Dalam proses
belajar mengajar, selain metode mengajar dan media pembelajaran yang harus kita
perhatikan yaitu mengenai landasan penggunaan dan pengelompokkan media
pembelajaran. Dalam makalah ini akan membahas mengenai landasan penggunaan dan
pengelompokkan media pembelajaran.
Landasan
penggunaan media pembelajaran sangat berpengaruh dalam pengelompokkan media
pembelajaran. Dalam proses belajar mengajar media pembelajaran berperan penting
untuk terciptanya suatu pembelajaran yang efektif dan memberikan dampak kepada
siswa untuk lebih giat lagi dalam belajar. Selain media pembelajaran, guru juga
berperan penting dalam penggunaan media pembelajaran sesuai dengan
pengelompokkan media pembelajaran yang sudah ada sebelumnya.
Ketetapan memilih media merupakan
faktor utama dalam mengoptimalkan hasil pembelajaran. Untuk memilih media yang
tepat seorang guru perlu mempertimbangkan berbagai landasan agar media yang di
pilih benar-benar sesuai dengan tingkat pemahaman, kemampuan berfikir,
psikologis, dan kondisi sosisal siswa. Sebab penggunaan media yang tidak sesuai
dengan kondisi anak akan menyebabkan tidak bisa berfungsinya media secara
optimal. Salah satu metode mengajar tentu yang akan mempengaruhi jenis media
pembelajaran yang sesuai, meskipun masih ada berbagai aspek lain yang harus
diperhatikan dalam memilih media, anatara lain tujuan pembelajaran, jenis tugas
dan respon yang diharapakan siswa kuasai setelah pembelajaran berlangsung, dan
konteks pembelajaran termasuk karakteristik siswa.
1.
Apa
saja landasan-landasan dalam media pembelajaran?
2.
Apa
saja jenis-jenis pengelompokkan media pembelajaran?
1.
Untuk
mengetahui landasan-landasan dalam media pembelajaran.
2.
Untuk
mengetahui jenis-jenis pengelompokkan media pembelajaran.
Media
merupakan salah satu komponen yang sangat penting dalam pembelajaran dan dapat
dipandang sebagai salah satu alternatif strategi yang efektif dalam membantu
pencapaian tujuan pembelajaran. Mengapa demikian? Untuk mendapatkan jawabannya,
terlebih dahulu perlu diuraikan secara rinci beberapa landasan penggunaan media
sebagaimana dijelaskan berikut ini:
Menurut Azhar Arsyad (2014:10), landasan teoritis penggunaan media
pembelajaran, sebagai berikut:
Pemerolehan pengetahuan dan keterampilan, perubahan-perubahan
sikap dan perilaku dapat terjadi karena interaksi antara pengalaman baru dengan
pengalaman yang pernah dialami sebelumnya. Menurut Bruner dalam Azhar Arsyad
(2014:10), ada tiga tingkatan utama modus belajar, yaitu pengalaman langsung (enactive), pengalaman pictorial/gambar (iconic), dan pengalaman abstrak (symbolic). Pengalaman langsung adalah
mengerjakan, misalnya arti kata ‘simpul’ dipelajari dari gambar, lukisan, foto,
atau film. Meskipun siswa belum pernah mengikat tali untuk membuat ‘simpul’
mereka dapat mempelajari dan memahaminya dari gambar, lukisan, foto, atau film.
Selanjutnya, pada tingkatan simbol, siswa membaca (atau mendengar) kata
‘simpul’ dan mencoba mencocokkannya dengan pengalamannya membuat ‘simpul’.
Ketiga tingkat pengalaman ini saling berinteraksi dalam upaya memperoleh
‘pengalaman’ (pengetahuan, keterampilan, atau sikap) yang baru.
Tingkatan pengalaman pemerolehan hasil belajar seperti itu
digambarkan oleh Dale dalam Azhar Arsyad (2014:11) sebagai suatu proses komunikasi.
Materi yang ingin disampaikan dan diinginkan siswa dapat menguasainya disebut
sebagai pesan. Guru sebagai sumber pesan menuangkan pesan ke dalam
symbol-simbol tertentu (encoding) dan
siswa sebagai penerima menafsirkan symbol-simbol tersebut sehingga dipahami
sebagai pesan (decoding). Cara
pengolahan pesan oleh guru dan murid dapat digambarrkan pada gambar 2.1.
Uraian di bawah memberikan petunjuk bahwa agar proses belajar
mengajar dapat berhasil dengan baik, siswa sebaiknya diajak untuk memanfaatkan
semua alat inderanya. Guru berupaya untuk menampilkan rangsangan (stimulus)
yang dapat diproses dengan berbagai indera. Semakin banyak alat indera yang
digunakan untuk menerima dan mengolah informasi semakin besar kemungkinan
informasi tersebut dimengerti dan dapat dipertahankan dalam ingatan. Dengan
demikian, siswa diharapkan akan dapat menerima dan menyerap dengan mudah dan
baik pesan-pesan dalam materi yang disajikan.
Pesan diproduksi dengan: Pesan dicerna dan
diinterpretasi
dengan:
|
alat musik, dsb.
foto, lukisan, gambar, model,
patung, grafik, kartun, gerakan
nonverbal
|
Gambar 2.1 Pesan dalam komunikasi
Levie & Levie dalam Azhar Arsyad (2014:12) yang membaca kembali
hasil-hasil penelitian tentang belajar melalui stimulus gambar dan stimulus
kata atau visual dan verbal menyimpulkan bahwa stimulus visual membuahkan hasil
belajar yang lebih baik untuk tugas-tugas seperti mengingat, mengenali,
mengingat kembali, dan menghubung-hubungkan fakta dan konsep. Di lain pihak, stimulus verbal memberi hasil belajar yang lebih
apabila pembelajar itu melibatkan ingatan yang berurut-urutan (sekuensial).
Belajar dengan
menggunakan indera ganda-pandang dan dengar berdasarkan konsep di atas akan
memberikan keuntungan bagi siswa. Siswa akan belajar lebih banyak daripada jika
materi pelajaran disajikan hanya dengan stimulus pandang atau hanya dengan
stimulus dengar. Para ahli pandangan yang searah mengenai hal itu. Perbandingan
pemerolehan hasil yang searah mengenai hal itu. Perbandingan pemerolehan hasil
belajar melalui inderea pandang dan indera dengar sangat menonjol perbedaannya.
Menurut Baugh dalam Achsin (1986), kurang lebih 90% hasil belajar seseorang
diperoleh melalui indera pandang, dan hanya sekitar 5% diperoleh melalui indera
dengar dan 5% lagi dengan indera lainnya. Sementara itu, Dale dalam dalam Azhar
Arsyad (2014:13) memperkirakan bahwa pemerolehan hasil belajar melalui indera
pandang berkisar 75%, melalui indera dengan sekitar 13%, dan melalui indera
lainnya sekitar 12%.
Salah satu
gambaran yang paling banyak dijadikan acuan sebagai landasan teori penggunaan
media dalam proses belajar adalah Dale’s
Cone of Experience (Kerucut Pengalaman Dale) (Dale dalam dalam Azhar
Arsyad, 2014:13). Kerucut ini merupakan elaborasi yang rinci dari konsep tiga
tingkatan pengalaman yang dikemukakan oleh Bruner sebagaimana diuraika n
sebelumnya. Hasil belajar seseorang diperoleh mulai dari pengalaman langsung
(konkret), kenyataan yang ada di lingkungan kehidupan seseorang kemudian melalui benda tiruan, sampai kepada lambing verbal (abstrak).
