Friday, September 27, 2019

PEMILIHAN, PEMANFAATAN, DAN EVALUASI MEDIA PEMBELAJARAN






A.             Pemilihan Media Pembelajaran

 

Pada saat akan menetukan media pembelajaran mana yang paling cocok dipilih dan digunakan dalam kegiatan  pembelajaran, terlebih dahulu yang perlu dipahami adalah belum ada satu  pedoman  yang pasti dan jelas yang memberi petunjuk untuk mengadakan pemilihan media pembelajaran dan terdapat banyak jenis media pembelajaran dan kemungkinan-kemungkinan untuk memilih media tersebut. Masih banyak guru SD belum memiliki pemahaman yang utuh tentang jenis dan karakteristik dari suatu media pembelajaran sehingga mereka cukup sulit menentukan suatu media pembelajaran atau kombinasinya untuk menyajikan bahan ajar. Ada kecenderungan para guru tersebut memilih jenis media pembelajaran yang paling mereka sukai atau yang mereka kenal walaupun tidak begitu relevan dengan kompetensi atau tujuan pembelajaran yang ingin dicapai.
Kegiatan pemilihan media pembelajaran ini merupakan bagian tak terpisahkan dari keseluruhan proses penggunaan media pembelajaran. Jika salah dalam memilih media pembelajaran ini, maka akan berpengaruh terhadap keberhasilan dalam melaksanakan proses pembelajaran. Memilih media harus selalu dikaitkan dengan kompetensi/tujuan pembelajaran yang akan dicapai, sifat-sifat bahan ajar yang akan disampaikan, strategi pembelajaran yang akan digunakan, dan sistem evaluasinya. Media pembelajaran sangat banyak ragamnya dan setiap media memiliki kelebihan dan kelemahannya, tidak ada media pembelajaran yang paling baik yang dapat digunakan untuk segala situasi dan kondisi.
Perlu sekali dipikirkan, pertimbangan-pertimbangan apa saja yang dapat dijadikan pegangan di dalam memilih media pembelajaran tersebut sehingga kesalahan-kesalahan dalam pemilihan media ini dapat dihindari sejauh mungkin. Terdapat tiga hal utama yang perlu dijadikan pertimbangan dalam pemilihan media pembelajaran yaitu:

1.         Tujuan pemilihan media pembelajaran

Memilih media pembelajaran yang akan digunakan harus berdasarkan maksud dan tujuan pemilihan yang jelas. Apakah digunakan untuk kegiatan pembelajaran atau untuk pemberian informasi yang sifatnya umum  atau untuk sekedar hiburan saja. Jika digunakan untuk kegiatan pembelajaran, apakah untuk pembelajaran yang sifatnya individual atau kelompok (klasikal). Tujuan pemilihan ini sangat berkaitan dengan kemampuan dalam menguasai berbagai jenis media pembelajaran beserta karakteristiknya.

2.         Karakteristik media pembelajaran

Setiap media pembelajaran memiliki karakteristik tertentu, baik dilihat dari segi keandalannya, cara pembuatannya, maupun cara penggunaannya. Pemahaman terhadap karakteristik  berbagai media pembelajaran merupakan kemampuan dasar yang perlu dimiliki dalam kaitannya dengan pemilihan media pembelajaran ini. Selain itu, kemampuan ini, memberikan kemungkinan kepada guru untuk menggunakan berbagai jenis media pembelajaran secara bervariasi. Apabila guru kurang memahami karakteristik media pembelajaran tersebut, guru akan dihadapkan pada kesulitan-kesulitan dan biasanya cenderung bersikap spekulatif.

