Friday, September 27, 2019

Model Pembelajaran Bahasa Indonesia untuk kelas tinggi


 

1.       Model Kooperatif

Menurut Anita dalam Nunuk dan Leo (2012:80) pembelajaran kooperatif adalah pendekatan pembelajaran yang berfokus pada penggunaan kelompok kecil siswa untuk bekerjasama dalam memaksimalkan kondisi belajar untuk mencapai tujuan. Model pembelajaran ini bertujuan untuk mengembangkan aspek keterampilan sosial sekaligus aspek kognitif dan aspek sikap siswa. Dalam hal ini, guru menciptakan suasana yang mendorong agara siswa merasa saling membutuhkan yang disebut saling ketergantungan positif. Siswa tidak hanya belajar dari guru, tetapi juga dari sesama siswa.
Manfaat pembelajaran kooperatif menurut Nunuk dan Leo (2012:81) adalah sebagai berikut :
a.       Meningkatkan kemampuan untuk bekerja sama dan bersosialisasi.
b.       Melatih kepekaan diri, empati melalui variasi perbedaan sikap dan perilaku selama bekerja sama.
c.        Mengurangi rasa kecemasan dan menumbuhkan rasa percaya diri.
d.       Meningkatkan motivasi belajar, harga diri, dan sikap perilaku positif sehingga dengan pembelajaran cooperative peserta didik akan tahu kedudukannya dan belajar untuk saling menghargai satu sama lain.
e.        Meningkatkan prestasi belajar dengan meningkatkan prestasi akademik, sehingga dapat membantu peeserta didik memahami konsep-konsep yang sulit.

2.       Model Kontekstual

Pembelajaran kontekstual adalah pembelajaran yang menekankan pada proses keterlibatan siswa untuk dapat menemukan materi yang dipelajari dan menghubungkannya dengan situasi kehidupan nyata, sehingga mendorong siswa untuk dapat menerapkannya dalam kehidupan mereka. Pembelajaran kontekstual melibatkan siswa secara penuh dalam proses pembelajaran. Siswa didorong untuk beraktivitas mempelajari materi pelajaran sesuia dengan topic yang akan dipelajari. Dalam pembelajaran kontekstual, belajar bukan hanya mendengarkan dan mencatat, tetapi belajar adalah proses mengalami secara langsung. Melalui prose situ diharapkan perkembangan siswa terjadi secara uutuh,tidak hanya berkembang dalam aspek kognitif saja, tetapi juga aspek afektif dan psikomotorik. Melalui pembelajaran ini diharapkan siswa dapat menemukan sendiri materi yang dipelajarinya.
Pembelajaran kontekstual mengarahkan sisw kepada upaya untuk membangun kemampuan berfikir dan kemampuan menguasai materi pelajaran. Pengetahuan yang sumbernya dari luar di kontruksi kedalam diri siswa. Dalam hal ini pengetahuan tidak diperolah dengan cara diberi atau ditransfer orang lain, tetapi dibentuk dan di kontruksi oleh siswa sendiri, sehingga bisa mengembangkan intelektualnya.
Dalam pembelajaran kontekstual, belajar bukanlah menghafal akan tetapiproses mengkontruksi pengetahuan sesuai dengan pengalaman yang mereka miliki. Oleh karetna itulah semaikn banyak pengalaman maka akan semakin banyak pula pengetahuan yang mereka peroleh. Belajar bukan sekedar memperoleh pengetahuan dengan cara mengumpulkan fakta yang lepas-lepas, tetapi merupakan organisasi dari semua yang dialami, sehingga dengan penegtahuan yang dimiliki akan  berpengaruh terhadap pola-pola perilaku manusia, seperti pola berfikir, pola bertindak, kemampuan memecahkan persoalan termasuk penampilan seseorang. Semakin luas dan mendalam pengetahuan seseorang, akan semaikn efektif dalam berfikir. Belajar pada hakikatnya adalah menangkap pengetahuan dari kenyataan, sehingga pengetahuan yang diperoleh adalah pengetahuan yang memiliki makna untuk kehidupan anak. Pembelajaran kontekstual mengarah siswa pada proses masalah, sebab dengan memecahkan masalah anak akan berkembang secara utuh, bukan hanya berkembang intelektualnya tetapi juga ,mental dan emosionalnya. Belajar secara kontekstual adalah belajar bagaimana anak menghadapi persoalan. Oleh karena itu belajar tidak dapat sekaligus, akan tetapi sesuai dengan irama kemampuan siswa. ( Hamruni, 2009: 173-175). Model pembelajaran kontekstual untuk sekolah dasar kelas tinggi yaitu pembelajaran berbasis masalah, pembelajaran kooperatif, pembelajaran berbasis proyek, pembelajaran pelayananan. Pembelajaran konsep, pembelajaran nilai.