Semakin ke atas di puncak kerucut semakain abstrak media penyampai pesan itu.
Perlu dicatat bahwa urut-urutan ini tidak berearti proses belajar dan interaksi
mengajar belajar harus selalu dimulai dari pengalaman langsung, tetapi dimulai
dengan jenis pengalaman yang paling sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan
kelompok siswa yang dihadapi dengan mempertimbangkan situasi belajarnya.
Dasar
pengembnangan kerucut di bawah bukanlah tingkat kesulitan, melainkan tingkat
keabstrakan, jumlah jenis indera yang turut serta selama penerimaan isi
pengajaran atau pesan. Pengalaman langsung akan memberikan kesan paling utuh
dan paling bermakna mengenai ingormasi dan gagasan yang terkandung dalam
pengalaman itu, oleh karena ia melibatkan indera penglihatan, pendengaran,
perasaa, penciuman, dan peraba. Ini dikenal dengan learning by doing misalnuya keikutsertaan dalam menyiapkan makanan,
membuat perabot rumah tangga, mengumpulkan perangko, melakukan percobaan di
laboraturium dan lain-lain. Yang kesemuanya itu memberi dampak langsung
terhadap pemerolehjan dan pertumbuhan pengetahuan, keterampilan, dan sikap.
Gambar
2.2 Kerucut Pengalaman Edgar Dale
Tingkat
keabstrakan pesan akan semakin tinggi ketika pesan itu dituankan ke dalam
lambing-lambang seperti bagan, grafik, atau kata. Jika pesan terkandung dalam
lambing-lambang seperti itu, indera yang dilibatkan untuk menafsirkannnya
semakin terbatas, yakni indera penglihatan atau indera pendenngaran. Meskipun
tingkat partisipasi fisik berkurang, keterlibatan imajinatif semakin bertambah
dan berkembang. Sesungguhnya, pengalaman konkret dan pengalaman abstrak dialami
silih bergantyi, hasil belakjar dari pengalaman langsung mengubah dan
memperluas jangkauan abstraksi seseorang, dan sebaliknya, kemampuan
interpretasi lambang kata membantu seseorang untuk memahami pengalaman yang di
dalamnya ia terlibat langsung.
Menurut Drs. Daryanto, landasan penggunaan
media pembelajaran ada dua, yaitu landasan filosofis dan psikologis, sebagai
berikut :
a.
Landasaan filosofis
Ada suatu pandangan, bahwa dengan
digunakannya berbagai jenis media hasil teknologi baru didalam kelas, akan
berakibat proses pembelajaran yang kurang manusiawi. Dengan kata lain,
penerapan teknologi dalam pembelajaran
akan terjadi dehumanisasi. Benarkah pendapat tersebut? Bukanlah dengan adanya berbagai media
pembelajaran justru siswa dapat mempunyai banyak pilihan untuk digunakan media
yang lebih sesuai dengan karakteristik pribadinya? Dengan kata lain, siswa dihargai
harkat kemanusiaannya diberi kebebasan untuk menentukan pilihan, baik cara
maupun alat belajar sesuai dengan kemampuannya. Dengan demikian, penerapan
teknologi tidak berarti dehumanisasi.
Sebenarnya perbedaan pendapat tersebut tidak
perlu muncul, yang penting bagaimana pandangan guru terhadap siswa dalam proses
pembelajaran. Jika guru menganggap siswa sebagai anak manusia yang memiliki
kepribadian, harga diri, motivasi, dan memiliki kemampuan pribadi yang berbeda
dengan yang lain, maka baik menggunakan media hasil teknologi baru atau tidak, proses
pembelajaran yang dilakukan akan tetap menggunakan pendekatan humanis.
b.
Landasan psikologis
Dengan
memperhatikan kompleks dan uniknya proses belajar, maka ketepatan pemilihan
media dan metode pembelajaran akan sangat berpengaruh terhadap hasil belajar
siswa. Di samping itu, persepsi siswa juga sangat mempengaruhi hasil belajar
siswa. Oleh sebab itu, dalam pemilihan media, di samping memperhatikan
kompleksitas dan keunikan proses belajar, memahami makna persepsi serta
faktor-faktor yang berpengaruh terhadap penjelasan persepsi hendaknya
diupayakan secara optimal agar proses pembelajaran dapat berlangsung secara
efektif. Untuk maksud tersebut perlu:
1)
Diadakan
pemilihan media yang tepat sehingga dapat menarik perhatian siswa serta
memberikan kejelasan obyek yang diamatinya,
2)
Bahan
pembelajaran yang akan diajarkan disesuaikan dengan pengalaman siswa
Kajian
psikologi menyatakan bahwa anak akan lebih mudah mempelajari hal yang
konkrit-abstrak dan kaitaannya dengan penggunaan media pembelajaran, ada
beberapa pendapat, antara lain Jerome Bruner, mengemukakan bahwa dalam proses
pembelajaran hendaknya menggunakan urutan dari belajar dengan gambaran atau
film (inconic representation of
experiment) kemudian ke belajar dengan simbol, yaitu menggunakan kata-kata (symbolic representation). Menurut
Bruner, hal ini juga berlaku tidak hanya untuk anak tetapi juga untuk orang
dewasa.
Menurut Rayandra Asyhar (2012), landasan penggunaan media pembelajaran sebagai berikut:
a.
Landasan Empiris
Selama beberapa dekade yang lalu, berkembang
pendapat bahwa media hanya menguntungkan dari aspek ekonomi (economic benefit) tetapi tidak memberikan pengaruh signifikan terhadap proses
pembelajaran (learning benefit). Menurut
Lumsdaine dalam Rayandra Asyhar menguraikan sebagai berikut: “the
benefits of media were primarily economic and that their use was to develop the
technology of instructional method”. Artinya media hanya menguntungkan dari
segi ekonomi dan dapat mengembangkan teknologi pembelajaran. Pernyataan
Lumsdaine di perkuat oleh Mielke dalam Rayandra Asyhar yang menulis
artikel dalam Educational Broadcasting Review antara lain: “that adequately designed reserch on the learning benefits of various
media would yield no significant differences between treatments”. Wilbur
Schram dalam Rayandra Asyhar menyebutkan bahwa pembelajaran lebih dipengaruhi oleh strategi dan
kontennya dan bukan jenis medianya. Clark
dalam Rayandra Asyhar (2012)
berpendapat yang sama bahwa media merupakan kendaraan yang membawa pesan
instruksional akan tetapi tidak mempengaruhi pencapaian prestasi peserta didik.
Pendapat
tidak ada pengaruh terhadap pembelajaran berlangsung cukup lama dan menjadi bahan
diskusi banyak orang (Clark dalam Rayandra Asyhar, 2012). Namun,
hasil-hasil penelitian terbaru mengungkapkan fakta yang berbeda media
berpengaruh terhadap hasil dan proses belajar. Hasil penelitian Collins et al dalam
Rayandra
Asyhar menunjukkan bahwa penggunaan media audio dan video berpengaruh
terhadap hasil belajar peserta didik. Hasil penelitian lain yang dilaporkan
oleh Remus et al dalam Rayandra Asyhar (2012) juga menunjukkan pengaruh media terhadap pengambilan keputusan
siswa. Media teks ternyata lebih efektif dibandingkan media audio. Sedangkan,
memberikan pengaruh yang berbeda terhadap hasil belajar secara keseluruhan.