3.         Alternatif media pembelajaran yang dapat dipilih

Memilih media pada dasarnya merupakan proses mengambil atau menentukan keputusan dari berbagai pilihan (alternatif) yang ada. Kita bisa menentukan pilihan media mana yang akan digunakan apabila terdapat berbagai  media  yang dapat diperbandingkan, apabila media pembelajaran itu hanya ada satu jenis maka kita tidak akan dapat memilih, tetapi harus menggunakan media pembelajaran yang ada tersebut.
Supaya media yang dipilih itu tepat, selain kita harus mempertimbangkan ketiga hal tersebut di atas, perhatikan pula beberapa faktor berikut ini:

a.         Rencana pembelajaran

Rencana pembelajaran atau satuan pembelajaran ini harus sesuai dengan kurikulum yang berlaku. Media yang dipilih pun  harus sesuai dengan rencana  pembelajaraan dan kurikulum tersebut.

b.         Sasaran belajar

Maksud sasaran belajar ini siswa yang akan menerima pesan atau informasi melaui media pembelajaran. Media yang dipilih harus disesuaikan dengan tingkat perkembangan siswa, misalnya dari segi bahasanya, simbol-simbol  yang digunakannya, cara menyajikannya  atau juga waktu penggunaannya.

c.          Tingkat keterbacaan media (reliability)

Maksudnya apakah media pembelajaran tersebut sudah memiliki syarat-syarat teknis, seperti kejelasan gambar, huruf, dan pengaturan warna. Apabila hal ini tidak diperhatikan tentu saja ankan mengganggu jalannya proses pembelajaran.

d.         Situasi dan kondisi

Misalnya situasi dan kondisi tempat atau ruangan yang dipergunakan untuk kegiatan belajar mengajar, seperti: ukurannya perlengkapannya ventilasinya, dan cahayanya. Bisa juga keaadaan siswanya, seperti jumlah siswa, minat, dan motivasi belajarnya.

e.          Objektivitas

Maksudnya harus terhindar dari pemilihan media yang didasari oleh kesenangan pribadi semata (subjektif). Memang unsure subjektivitas ini agak sulit dihindari, untuk mengatasinya sebaiknya selalu meminta pandangan atau pendapat atau saran dan koreksi dari teman-teman sejawat di lingkunga sekolah dan bisa juga meminta pendapat dari siswa (Anitah, Sri dkk, 2009: 6.36-6.38).Menurut Munadi (2008: 185-193), untuk memudahkan dalam memilih media, tentunya lebih dahulu harus diingat bahwa media pembelajaran adalah bagian dari system insruksional. Artinya, keberadaan media tersebut tidak terlepas dari konteksnya sebagai komponen dari sistem instruksional secara keseluruhan. Berdasarkan komponen-komponen dari sistem instruksional inilah kriteria pemilihan media dibuat. Kriteria-kriteria yang menjadi fokus di sini antara lain, karakteristik siswa, tujuan pembelajaran, bahan ajar, karakteristik medianya itu sendiri, dan sifat pemanfaatan media.

1.         Karakteristik Siswa

Karakteristik siswa adalah keseluruhan pola kelakuan dan kemampuan yang ada pada siswa sebagai hasil dari pembawaan dan pengalamannya sehingga menentukan pola aktivitas dalam meraih cita-citanya.
Setidaknya ada tiga hal yang berkaitan dengan karakteristik siswa, yaitu:
a.          Karakteristik atau keadaan yang berkenaan dengan kemampuan awal atau prerequisite skills, yakni kemampuan yang diperlukan untuk mencapai tujuan pembelajaran. Kemampuan ini merupakan hasil dari berbagai pengalaman masing-masing siswa.
b.       Karakteristik yang berhubungan dengan latar belakang, lingkungan hidup, dan status sosial (sociocultural).
c.       Karakteristik yang berkenaan dengan perbedaan-perbedaan kepribadian,  meliputi:
1)         Fungsi kognitif mencakup taraf integensia dan daya kreativitas, bakat khusus, organisasi kognitif, taraf kemampuan berbahasa, daya fantasi, gaya belajar, teknik-teknik belajar.
2)         Fungsi konotif-dinamik mencakup karakter-hasrat-berkehendak, motivasi belajar, perhatian-konsentrasi.
3)         Fungsi afektif mencakup temperamen, perasaan, sikap, dan minat.
4)         Fungsi sensor-motorik.
5)         Beberapa hal ini yang menyangkut kepribadian siswa seperti individualitas biologis, kondisi mental, vitalitas psikis, dan perkembangan kepribadian.
Bagi guru, informasi mengenai karakteristik siswa senantiasa akan sangat berguna dalam memilih dan menentukan pola-pola pengajaran yang lebih baik, yang dapat menjamin kemudahan belajar bagi setiap siswa. Guru akan dapat merekonstuksi dan mengorganisasikan materi pelajaran sedemikian rupa, memilih dan menentukan metode dan media yang lebih tepat, sehingga akan terjadi proses interaksi dari masing-masing komponen belajar-mengajar secara optimal. Hal ini jelas menantang guru untuk selalu kreatif dalam rangka menciptakan kegaiatan yang bervariasi, agar masing-masing individu siswa dapat berpartisipasi secara maksimal dalam proses pembelajarannya.

