajar (visual vs auditif) gaya kognitif, bakat, minat, tingkat kecerdasan,
kematangan intelektual, dan lain sebagainya yang dapat dicirikan melalui
karakteristik peserta didik secara individu. Kajian psikologi menyatakan bahwa
peserta didik akan lebih mudah mempelajari hal yang konkrit ketimbang yang
abstrak.
b. Landasan Teknologis
Penerapan
teknologis dalam pembelajaran akan memudahkan peserta didik untuk belajar sesuai
dengan karakteristiknya. Teknologi bekerja mulai dari pengembangan dan
pengujian teori-teori tentang berbagai media pembelajaran melalui penelitian
ilmia, dilanjutkan dengan pengembangan desainnya, produksi, evaluai, dan
pemilihan media yang telah diproduksi, pembuatan katalog untuk memudahkan layanan penggunaannya, mengembangkan prosedur
penggunaannya dan akhirnya menggunakannya, baik pada tingkat kelas maupun pada
tingkat yang lebih luas lagi (diseminasi).
Jadi, dalam
kaitannya dengan teknologi, media pembelajaran merupakan proses kompleks dan terpadu yang melibatkan orang, prosedur,
ide, peralatan, dan organisasi untuk menganalisis masalah, mencari alternatif
pemecahannya, mengevaluasi, serta memutuskan alternatif pengelolaan pemecahan
masalah dalam situasi dimana kegiatan belajar berlangsung.
c. Landasan Empirik
Berbagai temuan
penelitian menunjukkan bahwa ada interaksi antara penggunaan media pembelajaran
dengan karakteristik belajar peserta didik dalam menentukan hasil belajar
peserta didik. Artinya, peserta didik
akan mudah dalam belajar jika ia belajar dengan menggunakan media yang sesuai
dengan karakteristiknya. Peserta didik yang memiliki gaya belajar visual akan
lebih mendapatkan keuntungan dari menggunakan media visual, seperti film,
video, gambar, atau diagram. Sedangkan peserta didik yang memiliki gaya belajar
auditif lebih mendapatkan keuntungan dari penggunaan media pembelajaran auditif
seperti rekaman suara, radio, atau ceramah dari guru/pengajar. Akan lebih tepat
dan menguntungkan peserta didik dari kedua tipe belajar tersebut jika
menggunakan media audio visual. Berdasarkan landasan rasional empiris tersebut,
maka pemilihan media pembelajaran hendaknya jangan hanya dilandasi faktor
kesukaan guru, tetapi juga perlu mempertimbangkan kesesuaian antara
karakteristik peserta didik, karakteristik materi pelajaran, dan karakteristik
media pembelajaran itu sendiri. Atas dasar ini, maka prinsip penyesuaian jenis
media yang akan digunakan dalam kegiatan pembelajaran dengan karakteristik
individual peserta didik menjadi semakin optimal.
d. Landasan Filosofis
Terdapat
perdebatan dua pandangan, yang pertama berpendapat bahwa penggunaan media
pembelajaran dapat menyebabkan dehumanisasi, sedangakan pandangan kedua
berpendapat bahwa penggunaan media
pembelajaran justru akan memudahkan peserta didik dalam belajar. Namun
demikian, hendaknya dua pandangan tersebut tidak berlarut diperdebatkan, yang
penting diperhatikan justru bagaimana pandangan guru terhadap peserta didik
dalam proses pembelajaran. Jika guru menganggap peserta didik sebagai manusia
yang mempunyai kepribadian, harga diri, motivasi, dan memiliki kemampuan
pribadi yang berbeda dengan yang lain, maka baik menggunakan media hasil
teknologi baru atau tidak, proses pembelajaran yang dilakukan akan tetap
menggunakan pendekatan humanis.
Dengan
memperhatikan kompleks dan uniknya proses belajar, maka ketepatan pemilihan
media dan metode pembelajaran akan sangat berpengaruh terhadap hasil belajar
peserta didik. Di samping itu, persepsi peserta didik juga sangat mempengaruhi
hasil belajar. Oleh sebab itu, dalam pemilihan media, di samping memperhatikan
kompleksitas dan keunikan proses belajar, memahami makna persepsi serta
factor-faktor yang berpengaruh terhadap penjelasan persepsi hendaknya
diupayakan secara optimal agar proses pembelajaran dapat berlangsung secara
efektif (Karwati dan Donni Juni Priansa, 2014: 226-229).