Jenis media juga memberikan pengaruh yang berbeda kepada peserta didik. Felton
et al dalam Rayandra Asyhar (2012) melaporkan bahwa
penggunaan media audiovisual (video) pada mahasiswa kesehatan lebih efektif
dibandingkan dengan media visual teks dan tanpa media. Hal ini dilihat dari
hasil tes yang dicapai oleh kelas eksperimen yang diajarkan dengan menggunakan
media video jauh lebih baik kelas kontrol.
Pengetahuan
dan keterampilan yang diperoleh siswa merupakan asimilasi atau gabungan dari
respon-respon yang dirangsang oleh stimulus-stimulus yang menciptakan suatu
kesan sensoris pada diri siswa. Dalam kaitan ini, McLaughlin dalam Rayandra Asyhar menyatakan: “A class
acquires knowledge and skill as the results of assimilation of responses
elicited by those stimuli which create sensory impressions. The concept of
teaching which is based on the teacher relying solely on his voice and personality
steems from the belief that communication is best achieved through the medium
of sound. The use of AVA (media) in a lesson is based on the consideration of
communication as related to all the senses of the talk of the teacher in
providing the appropriate stimuli for desired responses can be facilitated by
him to engage the students’ senses of hearing, seeing, touching, etc”.
Di
sinilah perlunya memanfaatkan media. Siswa akan lebih dapat memahami pelajaran
dengan bantuan visul berupa gambar selain penjelasan guru. Pemanfaatan media
dalam pembelajaran telah banyak dilakukan oleh para pendidik. Ini didukung oleh
kemajuan teknologi komunikasi dan informasi. Banyaknya alternatif jenis media
yang dapat digunakan, para pendidik perlu menggunakan kemampuannya dalam
menetapkan pilihan agar tepat sasaran. Pemilihan media pembelajran perlu
disesuaikan dengan tujuan, materi dan metode pembelajaran serat karakteristik
peserta didik karena media apapun tidak akan dapat digunakan secara efektif
apabila tidak sesuai dengan sasaran. Peserta didik akanmendapat keuntungan yang
signifikan bila belajar dengan menggunakan sumber dan media pembelajran yang
sesuai dengan karakteristiknya. Peserta didik yang memiliki gaya belajar
visual, seeperti film, video, gambar, atau diagram; sedangkan peserta didik
yang memiliki gaya belajar audutif lebih mendapatkan keuntungan dari penggunaan
media pembelajran auditif, seperti rekaman, radio, atau ceramah guru. Atas
dasar ini, maka prinsip penyesuaian jenis media pembelajaran yang akan digunakan
dalam kegiatan pembelajaran dengan karakteristik individual peserta didik
menjadi semakin mantap. Begitu pula, untuk materi pembelajaran pronounciation
Bahasa Inggris yang menekankan pada indera pendengaran, akan lebih tepat kalau
digunakan media audio atau audiovisual, dan sangat tidak efektif bila
menggunakan media dan sumber belajar jenis visual.
Pemilihan
dan penggunaan media hendaknya jangan didasarkan pada kesukaan dan kesenangan
pengajar, tetapi dilandaskan pada kecocokan media itu dengan karakteristik
peserta didik, disamping kriteria lain, seperti kepraktisan dan kemudahan
memperolehnya, kualitas teknis penggunaan (Midun, dalam Rayandra Asyhar).
b.
Landasan Psikologis
Menurut Midun dalam Rayandra Asyhar, landasan psikologis penggunaan media pembelajaran adalah alasan
atau rasionalitas penggunaan media pembelajaran ditinjau dari kondisi belajar
dan bagaimana proses belajar itu terjadi . Belajar adalah suatu proses yang
mengakibatkan adanya perubahan perilaku pembelajar karena adanya pengalaman belajar.
Perubahan perilaku itu dapat berupa bertambahnya pengetahuan, diperolehnya
ketrampilan atau kecekatan, dan berubahnya sikap seseorang yang telah belajar. Pengetahuan dan pengalaman diperoleh melalui
pintu gerbang alat indra pembelajar (peserta didik). Karena itu diperlukan
rangsangan (menurut teori behaviorisme) atau informasi (menurut teori kognitif)
sehingga respons terhadap rangsangan atau informasi yang telah diproses itulah
hasil belajar diperoleh. Selain itu proses belajar terjadi secara individual
atau perseorangan, sehingga apa yang terjadi pada peserta didik A dan peserta
didik B terhadap rangsangan informasi yang belum tentu tidak pernah
menghasilkan peroleh belajar yang sama pula. Upaya yang dapat dilakukan dalam
kegiatan pembelajaran adalah menyediakan rangsangan dan informasi yang ditata
dan diorganisasikan dengan cara yang bermacam-macam, agar peserta didik yang
memiliki kondisi dan karakteristik yang berbeda-beda dapat memperoleh
pengalaman belajar harus disesuaiakan dengan tingkat kemajuan peserta didik.
Tingkat kemampuan yang dimaksud antara lain ialah tingkat
berpikirnya. Menurut Jean Piaget, tingkat berpikir seseorang sesuai dengan
perkembangan usianya. Misalnya: (1) umur 0-2 tahun, tingkat berpikir seseorang
berada pada tingkat sensori motoris; (2) umur 2-7 tahun, tingkat berpikir
seseorang berada pada tingkat pra-operasional; (3) umur 7-11 tahun, tingkat
berpikir seseorang berada pada tingkat operasi konkret; (4) umur 11 tahun ke
atas, tingkat berpikir seseorang berada pada tingkat formal. Sesuai dengan
tingkat berpikirnya, setiap orang atau peserta didik diberi rangsangan yang
berbeda, sehingga rangsangan itu dapat direspon dengan mempengaruhi perilaku
yang diharapkan. Manusia belajar melalui pergaulan dengan lingkungannya. Dalam
pengenalan dengan lingkungan itu, seseorang melewati tiga tahap belajar, yaitu
tingkat konkret, tingkat skematis, dan tingkat abstrak.
Tahapan konkret dialami oleh seseorang pada saat ia mengenal
objek-objek diluar dirinya secara riil
atau nyata. Pada masa ini seseorang mengenal benda atau objek melalui apa yang dilihat
dan diraba atau dipegangnya. Seseorang (pembelajar) mengenal benda-benda
tersebut dengan cara menunjukan atau di tunjuk. Seseorang pembelajar mengenal
benda disekitarnya dengan cara mengamatinya. Tahapan skematis dialami oleh
pembelajar pada saat mereka telah mampu membuat skema atau saling berhubungan
antara beberapa hal. Kemampuan berpikir pembelajar telah memasuki tingkat
berpikir formal. Karena pembelajar telah menyusun suatu skema hubungan tentang
sesuatu yang menyebabkan mereka memahami hal yang dipelajarinya. Tahapan
abstrak dialami oleh pembelajar pada saat mereka telah mampu memahami
objek-objek atau benda-benda, konsep-konsep abstrak. Atau anak telah mampu
membuat abstraksi tentang sesuatu. Apabila anak telah mampu menjelaskan konsep
atau hal-hal abstrak dengan benar berarti mereka telah memasuki terhadap
abstrak.