2.            Tujuan Belajar

Dalam pertimbangan lainnya adalah merumuskan tujuan belajar. Secara umum tujuan belajar yang diusahakan untuk dicapai meliputi tiga hal, yakni untuk mendapatkan pengetahuan, penanaman konsep dan ketrampilan, serta pembentukan sikap. Ketiganya dimaksudkan untuk mencapai hasil yang diharapkan. Relevan dangan hal ini, hasil belajar tersebut meliputi:
a.         Hal ihwal keilmuan dan pengetahuan, konsep atau fakta (kognitif).
b.         Hal ihwal personal, kepribadian atau sikap (afektif).
c.          Hal ihwal kelakuan, keterampilan atau penampilan (psikomotorik).
Ketiga hasil belajar di atas dalam pengajaran merupakan tiga hal yang secara programatik terpisah, namun dalam kenyataannya pada diri siswa akan merupakan satu kesatuan yang utuh dan bulat. Dengan demikian dalam sebuah rencana pembelajaran, hendaknya guru melakukan pilihan-pilihan media yang sesuai dengan tujuan, yakni yang dapat membantu pencapaian hal ihwal berkenaan ranah kognitif, afektif, atau psikomotorik.
Melengkapi uraian di atas, di sini dikutip pendapat Allen yang mengemukakan tentang hubungan antara media dengan tujuan pembelajaran, sebagaimana terlihat dalam tabel di bawah ini:
Tabel 10.1
Hubungan Antara Media dengan Tujuan Pembelajaran

Jenis Media
1
2
3
4
5
6
Gambar Diam
Sedang
Tinggi
Sedang
Sedang
Rendah
Rendah
Gambar Hidup
Sedang
Tinggi
Tinggi
Tinggi
Sedang
Sedang
Televisi
Sedang
Sedang
Tinggi
Sedang
Rendah
Sedang
Obyek Tiga Dimensi
Rendah
Tinggi
Rendah
Rendah
Rendah
Rendah
Rekaman Audio
Sedang
Rendah
Rendah
Sedang
Rendah
Sedang
Programmed Instruction
Sedang
Sedang
Sedang
Tinggi
Rendah
Sedang
Demonstrasi
Rendah
Sedang
Rendah
Tinggi
Sedang
Sedang
Buku Teks Tercetak
Sedang
rendah
Sedang
Sedang
Rendah
Sedang
Keterangan:
                                1 = Belajar Informasi Faktual
                                2 = Belajar Pengenalan Visual
                                3 = Belajar Prinsip, Konsep dan Aturan
                                4 = Prosedur Belajar
                                5 = Penyampaian Keterampilan Presepsi Motorik
                                6 = Mengembangkan Sikap, Opini dan Motivasi
Kriteria yang paling utama dalam pemilihan media bahwa media harus disesuaikan dengan tujuan pembelajaran atau kompetensi yang ingin dicapai. Misalnya, bila tujuan atau kompetensi peserta didik bersifat menghafalkan kata-kata tentunya media audio yang tepat untuk digunakan. Jika tujuan atau kompetensi yang dicapai bersifat memahami isi bacaan maka media cetak yang lebih tepat digunakan. Kalau tujuan pembelajaran bersifat motorik (gerak dan aktivitas), maka media film dan video bisa digunakan.