3.       Model PAIKEM

Paikem dalam dunia pendidikan merupakan singkatan dari pembelajaran aktif, inovatif, kreatif, efektif dan menyenangkan. Paikem menghendaki peran seorang yang maksimal sebagai perancang pembelajaran untuk memotivasi dalam mengemas pembelajaran. Penguasaan guru untuk mengola kelas dengna baik akan berhasil guna mencapai tujuan pembelajaran. Istilah paikem mulai membumi dalam dunia pembelajaran walaupun pelaksanaannya masih belum merata. Model pembelajarn paikem terdiri dari teks acak , resume kelompok, pertanyaan dari siswa , penilaian instan, benar apa salah , kuis kelompok, teka teki silang.

B.      Pengertian Metode Pembelajaran

1.       Aspek Menyimak / Mendengarkan

Menyimak menurut Anderson adalah menyimak bermakna, mendengarkan dengan penuh pemahaman dan perhatian serta apresiasi. Pendapat ini dipertegas oleh Tarigan (1990 : 25) bahwa Menyimak adalah suatu proses kegiatan mendengarkan lambang-lambang lisan dengan penuh perhatian, pemahaman, apresiasi serta interpretasi untuk memperoleh informasi, menangkap isi atau pesan serta memahami makna komunikasi yang telah disampaikan oleh pembicara melalui ujaran atau bahasa lisan..
a.       Jigsaw (Model tim ahli)
Meode jigsaw adalah metode yang menggabungkan kegiatan membaca, menulis, mendengarkan, dan berbicara. Dalam teknik ini, guru memperhatikan skemata latar belakang pengalaman siswa dan membantuk siswa mengaktifkan skemata ini agar bahan pelajaran menjadi lebih berwarna. Selain itu, siswa bekerjasama dengan sesama siswa dalam Susana gotong royong dan mempunyai banyak kesempatan untuk mengolah informasi dan meningkatkan keterampilan berkomunikasi.
 Langkah-langkah jigsaw adalah sebagai berikut:
1)       Siswa dikelompokkan ke dalam empat anggota tim.
2)      Tiap orang dalam tim diberi bagian materi berupa judul dongeng yang berbeda-beda.
3)     Tiap orang dalam kelas yang mendapatkan judul dongeng yang sama berkumpul untuk mendiskusikan  cerita tersebut.
4)     Setelah selesai diskusi dengan anggota yang memiliki judul dongeng yang sama, tiap anggota kembali ke kelompok asal dan bergantian menceritakan dongeng yang telah dibahas dengan kelompok ahli.
5)     Tiap orang dalam kelompok asal mendengarkan apa yang diceritakan oleh salah satu temannya secara bergantian