Berdasarkan teori kognitif Piaget
(tahap-tahap perkembangan kognitif), maka beberapa implikasi yang dapat di ambil
dalam praktek pendidikan/pembelajaran antara lain: (1) setiap individu (peserta
didik) diberi rangsangan yang berbeda sesuai dengan tingkat berpikirnya; (2)
pendidik perlu melakukan tes kemampuan awal (entry behavior) pserta didik agar
dapat menyusun dan menyajikan materi pembelajaran secara tepat guna; (3) materi
pembelajaran jangan terlalu sulit dan jangan terlalu mudah, sehingga
pembelajaran yang dijalankan dapat mengubah perilaku (kognitif, afektif, dan
psikomotorik) peserta didik; (4) guru menyajikan materi pembelajaran sesuai
dengan tingkat dan kemampuan berpikir peserta didik.
Dalam proses pembelajaran, peserta didik
dapat memperoleh berbagai jenis pengalaman. Sebagaimana telah disinggung
sebelumnya bahwa Erdgar Daie mengemukakan hirarki pengalaman belajar
berdasarkan derajat kekonkretan dan keabstrakannya. Erdgar Dale dalam Rayandra
Asyhar (2012) menggambarkan jenjang pengalaman itu dalam suatu model yang
dikenal dengan kerucut pengalaman (the
cone of experiences) seperti pada Gambar. 2.3.
Gambar. 2.3 Kerucut pengalaman (the cone of experiences)
Dengan
berbagai jenjang pengalaman yang diperoleh pengalaman belajar maka akan beroleh
pengalaman yang semakin lengkap. Belajar adalah proses kompleks dan unik.
Artinya seseorang yang belajar melibatkan segala aspek kepribadiannya, baik
fisik maupun mental. Keterlibatan dari semua aspek kepribadian ini akan tampak dari perilaku
belajar orang itu. Dan perilaku belajar yang nampak adalah unik. Artinya
perilaku itu hanya terjadi pada orang itu dan tidak terjadi pada orang lain.
Setiap orang menampilkan atau memunculkan perilaku belajar yang berbeda.
Keunikan perilaku belajar ini disebabkan oleh adanya perbedaan karakteristik
yang menentukan perilaku belajar, seperti : gaya belajar (visual vs auditif), gaya kognitif (field independent vs field independent) bakat, minat, tingkat
kecerdasan, kematangan, intelektual, dan lainnya yang bisa di acukan pada
karakteristik individual peserta didik.
Perilaku
belajar peserta didik yang kompleks dan unik ini menuntut layanan dan perlakuan
pembelajaran yang kompleks dan unik pula untuk setiap peserta didik. Komponen
pembelajaran yang bertanggungjawab untuk menangani masalah ini adalah strategi
penyampaian pembelajaran, lebih khusus lagi media pembelajaran. Startegi (media) pembelajaran haruslah dipilih sesuai dengan
karakteristik individual peserta didik. Ia sedapat mungkin harus memberikan
layanan pada setiap peserta didik sesuai dengan karakteristik belajaranya.
Umpamanya, peserta didik yang memiliki gaya belajar visual harus mendapatkan
rangsangan belajar visual dan peserta didik yang memiliki gaya belajar auditif harus mendapat kan rangsangan
belajar auditif.
Perubahan
perilaku sebagai akibat dari belajar dapat di kelompokkan ke dalam 3 aspek,
yaitu: kognitif, sikap dan keterampilan. Setiap aspek menuntut penggunaan media
pembelajaran yang berbeda. Artinya, belajar aspek kognitif memerlukan media
yang berbeda dibandingkan peserta didik yang belajar aspek lainnya. Atas dasar
ini diperlukan strategi penyampaian yang menggunakan multimedia untuk memenuhi
tuntutan belajar aspek yang berbeda-beda
.
c.
Landasan Teknologis
Tidak bisa dipungkiri bahwa kehadiran produk-produk teknologi
telah memberi dampak yang luar biasa terhadap peserta didik. Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi
komunikasi dan informasi sangat membantu para guru dan peserta didik dalam
memperoleh informasi. Dalam pembelajaran misalnya, berbagai media interaktif
telah diproduksi dan diaplikasikan oleh banyak sekolah dan institusi
pendidikan. Media internetpun menyediakan materi pembelajaran yang tak terbatas
dan dapat diakses kapan dan dimana saja sesuai keperluan. Hadirnya teknologi video
conference memungkinkan pembelajaran berlangsung jarak jauh (distance learning). Dengan model
pembelajaran seperti ini, tidak ada alasan lagi kegiatan belajar-mengajar tidak
dapat dilaksanakan, meskipun guru atau dosen sedang bertugas di luar daerah
bahkan di luar negeri. Begitu pula, dewasa ini kegiatan praktikum (misalnya
kimia, fisika, biologi) sudah dapat digantikan melalui virtual laboratory (laboratorium maya). Melalui laboratorium
virtual para siswa atau mahasiswa dapat mengerjakan proyek praktikum yang
diberikan guru/dosen seperti biasa. Bahkan, laboratorium virtual memiliki
beberapa keunggulan, antara lain lebih praktis, efisien dan relatif tidak
berbahaya dibandingkan laboratorium konvensional. Di samping itu, laboratorium
virtual juga dapat digunakan oleh siswa secara sendiri-sendiri dan berkelompok,
tidak mesti di ruang laboratorium. Laboratorium semacam ini dapat digunakan di
rumah masing-masing secara berulang-ulang.
Menurut Midun dalam Rayandra Asyhar (2012), media
pembelajaran sebagai bagian dari teknologi pembelajaran memiliki enam manfaat
potensial dalam memecahkan masalah pembelajaran.
1)
Meningkatkan
produktifitas pendidikan. Media dapat meningkatkan produktivitas (can make education more productive).
Produktivitas itu antara lain dengan jalan mempercepat laju peserta didik,
membantu guru untuk menggunakan waktunya secara lebih baik. Disamping itu media
dapat mengurangi beban guru menyajikan informasi sehingga guru lebih banyak
membina dan mengembangkan kegairahan belajar peserta didik.
2)
Memberikan
kemungkinan pembelajaran yang sifatnya lebih individual (can make education more individual). Pembelajaran menjadi lebih
bersifat individual antara lain dalam variasi cara belajar peserta didik,
pengurangan kontrol guru dalam proses pembelajaran, dan memberikan kesempatan
kepada peserta didik untuk berkembang sesuai dengan kemampuan dan kesempatan
belajarnya.
3)
Memberikan
dasar lebih ilmiah pada pembelajaran (can
give instruction a more scientific abese). Media dapat memberikan landasan
ilmiah dan penyajian bahan, artinya perencanaan program pembelajaran lebih
sistematis, pengembangan bahan pembelajaran dilandasi oleh penelitian tentang
karakteristik pelajar, karakteristik bahan pembelajaran, analisis
instruksional, dan pengembangan desain pembelajaran dilakkan dengan serangkaian
uji coba yang dapat di pertanggungjawabkan secara ilmiah.
4)
Pembelajaran
menjadi lebih mantap (make instruction
more powerful). Pembelajaran menjadi lebih mantap dalam jalan meningkatkan
kapabilitas manusia menyarap informasi dengan melalui berbagai media
komunikasi, dimana informasi dan data yang diterima lebih banyak, lebih lengkap
dan lebih akurat.