2. Manfaat Media Pembelajara di Sekolah
Arief
S. Sadiman dalam (Munadi, 2008: 208), membagi
pemanfaatan media pembelajaran pada dua pola, yakni pemanfaatan media
dalam situasi belajar-mengajar di dalam kelas atau ruang (seperti auditorium)
dan pemanfaatan media di luar kelas. Dalam konteks pemanfaatannya di dalam kelas,
kehadirannya dimaksudkan untuk menunjang tercapainya tujuan tertentu. Oleh
karena itu, guru hendaknya memiliki kemampuan untuk mengintegrasikan media ke
dalam rencana pembelajaran meliputi tujuan, materi, strategi, dan juga waktu
yang tersedia. Ada beberapa langkah yang perlu diperhatikan dalam pemanfaatan
media pembelajaran di kelas ini, yaitu;
a.
Persiapan guru
b.
Persiapan kelas
c.
Penyajian
d.
Langkah lanjutan dan aplikasi
Pola kedua adalah pemanfaatan media
pembelajaran di luar kelas. Pola kedua ini memperkuat posisi media
sebagai sumber belajar. Pola pemanfaatan media di luar kelas menurut Arief S.
Sadiman dalam (Munadi, 2008: 211) dapat dibedakan dalam tiga kelompok yakni
kelompok yang terkontrol, tiak terkontrol (bebas) dan jumlah sasarannya.
a. Pemanfaatan media pembelajaran secara terkontrol, yakni
media itu digunakan dalam suatu rangkaian
kegiatan yang diatur secara sistematik untuk mencapai tujuan tertentu.
kegiatan yang diatur secara sistematik untuk mencapai tujuan tertentu.
b. Pemanfaatan media secara bebas (tidak terkontrol), yakni
pemanfaatan tanpa ada control atau
pengawasan.
pengawasan.
c. Pemanfaatan media dilihat dari jumlah penggunaannya, yakni
secara perorangam, kelompok dan
massal.
massal.
3. Pemanfaatan Perpustakaan Sebagai Sumber Belajar
Dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia, pustaka artinya kitab, buku. Dalam
bahasa Inggris, perpustakaan disebut library. Istilah ini berasal dari
kata Latin, liber atau libri artinya buku. Dari kata Latin tersebut,
terbentuklah istilah libraries yang artinya tentang buku. Dengan
demikian, tidaklah aneh bila dalam semua bahasa, istilah-istilah untuk
perpustakaan selalu dikaitkan dengan buku atau kitab.
Al-Jahiz
dalam (Munadi, 2008: 210) memberikan ilutrasi yang menarik, sebagai
berikut:“buku akan diam, selama Anda membutuhkan kesunyian dan keheningan, akan
fasih berbicara kapanpun Anda menginginkan wacana. Ia tidak pernah menyela Anda
jika Andasedang berbicara, tetapi jika Anda merasa kesepian maka ia akan
menjadi sekutu yang baik. Ia adalah teman yang tidak pernah mencurangi atau
memuji Anda dan ia adalah teman yang tidak pernah membosankan Anda.”
Dengan
melakukan pengembangan dan produksi berbagai macam media pembelajaran, maka
diperpustakaan-perpustakaan modern ini tidak hanya menyediakan koleksi buku
saja, melainkan juga mencakup film, slide, rekaman phonographs, kaset,
piringan hitam, microfiche, micro-opaque,dll. Perpustakaan yang demikian
itu adalah perpustakaan yang kaya akan sumber belajar.
4. Pusat Sumber Belajar (PSB)
Sumber
belajar pada hakikatnya merupakan komponen sistem instruksional yang meliputi
pesan, orang, bahan, alat, teknik dan lingkungan, yang mana hal itu dapat
mempengaruhi hasil belajar siswa. Dengan demikian sumber belajar dapat dipahami
sebagai segala macam sumber yang ada d luar diri seseorang (peserta didik) dan
memungkinkan (memudahkan) terjadinya proses belajar. Untuk menjamin bahwa
sumber belajar tersebut adalah sumber belajar yang cocok, sumber tersebut harus
memenuhi ketiga pesyaratan sebgai berikut:
a.
Harus tersedia dengan cepat
b.
Harus memungkinkan siswa untuk memacu dirinya sendiri
c.
Harus bersifat individual
Berdasarkan
pada persyaratan tersebut, maka sebuah sumber belajar harus berorientasi pada
siswa secara individual yang berbeda dengan sumber belajar yang dibuat
berdasarkan pada pendekatan yang berorientasi pada guru/ lembaga pendidikan. Secara
historis menurut Mudhoffir dalam (Munadi, 2008:214), pertumbuhan pusat sumber
belajar merupakan suatu kemajuan bertahap dimulai dari perpustakaan yang hanya
terdiri dari media cetak.