b.       Think Pair and Share (Pikir Bareng dan Berbagi)
Menurut Ngalimun (2013:169) model pembelajaran ini merupakan tipe kooperatif dengan sintaks guru menyajikan materi klasikal , memberikan persoalan kepada siswa dan siswa bekerja kelompok dengan cara berpasangan sebangku-sebangku (think-pairs), presentasi kelompok (share), kuis individual, buat skor perkembangan tiap siswa, kemudian mengumumkan hasil kuis dan memberikan reward. Think-Pair-Share merupakan salah satu tipe pembelajaran kooperatif yang dikembangkan oleh Frank Lyman dari Universitas Maryland pada tahun 1985. Think-Pair-Share memberikan kepada para siswa waktu untuk berpikir dan merespon serta saling bantu satu sama lain. Sebagai contoh, seorang guru baru saja menyelesaikan suatu sajian pendek atau para siswa telah selesai membaca suatu tugas. Selanjutnya guru meminta kepada para siswa untuk menyadari secara serius mengenai apa yang telah dijelaskan oleh guru atau apa yang telah dibaca.
Langkah-langkah model pembelajaran think pairs and share meliputi:
1)       Guru menyampaikan inti materi dan kompetensi yang ingin dicapai.
2)       Siswa menyimak materi yang disampaikan oleh gurunya.
3)       Siswa diminta untuk berpikir tentang materi/permasalahan yang disampaikan guru.
4)      Siswa diminta berpasangan dengan teman sebangkunya dan mengutarakan hasil pemikiran masing- 
       masing.
5)      Guru memimpin pleno dikusi, tiap kelompok mengemukakan hasil diskusi.
6)      Berawal dari kegiatan tersebut mengarahkan pembicaraan pada pokok permasalahan dan menambah 
       materi yang belum diungkapkan para siswa.
7)       Guru melakukan kesimpulan.
8)       Penutup.
c.        KML atau DLA (Direct Listening Activities)
Tahapan-tahapan kegiatannya, adalah:
1)       Guru mengemukakan tujuan pembelajaran, membacakan judul teks simakan, bertanya jawab dengan siswa tentang hal-hal yang berkaitan dengan judul bahan simakan sebagai upaya untuk pembangkitan skemata siswa. Selanjutnya guru mengemukakan hal-hal pokok yang perlu dipahami siswa dalam menyimak
2)       Guru meminta siswa mendengarkan materi simakan yang dibacakan oleh guru.
3)       Guru melakukan tanya jawab tentang isi simakan. Pertanyaan tidak selalu harus diikat oleh pertanyaan yang terdapat dalam buku. Guru hendaknya menambahkan pertanyaan yang dikaitkan dengan konteks kehidupan siswa atau masalah lain yang actual
4)       Guru memberikan latihan/tugas/kegiatan lain yang berfungsi untuk mengembangkan keterampilan siswa dalam menyimak.

d.       MBL atau DLTA (Direct Listening Thinking Activities)
Tahapan-tahapan kegiatannya, adalah.
1)       Pada tahap ini guru memberitahukan judul cerita yang akan disimak, misalnya “Saat Sendirian di Rumah” Berdasarkan judul teresbut guru menanyakan kepada siswa Bagaimana seandainya malam hari sendirian di rumah? Untuk membangkitkan imajinasi siswa guru bisa menunjukkan gambar rumah yang gelap. Selanjutnya guru mengajukan pertanyaan Apa kira-kira isi cerita yang akan dibacakan, apa yang kira-kira menarik dari cerita itu, bagaimana seandainya peristiwa itu terjadi pada kalian? Dan sebagainya.
2)       Guru membacakan cerita dengan suara nyaring secara menarik dan hidup. Pada bagian tertentu yang dianggap memiliki hubungan dengan prediksi dan tujuan pembelajaran, guru menghentikan pembacaan dan mengajukan pertanyaan kepada siswa. Apa kesimpulan yang kalian peroleh, apa yang terjadi kemudian, apa yang terjadi selanjutnya dsb. Setelah tanya jawab dianggap cukup, guru melanjutkan membacakan lagi.
3)       Refleksi dan penyampaian pendapat. Guru mengakhiri pembacaan, selanjutnya guru meminta siswa untuk mengemukakan kembali isi cerita dan guru meminta pendapat siswa tentang unsur-unsur cerita, misalnya tentang watak tokoh, tentang alur, seting dsb.