5)
Proses
pendidikan menjadi lebih langsung (can
make learning more immediate). Pembelajaran melalui media akan memberikan
pengalaman nyata dan langsung bagi pelajar. Media mengatasi jurang pemisah
antara pebelajar dan sumber belajar. Dan mengatasi keterbatasan manusia pada
ruang dan waktu dalam memperoleh informasi dapat menyajikan kekonkritan
meskipun tidak secara langsung.
6)
Akses
pendidikan menjadi lebih sama (can make
acces to education more equal). Media pembelajaran yang dipakai di kelas
tidak membedakan pebelajar dan semua pebelajar mendapat hal yangsama melalui
media yang digunakan. Penggunaan media dimaksudkan untuk menjangkau semua
pebelajar. Artinya media itu tidak hanaya untuk kepentingan terbatas jumlahnya
tetapi lebih diarahkan pada jumlah pebelajar yang lebih banyak. Atau juga
menjangkau semua golongan dan budaya.
Menurut Euis Karwani dan Donni Juni Priansa,
landasan pemanfaatan media pembelajaran terdiri dari empat perpektif utama,
yaitu landasan psikologis, teknologis, empirik, dan filosofis. Masing-masing
diuraikan sebagai berikut :
a.
Landasan Psikologis
Belajar merupakan proses yang kompleks dan
unik kare4na melibatkan aspek kepribadian peserta didik, baik secara fisik
maupun mental. Keterlibatan seluruh aspek kepribadian tersebut akan nampak dari
perilaku belajar peserta didik. Perilaku belajar sifatnya unik, artinya
perilaku yang terjadi pada peserta didik yang satu belum tentu berlaku bagi
peserta didik yang lainnya. Perilaku tersebut dipengaruhi oleh gaya belajar (visual vs auditif), gaya kognitif (field independent vs field dependent),
bakat, inat, tingkat kecerdasan, kematangan intelektual, dan lain sebagainya
yang dapat dicirikan melalui karakteristik peserta didik secara individu.
Kajian psikologi menyatakan bahwa poeserta didik akan lebih mudah mempelajari
hal yang konkrit ketimbang yang abstrak.
b.
Landasan Teknologis
Penerapan teknologi dalam pembelajaran akan
memudahkan peserta didik untuk belajra sesuai dengan karatkteristiknya.
Teknologi bekerja mulai dari pengembangan dan pengujian teori-teori tentang
berbagai media pembelajaran melalui penelitian ilmiah, dilanjutkan dengan
pengembangan desainnya, produksi, evaluasi dan memilih media yang telah
diproduksi, pembuatan katalog untuk memudahkan layanan penggunaannya,
mengembangkan prosedur penggunaannya dan akhirnya menggunakannya, baik pada tingkat
kelas maupun pada tingakat yang lebih luas lagi (diseminasi).
Jadi, dalam kaitannya dengan teknologi, media
pembelajaran merupakan proses kompleks dan terpadu yanhg melibatkan orang,
prosedur, ide, peralatan, dan organisasi untuk menganalisis masalah, mencari
alternatif pemecahannya, mengevaluasi, serta memutuskan alternatif pengelolaan
pemecahan masalah dalam situasi dimana kegiatan belajar berlangsung. Komponen
penting dari penerapan teknologi dalam pembelajaran adalah tekait dengan pesan
yang ingin disampaikan, orang, bahan, media,peralatan, teknik, serta tujuan
pembelajaran yang ingin dicapai.
c.
Landasan Empirik
Berbagai temuan penelitian menunjukkan bahwa
ada interaksi antara penggunaan media pembelajaran dengan karakteristik belajar
peserta didik dalam menentukan hasil belajar peserta didik. Artinya, peserta
didik akan mudah dalam belajar jika ia belajar dengan menggunakan media yang
sesuai dfengan karakteristiknya. Peserta didik yang memiliki gaya belajra
visual akan leih mendapatkan keuntungan dari menggalkan media visual, seperti
fgilm, videos, gambar atau diagra,. Sedangkan peserta didik yang memiliki gaya
belajr auditif lebih mendapatkan keuntungan dari penggunaan media pembelajaran
auditif, seperti rekaman suara, radio atau ceramah dari guru/ pengajar. Akan lebih tepat dan menguntungkan peserta
didik dari kedua tipe belajar tersebut jika mengguakan media audio-visual.
Berdasarkan landasan rasional empiris tersebur, maka pemilihan media
pembelajaran hendaknya jangan hanya dilandasi faktor kesukaan guru, tetapi juga
perlu mempertimbangkan kesesuaian antara karakteristik peserta didik,
karakteristik materi pelajaran, dan
karakteristik media pembelajran itu sendiri. Atas dasar ini, maka prinsip
penyesuaian jenis media yang akan digunakan dalam keiatan pmbelajaran dngan
karakteristik individual peserta didik menjadi semakin optimal.
d. Landasan Filosofis
Terdapat perdebatan dua pandangan, yang
pertama berpendapat bahwa penggunaan media pembelajaran dapat menyebabkan
dehumanisasi, sedangkan pandangan kedua berpendapat bahea penggunaan media
pembelajran justu akan memudahkan peserta didik dlam belajar. Namun demikian,
hendaknya dua pandangan tersebut tidak berlarut diperdebatkan, yang penging
diperhatikan justru bagaimana pandangan guru terhadap peserta didik dalam
proses pembelajaran. Jika guru menganggap peserta didik sebagai anusia yang
memiliki kepribadian, harga diri, motivasi, dan memiliki kemampuan pribadi yang
berbeda dengan yang lain, maka baik menggunakan media hasil teknologi baru atau
tidak, proses pembelajaran yang dilakukan akan tetap mengunakan pendekatan
humanis.
Dengan memperhatikan kompleks dan uniknya
proses belajra, maka keteepatan pemilihan media dan metode pembelajaran akan
sangat berpengaruh terhadap hasil belajar peserta didik. Di samping itu, persepsi peserta didik juga
sangant mempengaruhi hasil belajar. Oleh sebab itu, dalam pemilihan media, di
samping memperhatikan kompleksitas dan keunikan proses belajar, memahami makna
persepsi serta faktor-faktor yang berpengaruh terhadap penjelasan persepsi
hendaknya diupayakan secara optimal agar proses pembelajaran dapat berlangsung
secara efektif.
Media
pembelajaran sangat beraneka ragam. Pengklasifikasian media pembelajaran hinga
sekarang belum ada pembakuan, yaitu belum adanya kesepakatan atau ketentuan
yang berlaku secara umum atau khusus. Oleh karena itu pengklasifikasian media
pembelajaran yang ada sekarang berdasarkan pertimbangan kepentingan atau
pendapat yang berbeda-beda. Pengelompokkan media pembelajaran sebagai berikut:
Menurut Dina Indriana (2011:54-57),
klasifikasi media pengajaran, secara umum, sebagai berikut:
a.
Mengutamakan
kegiatan membaca simbol-simbol kata visual.
b.
Bersifat
audio-visual-proyeksi, nonproyeksi, dan berbentuk tiga dimensi.
c.
Menggunakan
teknik atau mesin.
d.