Dengan semakin meluasnya kemajuan dalam bidang teknologi dan
informasi, dinamika proses belajar mengajar dan sumber belajar yang bervariasi
semakin diperlukan dalam pelaksanaan kegiatan belajar-mengajar dengan penekanan
pada bahan pengajaran yang baru melalui produksi audiovisual digabung dengan
perpustakaan yang melayani media cetak, maka timbul pusat multimedia.
Pusat sumber belajar oleh Fred Percial & Henry Ellington
dalam Munadi (2008:214) disebut juga sebagai Laboratorium Alat Bantu Belajar
yang berfungsi melayani berbagai kebutuhan individual suatu fakultas, sekolah
atau akademi. Dengan demikian, tujuan umum Pusat Sumber Belajar adalah:
“Meningkatkan efektifitas dan efisiensi kegiatan PBM melalui pengembangan
system instruksional”. Segala sumber dan bahan, segala macam peralatan
audiovisual, segala jenis personel yang ada dalam pusat sumber belajar
dimaksudkan untuk membantu meningkatkan efektivitas dan efisiensi interaksi
siswa dan pengajar dalam proses pembelajaran.
Adapun
tujuan khususnya adalah:
a. Menyediakan pilihan komunikasi pembelajaran.
b. Mendorong penggunaan
cara-cara belajar tertentu.memberikan pelayanan dalam perencanaan, produksi,
operasional, dan tindakan lanjutan.
c.
Penelitian tentang pemanfaatan media pembelajaran.
d. Menyebarkan informasi tentang berbagai sumber belajar.
e. Memberikan konsultasi
untuk modifikasi dan desain produksi sumber belajar.
f.
Layanan pemeliharaan atas berbagai peralatan.
g. Menyediakan pelayanan evaluasi.
C. Evaluasi Media Pembelajaran
Evaluasi
merupakan bagian integral dari suatu proses pembelajaran. Idealnya, efektivitas
pelaksanaan proses pembelajaran diukur dari dua aspek, yaitu bukti-bukti
empiris mengenai hasil belajar siswa yang dihasilkan oleh sistem pembelajaran
dan bukti-bukti yang menunjukkan berapa banyak kontribusi (sumbangan) media terhadap
keberhasilan dan keefektifan proses pembelajaran itu. Evaluasi tentang kedua
aspek tersebut masih terasa sulit untuk dikerjakan karena sering kali media
tidak bekerja sebagai bagian integral keseluruhan proses pembelajaran.
Kekuatan
dan kelemahan dari media pembelajaran yang telah dibuat biasanya dapat
diketahui dengan jelas setelah program tersebut dilaksanakan di kelas dan
dievaluasi dengan seksama. Hasil yang diperoleh dari evaluasi akan memeberi
petunjuk kepada guru tentang bagian-bagian mana dari media
pembelajaran tersebut sudah baik dan bagian mana pula yang belum baik sehingga
belum dapat mencapai tujuan dari pengembangan media pembelajaran yang
diharapkan yang dalam hal ini terkait dengan pencapaian tujuan pembelajaran
yang telah disusun.
Atas
dasar hasil evaluasi tersebut dapat dilakukan perbaikan-perbaikan yang
diperlukan, baik pada waktu media tersebut sedang digunakan maupun setelah
media tersebut digunakan. Perbaikan yang dilakukan setelah media ini selesai
digunakan akan berguna untuk keperluan penyempurnaan media pada kegiatan
pembelajaran selanjutnya.
1. Proses Evaluasi Media
Apabila media
dirancang sebagai bagian integral dari proses pembelajaran, maka pada saat
mengadakan evaluasi terhadap pembelajaran, hal ini sudah termasuk pula evaluasi
terhadap media yang digunakan. Data empiris yang berkaitan dengan media
pembelajaran, secara umum bersumber dari jawaban terhadap pertanyaan-pertanyaan
berikut ini:
a.
Apakah media
pembelajaran yang digunakan efektif?
b.
Dapatkah media
pembelajaran itu diperbaiki dan ditingkatkan?
c.
Apakah media
pembelajaran itu efektif dari segi biaya dan hasil belajar yang dicapai oleh
siswa?
d.
Kriteria apa yang
digunakan untuk memilih media pembelajaran itu?
e.
Apakah isi pembelajaran
sudah tepat disajikan dengan media itu?
f.
Apakah prinsip-prinsip
utama penggunaan media yang dipilih telah diterapkan?
g.