3.            Sifat Bahan Ajar

Isi pelajaran tau bahanajar memiliki keragaman dari sisi tugas yang ingin dilakukan siswa. Tugas-tugas tersebut biasanya menuntut adanya aktivitas dari para siswanya. Setiap kategori pembelajaran itu menuntut aktivitas atau perilaku yang berbeda-beda dan dengan demikian akan mempengaruhi pemilihan media beserta teknik pemanfaatannya.
Banyak jenis aktivitas yang biasa dilakukan siswa di sekolah. Ini bahan ajar tidak cukup hanya menuntut aktivitas siswa seperti mendengarkan dan mencatat, tetapi menurut B. Diedrich dalam (Munadi,2008:190), aktivitas siswa dalam belajar di sekolah terdapat 177 jenis. Jumlah yang banyak itu oleh Diedrich kemudian dikelompokkan menjadi delapan sebagai berikut:
a.         Visual activities, yang termasuk di dalamnya misalnya, membaca, memperhatikan gambar, memperhatikan demonstrasi, percobaan dan pekerjaan orang lain.
b.         Oral activities, seperti menyatakan, bertanya, member saran, mengeluarkan pendapat, mengadakan wawancara, diskusi, dan interupsi.
c.          Listening activities, sebagai contoh mendengarkan; uraian, percakapan, diskusi, musik, pidato/ceramah.
d.         Writing activities, seperti mencatat poin-poin penting yang didengarkan, menulis karangan, cerita menyusun angket, menyalin.
e.          Drawing activities, misalnya menggambar, membuat grafik, peta, diagram.
f.          Motor activities, yang termasuk di dalamnya antara lain; melakukan percobaan, membuat konstruksi, model mereparasi, bermain, berkebun dan berternak.
g.          Mental activities, sebagai contoh, menanggapi mengingat, memecahkan soal, menganalisa, melihat hubungan, mengambil keputusan.
h.         Emotional activities, seperti menaruh minat, merasa bosan, gembira, bersemangat, bergairah, berani, tenang dan gugup.
Jadi dengan klasifikasi aktivitas sebagai wujud dari implementasi bahan ajar seperti diuraikan di atas, menunjukkan bahwa aktivitas di sekolah itu cukup kompleks dan bervariasi. Kalau berbagai macam kegiatan didukung oleh media pembelajaran yang tepat, tentunya lingkungan belajarpun akan lebih dinamis, tidak membosankan dan benar-benar menjadi pusat aktivitas belajar yang maksimal dan bahkan akan memperlancar peranannya sebagai pusat dan transformasi kebudayaan. Ini semua merupakan tantangan yang menuntut jawaban dari para guru. Di sini, kreativitas guru mutlak diperlukan untuk merencanakan dan menciptakan media dan lingkungan belajar yang dapat mengaktifkan siswa dalam kegiatan-kegiatan yang bervariasi.