Merupakan
kumpulan benda-benda atau bahan-bahan (material
collections).
e.
Merupakan
contoh dari kelakuan guru. Karena itu, tidak hanya alat audio visual yang
menjadi komponen dari media pengajaran, tapi juga sampai pada sudut pandang
yang luas, yakni kepada pribadi siswa dan tingkah laku guru.
Pada dasarnya, menurut Rudy Brezt dalam Dina Indriana (2011),
media pengajaran itu mempunyai lima bentuk dasar informasi, yaitu suara,
gambar, cetakan, grafik, garis, dan gerakan. Hal ini didasarkan pada fungsi
yang melekat dalam kelima bentuk dasar tersebut, yakni berdasarkan pada sesuatu
yang dilakukan dan cara melakukannya.
Menurut bentuk informasi yang digunakan dalam media pengajara,
maka media pengajaran bias diklasifikasikan dalam lima kelompok besar, yaitu
media visual diam, media visual gerak, media audio, media audio visual diam,
dan media audio visual gerak. Lima kelompok besar ini bias disajikan dalam
bentuk penglihatan langsung, proyeksi optik, proyeksi elektronik atau
telekomunikasi.
Sedangkan, jenisnya ada dua. Pertama, aspek bentuk fisik, yang
terdiri atas media elektronik dan media nonelektronik. Kedua, aspek
pancaindera, yang mencakup media audio, media visual, media audio visual, dan
media grafis. Dengan
menganalisis media melalui bentuk dan cara penyajiannya, maka format
klasifikasi media pengajaran adalah sebagai berikut:
1)
Grafis,
bahan cetak, dan gambar diam.
2)
Media
proyeksi diam,
3)
Media
audio,
4)
Media
gambar hidup/film,
5)
Media
televise, dan
6)
Multimedia.
Sedangkan jika dilihat dari bentuknya, maka jenis media itu
bermacam-macam. Beberapa jenis tersebut antara lain media cetak (printed
media), media pameran (displayed media), media yang diproyeksikan (projected
media), rekaman audio (audiotape recording), gambar bergerak (motion picture),
dan media berbasis computer (computer based media).
Dengan menggunakan media pengajaran ini, maka pengalaman akan
berlangsung dari level konkret ke tingkatan abstrak. Tingkatan konkret adalah
proses belajar dari kenyataan atau pengalaman langsung, dan empunyai tujuan
dalam kehidupan. Sehingga hal ini hanya akan memberi dammpak pada bagian luar,
tanpa membekas pada bagian dalam. Sedangkan tingkatan abstrak akan membuat anak
didik mampu menyerap materi pengajaran dengan lebih baik. Sebab, menggunakan
media sangat membantu dalam mencapai tujuan pembelajaran yang diinginkan.
Menurut Hamdani (2011), pengelompokkan media pembelajaran sebagai
berikut:
a.
Media Grafis
Media grafis termasuk media visual, sebagaimana halnya media lain,
media grafis berfungsi menyalurkan pedan dari sumber ke penerima pesan. Saluran
yang dipakai menyangkut indra penglihatan. Pesan yang akan disampaikan
dituangkan ke dalam simbol – simbol komunikasi visual.
Simbol – simbol tersebut perlu dipahami benar artinya agar proses
penyampaian pesan dapat berhasil dan efisien. Selain fungsi umum tersebut,
secara khusus, grafis berfungsi pula untuk menarik perhatian, memperjelas
sajian ide yang ditampilkan, mengilustrasikan atau menghiasi fakta yang mungkin
akan cepat dilupakan atau diabaikan apabila tidak digrafiskan. Selain sederhana
dan mudah, media grafis, termasuk media yang relatif murah apabila dilihat dari
segi biayanya. Banyak jenis media grafis, di antaranya sebagai berikut.
1)
Gambar
atau foto
Di antara media pendidikan, gambar atau foto adalah media yang
paling umum dipakai. Keduanya merupakan bahasa yang paling umum, yang dapat
dimengerti dan dapat dinikmati di mana – mana.
2)
Sketsa
Sketsa adalah gambar sederhana atau draf kasar yang melukiskan
bagian – bagian pokoknya tanpadetail. Guru hendaknya dapat menuangkan ide –
idenya ke dalam bentuk sketsa. Sketsa, selain dapat memperjelas penyampaian
murid, menghindari verbalisme, dan dapat memperjelas penyampaian pesan,
harganya pun tidak mahal sebab media ini dibuat langsung oleh guru.
Sketsa dapat dibuat secara cepat, sementara
guru menerangkan, dapat pula dipakai untuk tujuan tersebut.
3)
Diagram
Sebagai suatu gambar sederhana yang menggunakan garis dan simbol,
diagram atau skema menggambarkan struktur dari objek secara garis besar.
Diagram menunjukkan hubungan yang ada diantara komponennya atau sifat-sifat
proses yang ada disitu. Diagram pada umumnya berisi petunjuk-petunjuk. Diagram
menyederhanakan hal yang kompleks sehingga dapat memperjelas penyajian pesan.
4)
Bagan
(chart)
Fungsi bagan yang pokok adalah menyajikan ide-ide atau
konsep-konsep yang sulit apabila hanya disampaikan secara tertulis atau lisan
secara visual. Bagan juga mampu memberikan ringkasan butir-butir penting dari
suatu presentasi.
Pesan yang akan disampaikan biasanya berupa ringasan visual suatu
proses, perkembangan atau hubungan-hubungan penting. Dalam bagan sering kita
jumpai jenis media gafis yang lain, seperti gambar, diagram, kartun, atau
lambing-lambang verbal.
5)
Grafik
(graphs)
Grafik adalah gambar sederhana yang menggunakan titik-titik, garis
atau gambar. Untuk melengkapinya, simbol-simbol verbal sering digunakan di
dalam grafik.
Fungsi grafik adalah menggambarkan data kuantitatif secara teliti,
menerangkan perkembangan atau perbandingan sesuatu objek atau peristiwa yang
saling berhubungan secara singkat dan
jelas. Berbeda dengan bagan, grafik disusun berdasarkan prinsip-prinsip matematika
dan menggunakan data-data komparatif.
b.
Teks
Media ini membantu siswa untuk berfokus pada materi karena mereka
cukup mendengarkan tanpa melakukan aktivitas lain yang menuntut konsentrasi.
Media teks sangat cocok apabila digunakan sebagai media untuk memberikan
motivasi. Akan tetapi, media teks di dalam multimedia memerlukan tempat
penyimpanan yang besar di dalam komputer, serta memerlukan software dan
hardware yang spesifik agar suara dapat
disampaikan melalui computer.
c.
Audio
Media audio memudahkan dalam mengidentifikasi objek-objek,
mengklasifikasikan objek, mampu menunjukkan hubungan spasial dari suatu objek,
membantu menjelaskan konsep abstrak mejadi konkret.
d.
Animasi
Media animasi mampu menunjukkan suatu proses abstrak sehingga
siswa dapat melihat pengaruh perubahan suatu variable terhadap proses tersebut.
Media animasi menyediakan suatu tiruan yang apabila dilakukan pada peralatan
yang sesungguhnya terlalu mahal atau berbahaya (misalnya, simulasi melihat
bentuk tegangan listrik dengan simulasi oscilloscope atau melakukan praktik menerbangkan
pesawat dengan simulasi penerbangan).
e.