Apakah media
pembelajaran yang dipilih dan digunakan benar-benar mendapatkan hasil belajar
yang direncanakan?
h.
Bagaimana sikap siswa
terhadap media pembelajaran yang digunakan?
2. Tujuan Evaluasi Media
Tujuan evaluasi
media pembelajaran berkaitan dengan pertanyaan-pertanyaan di atas, yaitu
sebagai berikut:
a.
Menentukan efektivitas
media pembelajaran yang digunakan.
b.
Menentukan perbaikan
atau peningkatan media pembelajaran yang digunakan.
c.
Menentukan cost-effective media yang digunakan,
dilihat dari hasil belajar siswa.
d.
Memilih media
pembelajaran yang sesuai untuk dipergunakan dalam proses belajar di dalam
kelas.
e.
Menetukan ketepatan isi
pelajaran yang disajikan dengan media tersebut.
f.
Menilai kemampuan guru
dalam menggunakan media pembelajaran.
g.
Mengetahui bahwa media
pembelajaran tersebut benar-benar memberi sumbangan terhadap hasil belajar yang
telah dinyatakan.
h.
Mengetahui sikap siswa
terhadap media pembelajaran.
Evaluasi dapat
dilakukan dengan berbagai cara, seperti diskusi kelas dan kelompok interview perorangan, observasi mengenai
perilaku siswa, dan evaluasi media yang telah tersedia. Kegagalan mencapai
tujuan belajar yang telah ditetapkan, tentu saja merupakan indikasi adanya
ketidakberesan dalam proses pembelajaran, khususnya penggunaan media
pembelajaran. Dengan melakukan diskusi bersama siswa, maka kita dapat
memperoleh informasi bahwa siswa lebih menyenangi belajar mandiri daripada
belajar dengan pilihan media kita, atau siswa tidak menyukai penyajian materi pelajaran yang disajikan dengan menggunakan media transparansi, dan
mereka merasa bahwa mereka akan dapat
belajar lebih banyak lagi jika pelajaran tersebut disajikan melalui video atau film. Dengan demikian, maka dapat
dikatakan bahwa evaluasi bukanlah akhir
dari siklus pembelajaran, tetapi justru merupakan awal dari suatu siklus pembelajaran berikutnya.
3. Kriteria Evaluasi Media Pembelajaran
Walker dan Hess
dalam (Kustandi dan Bambang, 2011:143) memberikan kriteria
dalam me-review media
pembelajaran yang berdasarkan kepada kualitas.
a.
Kualitas isi dan tujuan
1)
Ketepatan
2)
Kepentingan
3)
Kelengkapan
4)
Keseimbangan
5)
Minat atau perhatian
6)
Keadilan
7)
Kesesuaian dengan situasi siswa
b.
Kualitas pembelajaran
1)
Memberikan kesempatan
belajar
2)
Memberikan bantuan
untuk belajar
3)
Kualitas memotivasi
4)
Fleksibilitas
pembelajarannya
5)
Hubungan dengan program
pembelajaran lainnya
6)
Kualitas tes dan
penilaiannya
7)
Dapat member dampak
bagi siswa
8)
Dapat memberi dampak
bagi guru dan pembelajarannya.
c.
Kualitas teknis
1)
Keterbacaan
2)
Mudah digunakan
3)
Kualitas tampilan atau
tayangan
4)
Kualitas penanganan
jawaban
5)
Kualitas pengelolaan
programnya
6)
Kualitas
pendokumentasiannya (Kustandi dan Bambang, 2011:141-143).
4. Jenis Evaluasi Media Pembelajaran
Media pendidikan yang dapat digunakan
dalam pembelajaran sangat beragam bentuknya sesuai dengan kebutuhan dan
kemampuan sekolah untuk memenuhinya atau jika guru yang membuatnya maka akan
sangat tergantung pula pada kemampuan dan keahlian guru dalam
pembuatannya. Keragaman tersebut akan
berimplikasi pada berbagai jenis evaluasi untuk menentukan efisiensi dan
efektivitas media pembelajaran dalam mendukung terselenggaranya pembelajaran
yang bermutu.
Apabila dikaitkan dengan tujuan
evaluasi, maka ada berbagai jenis evaluasi
terhadap media pembelajaran. Berdasarkan objek yang dievaluasi maka evaluasi media pembelajaran akan terkait
pada evaluasi fungsi media, evaluasi penggunaan media oleh guru, dan evaluasi
pengelolaan / administrasi media.