2.       Aspek Berbicara

a.     Jigsaw (Model tim ahli)
Langkah-langkah jigsaw adalah sebagai berikut:
1)       Siswa dikelompokkan ke dalam empat anggota tim.
2)       Tiap orang dalam tim diberi bagian materi tugas yang berbeda.
3)       Tiap orang dalam tim diberi bagian materi yang ditugaskan.
4)       Anggota dari tim yang berbeda yang telah mempelajari bagian / sub bab yang sama bertemu dalam kelompok baru (kelompok ahli) untuk mendiskusikan sub bab mereka.
5)       Setelah selesai diskusi sebagai tim ahli, tiap anggota kembali ke kelompok asal dan bergantian mengajar teman satu tim mereka tentang sub bab yang mereka kuasai dan tiap anggota lainnya mendengarkan dengan sungguh-sungguh.
6)       Tiap tim ahli mempresentasikan hasil diskusi.
7)       Guru memberi evaluasi.

b.     Think Pair and Share (Pikir Bareng dan Berbagi)
Langkah-langkah model pembelajaran think pairs and share meliputi:
1)     Guru menyampaikan inti materi dan kompetensi yang ingin dicapai.
2)     Siswa diminta untuk berpikir tentang materi/permasalahan yang disampaikan guru.
3)     Siswa diminta berpasangan dengan teman sebangkunya dan membicarakan hasil pemikirannya.
4)     Guru memimpin pleno dikusi, tiap kelompok mengemukakan hasil diskusi.
5)     Berawal dari kegiatan tersebut mengarahkan pembicaraan pada pokok permasalahan dan menambah materi yang belum diungkapkan para siswa.

c.        Two Stay-Two Stray (TS-TS)
Model pembelajaran kooperatif tipe Two Stay Two Stray  (TS-TS) dikembangkan oleh Spencer Kagan. Metode ini bisa digunakan dalam semua mata pelajaran dan untuk semua tingkatan usia. Metode pembelajaran kooperatif tipe Two Stay Two Stray merupakan sistem pembelajaran kelompok dengan tujuan agar siswa dapat saling bekerjasama, bertanggung jawab, saling membantu memecahkan masalah dan saling mendorong untuk berprestasi. Metode ini juga melatih siswa untuk bersosialisasi dengan baik.
Langkah-langkah pelaksanaan model pembelajaran kooperatif tipe Two Stay Two Stray yaitu:
1)       Guru membagi siswa dalam beberapa kelompok yang setiap kelompoknya terdiri dari empat siswa. Kelompok yang dibentuk merupakan kelompok heterogen seperti pada pembelajaran kooperatif tipe Two Stay Two Stray yang bertujuan untuk memberikan kesempatan pada siswa untuk saling membelajarkan dan saling mendukung.
2)       Guru memberikan subpokok tentang karangan bebas pada tiap-tiap kelompok untuk dibahas bersama-sama dengan anggota kelompoknya masing-masing.
3)       Siswa bekerjasama dalam kelompok beranggotakan empat orang. Hal ini bertujuan untuk memberikan kesempatan kepada siswa untuk dapat mengungkapakan gagasannya
4)       Setelah selesai, dua orang dari masing-masing kelompok meninggalkan kelompoknya untuk bertamu ke kelompok lain. 
5)       Dua orang yang tinggal dalam kelompok bertugas meceritakan hasil dari karangannya.
6)       Masing-masing kelompok mempresentasikan hasil kerja mereka.

d.       Cerita Berangkai Tujuan
Tahap-tahap cerita berangakai
1)          guru memberikan penjelasan singkat tentang kegiatan hari itu,
2)          siswa membagi kelompok,
3)          kelompok menentukan topik yang akan dibawakan di depan kelas,
4)          siswa bercerita secara berangkai di depan kelas,
5)          kelompok lain memberi komentar tentang cerita berangkai temannya,
6)          guru merefleksikan hasil pembelajaran hari itu                                                  