Video
Video sangat cocok untuk mengajarkan materi dalam ranah perilaku
atau psikomotor. Akan tetapi, video mungkin saja kehilangan detail dalam
kemampuan materi karena siswa harus mampu mengingat detail dari scene ke scene.
Umumnya, siswa menganggap bahwa belajar melalui video lebih mudah dibandingkan
melalui teks sehingga mereka kurang terdorong untuk lebih aktif di dalam
berinteraksi dengan materi. Video memaparkan keadaan real dari suatu proses,
fenomena atau kejadian sehingga dapat memperkaya pemaparan.
Menurut Sudirman N (1987), jenis-jenis media pembelajaran sebagai
berikut:
a.
Dilihat dari jenisnya
1)
Media
auditif, yaitu media yang hanya mengandalkan suara saja, seperti radio, cassetter
recorder, piringan audio. Media ini tidak cocok untuk orang yang tuli atau
mempunyai kelainan pendengaran.
2)
Media
visual, yaitu media yang hanya mengandalkan indera pengelihatan. Media visual
ini ada yang menampilkan gambar diam seperti film strip (film rangkai), slides
(film bingkai), foto, gambar atau lukisan, cetakan. Ada pula media visualyang
mrnmpilkan gambar atau simbol yang bergerak seperti film bisu, film kartun.
3)
Media
audiovisual, yaitu media yang mempunyai unsur suara dan unsur gambar. Jenis
media ini mempunyai kemampuan yang lebih baik karena meliputi jenis media yang
pertama dan kedua. Media ini dibagi kedalam:
a)
Audiovisual
diam, yaitu media yang menampilkan sara dan gambar diam seperti film bingkai
suara (sound slids), film rangkai suara, cetak suara.
b)
Audiovisual
gerak, yaitu media yang dapat menampilkan unsur suara dan gambar yang bergerak
seperti film suara dan video cassette.
c)
Audiovisual
murni, yaitu baik unsur suara maupun gambar berasal dari satu sumber seperti film.
d)
Audiovisual
tak murni, yaitu yang unsur suara dan unsur gambarnya berasal dari sumber yang
berbeda, mislnya film bingkai suara yang unsur gambarnya bersumber dari slides projector
dan unsur suaranya bersumber dari tape recorder.
b.
Dilihat dari daya liputnya
1)
Media
yang mempunyai daya liput yang luas dan serentak. Penggunaan media ini tidak
terbatas oleh tempat dan ruangan serta dapat menjangkau jumlah sisiwa yang
banyak dalam waktu yang sama. Contoh media ini ialah radio dan televisi.
2)
Media
yang mempunyai daya liput yang terbatas oleh ruang dan tempat, yaitu media yang
dalam penggunaanya membutuhkan ruang dn tempat yang khusus seperti film, sound
slides, film rangkai, yang harus menggunakan tempat tertutp dan gelap.
3)
Media
untuk pengajaran individual seperti modul berprogram dan pengajaran melalui
komputer.
c.
Dilihat dari bahan dan pembuatanya
1) Media yang sederhana, yaitu media yang bahan
dasarnya mudah diperoleh dan harganya murah, cara pembuatanya mudah , dan
penggunaanya tidak sulit.
2) Media yang kompleks, yaitu media yang bahan
dan alat pembuatanya sulit diperoleh serta mahal harganya, sulit membuatnya,
dan penggunaanya memerlukan keterampilan yang memadai.
Menurut Dra. Sumiati dan Asra
(2008 :160), aneka ragam media pembelajaran dapat diklasifikasikan
berdasarkan ciri-ciri tertentu, antara lain:
a.
Berdasarkan kemampuan indera, jenis media pembelajaran terdiri
atas:
1)
Media
audio, yaitu jenis media pembelajaran yang mengunakan kemampuan indera telinga
atau pendengaran (audio). jenis media
pembelajaran ini menghasilkan peran berupa bunyi atau suara. Contoh: radio, tape recorder, telepon.
2)
Media
visual, yaitu jenis media pembelajaran yang mengunakan kemampuan indra mata
atau penglihatan (visual). jenis media
pembelajaran ini menghasilkan pesan berupa bentuk atau rupa yang dapat
dilihat. Contoh: gambar, grafik, poster.
3)
Media
audio visual,yaitu jenis media pembelajaran yang mengunakan kemampuan indera
telinga atau pendengaran dan Indra mata atau penglihatan ( audio- visual).
jenis media pembelajaran ini menghasilkan pesan berupa suara dan bentuk atau
rupa. Contoh: televisi, film, video.
Media audio visual yang dapat digunakan dalam pembelajaran banyak
ragamnya setiap jenis alat memiliki tingkat keefektifan sendiri-sendipengunanya
untuk meningkatkan keaktifan dan kefektifan belajar tergantung pada jenisnya, ketersediaannya
dan kemampuan menggunakanya. Konsep tentang pemanfatan alat bantu pandang
dengar didasarkan atas konsep tentang perolehan pengalaman seseorang melalui
media pembelajaran ( perantara yang digunakan, makin konkrit suatu media
pembelajaran digunakan makin tingi nilai pengalaman yang diperoleh).
b.
Berdasarkan daya atau kemampuan liputanya, jenis media
pembelajaran terdiri atas:
1)
Media
pembelajaran dengan daya atau kemampuan liputanya luas dia itu dapat menjangkau
tempat yang luas dengan jumlah orang atau siwa yang banyak. Contoh: televisi,
radio.
2)
Media
pembelajaran dengan daya atau kemampuan liputanya terbatas. Yaitu hanya dapat
menjangkau tempat atau ruang tertentu dan terbatas dengan jumlah orang atau
siswa yang tidak banyak. Contoh: papan tulis, slide, overhead projector (OHP).
c.
Berdasarkan penguna atau pemakai yang memanfatkan media
pembelajaran. jenis media pembelajaran terdiri atas:
1)
Media
pembelajaran yang digunakan untuk pembelajaran secara masal atau banyak orang.
contoh: belajar melalui televisi atau radio.
2)
Media
pembelajaran yang digunakan untuk pembelajaran secara individual atau
perorangan. Contoh: belajar melalui modul atau buku.
d.
Berdasarkan kerumitan (kekomplekan) dan biayanya, jenis media
pembelajaran, terdiri atas:
1)
Big media,
yyaitu media pembelajaran yang rumit (kompleks) ddan biayanya ma serta
pengunanya relatif usah membutuhkan tenaga yang terlatih. Contoh: film, video,
komputer.
2)
Little media,
yait media pembelajaran yang sederhana atau tidak rumit dan biayanya tidak
mahal relatif murah, serta pengunanya relatif mudah tidak perlu tenaga
terlatih. Contoh: papan tulis, gambar.
e.
Berdasarkan pembuatan dan pemanfatanya, jjenis media pembelajaran
terdiri atas:
1)
Media by design,
yaitu media pembelajaran yang dirancang, dipersiapkan, dan dibuat sendiri oleh
guru lalu digunakan untuk proses pembelajaran. Contohnya semua media
pembelajaran yang dirancang, dipersiapkan dan dibuat sendiri oleh guru.
2)
Media by utilization
atau media pembelajaran yang dimanfatkan
itu media pembelajaran yang dibuat oleh orang lain atau suatu lembaga/
institusedangkan guru hanya tingal mengunakan atau memanfatkannya. Contohnya
semua media pembelajaran yang hanya digunakan atau dimanfatkan dan tidak
membuat sendiri.
f.