Berdasarkan prosesnya, evaluasi media
ini terdiri dari evaluasi formatif dan evaluasi sumatif. Evaluasi formatif
adalah proses yang dimaksudkan untuk mengumpulkan data tentang efektivitas dan
efisiensi bahan-bahan pembelajaran
(termasuk kedalamnya media) untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
Data-data tersebut dimaksudkan untuk memperbaiki dan menyempurnakan media yang
bersangkutan agar lebih efektif dan efisien.
Dalam bentuk finalnya, setelah media
tersebut diperbaiki dan disempurnakan,kita akan mengumpulkan data untuk
menentukan apakah media yang dibuat itu
patut digunakan dalam situasi-situasi tertentu atau apakah media tersebut
benar-benar efektif seperti yang telah dilaporkan. Jenis evaluasi ini disebut
evaluasi sumatif.
Evaluasi dalam pembahasan ini difokuskan
pada evaluasi formatif. Evaluasi formatif terdiri dari tiga tahapan yaitu:
evaluasi satu lawan satu (one to one), evaluasi kelompok kecil (small
group evaluation), dan evaluasi lapangan (field evaluation).
a)
Evaluasi Satu lawan Satu (one to one)
Pada
tahap ini pilihlah dua orang sasaran/siswa yang dapat mewakili populasi target
dari media yang telah dibuat. Kedua orang tersebut hendaknya satu orang diambil
dari populasi yang kemampuannya di atas rata-rata, sedangkan yang satu orang lagi
kemampuannya di bawah rata-rata. Sajikan media tersebut kepada mereka secara
individual. Kalau media itu didesain untuk belajar mandiri, maka biarkanlah dia
mempelajarinya, sementara itu kita mengamatinya.
Dari
kegiatan ini sebenatrnya ada beberapa informasi yang dapat diperoleh
diantaranya: kesalahan pemilihan kata atau uraian-uraian tak jelas, kesalahan
dalam memilih lambang-lambang visual, kurangnya contoh, terlalu banyak atau
sedikitnya materi, urutan/sequence yang keliru, pertanyaan atau petunjuk yang
kurang jelas, materi tidak sesuai dengan tujuan.
b)
Evaluasi Kelompok Kecil (small group evaluation)
Pada
tahap ini media diujicobakan kepada sasaran/siswa kurang lebih 10-20 siswa yang
dapat mewakili populasi target. Siswa/sasaran yang dipilih untuk uji coba ini
hendaknya mencerminkan karakteristik populasi. Usahakan sampel tersebut terdiri
dari siswa/sasaran berbagai tingkat kemampuan (pandai, sedang, kurang pandai),
jenis kelamin berbeda-beda (laki-laki, dan perempuan), berbagai usia, latar
belakang.
c)
Evaluasi Lapangan (field evaluation)
Evaluasi
lapangan (field evaluation) adalah tahap akhir dari evaluasi formatif yang
perlu dilakukan. Evaluasi lapangan dilakukan kepada sekitar 30 orang dengan
berbagai karakteristik seperti tingkat kepandaiannya, kelas, latar belakang,
jenis kelamin, usia, sesuai karakteristik populasi.
Di samping melakukan kegiatan seperti di atas, dalam mengevaluasi
media dapat juga dilakukan dengan cara berkonsultasi/mencobakannya kepada ahli
bidang studi (content expert) dan ahli
media/pengkaji media (media expert).
Ahli bidang studi diharapkan akan banyak memberikan masukan kepada pembuat
media dari sisi software terutama
mengenai isi/materi program. Konsultasi kepada ahli media diharapkan akan
banyak memberikan masukan tentang software, misalnya dalam media auido kaset
berkaitan dengan narasi, musik, dan efek suara
Terkait dengan berbagai jenis evaluasi
media berdasarkan objeknya, akan menyajikan
evaluasi media yang terkait dengan fungsi media misalnya evaluasi
terhadap media grafis, media yang diproyeksikan dan lain sebagainya. Format untuk mengevaluasinya pun disajikan
secara sederhana dalam bentuk daftar chek (checklist).
Guru tinggal menandai dari kriteria-kriteria
media yang dinilai. Daftar cek dalam penilaian media ini dapat diubah,
dikembangkan, dan dimodifikasi oleh guru sesuai dengan kebutuhan di sekolah
masing-masing. Format evaluasi media yang disajikan meliputi evaluasi terhadap bahan bacaan,
media gambar diam, media grafis, media yang diproyeksikan, media audio, media
videodan film, dan media komputer (Susilana dan Cepi, 2007: 209-210).