3.       Aspek Membaca
a.       PAIKEM (teks acak)
Strategi ini sanga baik dignakan nuk mata pelajaran Bahasa, meskipun dapat juga digunakan untuk mata pelajaran yang lain.
Langkah-langkah teks acak :
1)       Pilih bacaan yang akan disampaikan
2)       Potong bacaan tersebut menjadi beberapa bagian. Potongan bisa dilakukan perkalimat, atau per dua kalimat
3)       Bagi siswa menjadi kelompok kecil
4)       Beri setiap kelompok satu bacaan utuh yang sudah dipotong-potong.
5)       Tugas siswa adalah menyusun bacaan sehingga dapat dibaca dengan urut.
6)       Pelajari teks bacaab siwa, dengan cara yang anda kehendaki

b.       Cooperative Integrated Reading and Composition (CIRC)
Langkah-langkah model ini dalam proses pembelajaran yaitu:
1)       Membentuk kelompok yang anggotanya empat orang secara heterogen.
2)       Guru memberikan wacana/kliping sesuai dengan topik pembelajaran.
3)       Siswa bekerja sama saling membacakan dan menentukan ide-ide pokok dan memberi tanggapan terhadap wacana/kliping dan ditulis pada lembar kertas.
4)       Perwakilan dari kelompok mempresentasikan atau mebacakan hasil kelompok.
5)       Guru membuat kesimpulan bersama.
6)       Penutup.

c.        Kegiatan Membaca Langsung/ KML atau DRA Direct Reading Activities)
Adapun tahapan pengajarannya, adalah sebagai berikut.
1)       Guru mengemukakan tujuan pembelajaran, membacakan judul teks, bertanya jawab dengan siswa tentang hal-hal yang berkaitan dengan judul bacaan sebagai pembangkitan pengalaman dan pengetahuan siswa serta mengemukakan hal-hal pokok yang perlu dipahami siswa dalam membaca.
2)       Guru meminta siswa membaca dalam hati. Setelah siswa membaca guru melakukan tanya jawab tentang nisi bacaan. Pertanyaan tidak selalu harus diikat oleh pertanyaan seperti yang ada dalam buku teks. Guru bisa menambahkan pertanyaan sesuai dengan konteks kehidupan siswa maupun permasalahan lain yang aktual.
3)       Guru memberikan tugas latihan yang ditujukan untuk mengembangkan pemahaman dan keterampilan siswa sejalan dengan kegiatan membaca yang telah dilakukannya. Kegiatan itu bisa berupa menjelaskan makna kata-kata sulit dengan menggunakan kamus, membuat ikhtisar bacaan, mempelajari penggunaan struktur, ungkapan, dan peribahasa dalam bacaan.
d.       SQ3R (Survey, Questions, Read, Recite, Review)
Tahapan kegiatannya, adalah
1)       Guru meminta siswa membaca teks secara cepat (survey). Setelah itu guru meminta siswa membuat pertanyaan tentang bacaan (questions). Pertanyaan dapat langsung memanfaatkan pertanyaan pada tahap pramembaca. Tujuan pertanyaan ini, adalah untuk membentuk konsentrasi siswa dan membangkitkan pengetahuan dan pengalaman awalnya.
2)       Setelah membuat pertanyaan, siswa melakukan kegiatan membaca (read). Sambil membaca, siswa membuat jawaban pertanyaan dan catatan ringkas yang relevan (recite).
3)       Siswa melakukan review, misalnya membahas kesesuaian pertanyaan dengan isi bacaan, maupun kegiatan lanjutan lain yang secara kreatif bisa dikembangkan oleh guru.
e.        MTJ atau Request (Reading-Question)
Tahapan kegiatannya, adalah:
1)       Guru menjelaskan tujuan pengajaran, problem yang harus dipecahkan siswa, dan cara yang dilakukan siswa untuk memecahkan masalah
2)       Guru dan siswa melakukan pemecahan masalah, misalnya menemukan fakta, mendapat ide pokok,penggunaan ungkapan, pendapat yang tidak relevan dengan fakta, dansebagainya. Untuk memecahkan masalah tersebut, guru dan siswa melakukan kegiatan membaca paragraf pertama bacaan
3)       Setelah membaca paragraf pertama bacaan, guru meminta siswa meramalkan kemungkinan isi paragraf berikutnya. Guru dan siswa melakukan kegiatan membaca dalam hati. Paragraf yang dibaca bisa satu paragraf atau lebih bergantung pada kemungkinan waktu yang tersedia.
4)       Tahap terakhir, adalah tanya jawab dan pembahasan jawaban pertanyaan.