Berdasarkan dimensinya, jenis media pembelajaran terdiri atas:
1)
Media
2 dimensi, yaitu jenis media pembelajaran yang hanya mempunyai dua ukuran yaitu
panjang dan lebar. Contoh: poster, bagan, gambar.
2)
Media
tiga dimensi, yaitu jenis media pembelajaran yang mempunyai minimal tiga ukuran
yaitu panjang, lebar, dan isi/tinggi. Contoh: model( benda yang menyerupai
aslinya), realia (benda asli).
g.
Berdasarkan proyeksinya, yaitu jenis media pembelajaran terdiri
atas:
1)
Media
proyeksi, iaitu jenis media pembelajaran yang bisa diproyeksikan atau
dipancarkadengan mengunakan alat proyektor,sehinga gambarnya akan nampak pada
layar. Contoh: film, film strips, slide,
OHP, in focus.
2)
Media
tidak diproyeksikan, yaitu jenis media pembelajaran yang tidak bisa
diproyeksikan atau dipancarkan. Contoh: buku, papan flanel.
h.
Klasifikasi jenis media pembelajaran menurut Rudi Brets
Rudi Brets dalam Sumiati
dan Asra (2008:162) membuat klasifikasi media pembelajaran
berdasarkan adanya 3 ciri, yaitu suara (audio), bentuk (visual) dan gerak
(motion). atas dasar ini Brets membuat 8 kelompok media pembelajaran, yaitu:
1)
Media
pembelajaran audio-motion- visual, iaitu media pembelajaran yang mempunyai
suara, ada gerak dan bentuk objek yang dapat dilihat. Media pembelajaran
semacam ini paling lengkap. Jenis media pembelajaran termasuk kelompok ini
adalah televisi, video tape, ddan film bergerak.
2)
Media
pembelajaran audio- still-visual, yaitu
media pembelajaran yang mempunyai suara,
objeknya dapat dilihat, namun tidak ada gerakan. Seperti film strip bersuara,
selain bersuara atau rekaman televisi dengan gambar tidak bergerak (television
still recording).
3)
Media
pembelajaran audio- semi motion,
mempunyai suara dan gerakan, namun tidak dapat menampilkan suatu gerakan
secara utuh, seperti telewriting atau
teleboard.
4)
Media
pembelajaran motion-visual, media pembelajaran yang mempunyai gambar
objek bergerak. Seperti film (bergerak) bisu (tidak bersuara).
5)
Media
pembelajaran still-visual, yaitu ada proyek namun tidak ada gerak. Seperti film
strip, gamar, microform atau halam
cetak.
6)
Media
pembelajaran semi-motion (semi gerak), yaitu yang menggunakan garisdan tulisan,
seperti tele-autografi.
7)
Media
pembelajaran audio, hanya menggunakan suara, seperti radio, telepone dan audio
tape.
8)
Media
pembelajaran cetak, hanya menampilkan simbol-simbol tertentu yaitu huruf
(simbol bunyi).
Landasan penggunaan media pembelajaran terdapat beberapa pendapat. Pendapat
tersebut antara lain menurut Azhar
Arsyad, Drs. Daryanto, Dr.rer.nat.H.Rayandra Asyhar, dan Euis Karwani dan Donni
Juni Priansa, , M.Si. Menurut Azhar Arsyad landasan penggunaan media
pembelajaran terdiri dari landasan teoritis. Menurut Drs.
Daryanto, landasan penggunaan media pembelajaran terdiri dari landasan
filosofis dan psikologis. Menurut Dr.rer.nat.H.Rayandra Asyhar, landasan
penggunaan media pembelajaran terdiri dari landasan empiris, psikologis, dan
teknologis. Sedangkan Menurut Euis Karwani dan Donni Juni Priansa, landasan
penggunaan media pembelajaran terdiri dari landasan psikologis, teknologis,
empirik, dan filosofis.
Pengelompokkan media pembelajaran juga terdapat
beberapa pendapat, antara lain menurut Dina Indriana, Drs. Hamdani, M.A.,
Sudirman N dkk, Dra. Sumiati dan Asra, M.Pd, dan Rudi Brets dalam Dra. Sumiati
dan Asra, M.Pd. Menurut Dina Indriana, pengelompokkan media pembelajaran
terdiri dari Grafis, bahan cetak dan gambar diam, media proyeksi diam, media audio,
media gambar hidup/film, media televisi, dan multimedia. Menurut Drs. Hamdani, M.A., pengelompokkan media pembelajaran sebagai berikut: media grafis, teks, audio, animasi,
grafik, dan video. Menurut Sudirman N dkk,
pengelompokkan media pembelajaran dilihat berdasarkan jenisnya, dilihat dari
daya liputannya, dan dilihat dari bahan dan pembuatannya. Menurut Dra. Sumiati dan Asra, M.Pd., pengelompokkan media
pembelajaran terdiri dari berdasarkan kemampuan indera, berdasarkan daya atau
kemampuan liputanya, berdasarkan penguna atau pemakaian, berdasarkan kerumitan
( kekomplekan), berdasarkan pembuatan dan pemanfatanya,
berdasarkan
dimensinya, dan berdasarkan proyeksinya. Sedangkan menurut Rudi Brets dalam
Dra. Sumiati dan Asra, M.Pd, pengelompokkan media pembelajaran terdiri dari audio-motion- visual, audio- still-visual, audio- semi motion,
motion- visual, still-visual, semi-motion (semi gerak), audio, dan cetak
Sebagai calon
guru kita seharusnya dapat memanfaatkan, memahami, dan mampu menggunakan media
yang ada disekitar kita, selain itu kita juga harus bisa memilih media
pembelajaran apa yang cocok untuk digunakan pada saat proses belajar
berlangsung, karena
media pembelajaran sangat membantu pendidik dalam penyampaian materi. Agar peserta didik nyaman dan dapat menerima materi,
seorang pendidik haruslah berkreasi menyajikan materinya dengan bentuk yang
unik serta menarik minat dan penasaran peserta didiknya dan menyesuaikannya
dengan tiap-tiap peserta didik. Selain itu peserta didik juga akan menjadi
lebih antusias dalam mengikuti pelajaran dan motivasi belajar peserta didik
juga akan lebih meningkat.
DAFTAR PUSTAKA
Arsyad, Azhar. 2014. Media
Pembelajaran Edisi Revisi. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Asyhar,
Rayandra. 2012. Kreatif
Mengembangkan Media Pembelajaran. Jakarta: Referensi Jakarta.
Daryanto. 2010. Media Pembelajaran
Peranannya Sangat Penting Dalam Mencapai Tujuan Pembelajaran. Yogyakarta:
Gava Media.
Hamdani.
2011. Strategi Belajar Mengajar.
Bandung: CV Pustaka Setia.
Indriana,
Dina. 2011. Ragam Alat Bantu Media
Pengajaran. Yogyakarta: Diva Press.
Karwati, Euis & Donni Juni Priansa. 2014. Manajemen
Kelas. Bandung: Alfabeta.
Sudirman N,
dkk. 1987. Ilmu Pendidikan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Sumiati & Asra. 2008. Metode
Pembelajaran. Bandung: CV Wacana Prima.