f.        MBL atau DRTA (Direct Reading Thinking Activities)
Adapun langkah-langkah kegiatannya, adalah.
1)  Guru meminta siswa membaca judul teks bacaan. Apabila mungkin, siswa diminta memperhatikan gambar, dan subjudul secara cepat. Setelah itu guru bertanya kepada siswa sebagai pembangkit prediksi dan penciptaan konsentrasi saat membaca. Pertanyaan tersebut misalnya “Apa kira-kira isi paragraf selanjutnya? Mengapa Kalian membuat pemikiran demikian?”
2)   Guru meminta siswa untuk membaca dalam hati satu atau dua paragraf bacaan dengan berkonsentrasi untuk menemukan kebenaran/kesalahan peramalan yang dilakukan semula.
3)   Bagian lanjut bacaan yang belum dibaca/ditanyakan ditutup dulu dengan kertas. Setelah membaca dalam hati guru mengajukan pertanyaan, “Apa kira-kira isi paragraf berikutnya?” “Mengapa Kalian memperkirakan demikian?”
4)    Langkah seperti tersebut di atas dilakukan sampai dengan bacaan itu habis/selesai dibaca. Selanjutnya dapat dilakukan menjawab pertanyaan tentang isi bacaan atau kagiatan yang lain.

4.       Aspek menulis

a.       Model Brainstorming
Metode  brainstorming adalah  teknik mengajar yang dilaksanakan guru dengan cara melontarkan suatu masalah ke kelas oleh guru, kemudian siswa menjawab, menyatakan pendapat, atau memberi komentar sehingga memungkinkan masalah tersebut berkembang menjadi masalah baru . Secara singkat dapat diartikan sebagai satu cara untuk mendapatkan banyak/berbagai ide dari sekelompok manusia dalam waktu yang singkat (Roestiyah 2001: 73).
Langkah-langkah Brainstorming
Guru menjelaskan masalah yang dihadapi beserta latar belakangnya dan mengajak siswa aktif untuk menyumbangkan pemikirannya.
2)       Tahap Identifikasi (Analisa)
Pada tahap ini siswa diundang untuk memberikan sumbang saran pemikiran sebanyak-banyaknya. Semua saran yang masuk ditampung, ditulis dan tidak dikritik. Pimpinan kelompok dan peserta hanya boleh bertanya untuk meminta penjelasan. Hal ini agar kreativitas siswa tidak terhambat.
Semua saran dan masukan peserta ditulis. Langkah selanjutnya mengklasifikasikan berdasarkan kriteria yang dibuat dan disepakati oleh kelompok. Klasifikasi bisa berdasarkan struktur/ faktor-faktor lain.
4)       Tahap Verifikasi
Kelompok secara bersama melihat kembali sumbang saran yang telah diklasifikasikan. Setiap sumbang saran diuji relevansinya dengan permasalahannya. Apabila terdapat sumbang saran yang sama diambil salah satunya dan sumbang saran yang tidak relevan bisa dicoret. Kepada pemberi sumbang saran bisa diminta argumentasinnya.
5)       Tahap Konklusi (Penyepakatan)
                                    Guru/pimpinan kelompok beserta peserta lain mencoba menyimpulkan butir-butir alternatif    

                                           pemecahan masalah yang disetujui. Setelah semua puas, maka diambil kesepakatan terakhir 
                                           cara pemecahan masalah yang dianggap paling tepat.






DAFTAR PUSTAKA



Suryani, Nunuk, Leo Agung. 2012. Strategi Belajar Mengajar. Yogyakarta: Penerbit Ombak.


Hosnan. 2014. Pendekatan Saintifik dan Kontekstual dalam Pembelajaran Abad 21. Bogor: Penerbit Ghalia Indonesia.

Ngalimun. 2012. Strategi Belajar Mengajar. Yogyakarta: Penerbit Aswaja.