4.            Pengadaan Media

Dilihat dari segi pengadaannya, menurut Arief S. Sadiman dalam (Munadi, 2008: 191), media dapat dibagi menjadi dua macam yaitu:
a.         Pertama, media jadi (by utilization), yakni media yang sudah menjadi komoditi perdagangan. Walaupun hemat waktu, hemat tenaga, dan hemat biaya bila dilihat dari kestabilan materi dan penggunaannya, namun kecil kemungkinan sesuai tujuan pembelajaran. Hal ini disebabkan, tujuan pembuatan media tersebut (oleh produser/perusahaan) tidak khusus untuk mencapai tujuan pembelajaran yang spesifik seperti yang biasa terjadi di kelas, tetapi tujuan tersebut dibuat lebih umum untuk kelompok sasaran yang umum juga. Ada beberapa cara untuk memanfaatkan media jadi ini agar tetap dapat membantu mengefisiensi dan mengefektifkan proses pembelajaran, yakni terlebih dahulu guru mempelajari media bersangkutan untuk mengetahui bagian-bagian mana yang sesuai dengna tujuan dan materi. Langkah berikutnya adalah mengintegrasikan bahan media jadi tersebut dengan rencana pembelajaran, meliputi tujuan, materi, metode, waktu, dan hirarki belajar.
b.         Kedua, media rancangan (by design), yaitu media yang dirancang secara khusus untuk mencapai suatu tujuan pembelajaran tertentu. Oleh karena itu, media ini besar kemungkinana sesuai tujuan pembelajaran.
Aspek teknis lainnya yang butuh perhatian dan menjadi pertimbangan pemilihan media adalah kemampuan biaya, ketersediaan waktu, tenaga, fasilitas, dan peralatan pendukkung. Karena aspek-aspek tersebut seringkali menjadi penghambat dalam pengembangan dan pemanfaatan media pembelajaran secara maksimal.

5.            Sifat Pemanfaatan Media

Pada bab terdahulu disebutkan bahwa istilah pembelajaran (instructional) mempunyai pengertian yang lebih luas dibanding “pengajaran”. Jika kata “pengajaran” ada dalam konteks tatap muka antara guru dengan siswanya di kelas (ruang) formal, maka pembelajaran di samping mengandung makna pengajaran seperti itu juga mencakup pula kegiatan belajar mengajar yang tidak dihadiri guru secara fisik.
Dengan demikian, dalam pemilihan media untuk proses belajar mengajar perlu juga mempertimbangkan sifat pemanfaatannya. Dilihat dari sifat pemanfaatannya, media pembelajaran terdapat dua macam, yaitu media primer dan media sekunder:
a.         Media primer, yakni media yang diperlukan atau harus digunakan guru untuk membantu siswa dalam proses pembelajarannya. Media semacam ini biasanya dimanfaatkan guru dalam proses pengajaran di kelas, yakni sebagai alat bantu proses belajar mengajar. Karena sifatnya “diperlukan”, maka guru harus betul-betul memiliki kemampuan untuk mengintegrasikan media tersebut dalam perencanaan pembelajaran di kelas, yakni meliputi karakteristik siswa, tujuan, materi, sequence, waktu yang tersedia, dan lain-lain.
b.         Media sekunder, media ini bertujuan untuk memberikan pengayaan materi. Media sekunder ini bisa disebut juga sebagai media pembelajaran dalam arti luas, yakni dapat dijadikan sumber belajar di mana para siswa dapat belajar secara mandiri atau berkelompok. Media opsional ini dapat dibuat guru sendiri atau bersama-sama dengan para siswanya. Bila media tersebut dibuat oleh para siswa, maka guru sebagai pengarah dari keseluruhan rancangannya. Kedua macam media tersebut di atas, tentunya tidak cukup hanya memiliki kesesuaian dengan tujuan, materi, dan karakteristik siswa saja, tetapi juga memerlukan sejumlah keahlian dan pengalaman professional guru. Guru pun hendaknya mengetahui potensi media, maka dengan demikian ia juga harus terlebih dahulu mengetahui karakteristik masing-masing jenis media seperti telah dibahas pada bab terdahulu. Jika tidak, media tersebut akan kehilangan perannya dalam proses pembelajaran.

B.             Pemanfaatan Media Pembelajaran

1.              Landasan Pemanfaatan Media Pembelajaran

Landasan pemanfaatan media pembelajaran terdiri dari empat perspektif utama, yaitu landasan psikologis, teknologis, empirik, dan filosofis. Masing-masing diuraikan sebagai berikut:

a.              Landasan Psikologis

Belajar merupakan proses yang kompleks dan unik karena melibatkan aspek kepribadian peserta didik, baik secara fisik maupun mental. Keterlibatan seluruh aspek kepribadian tersebut akan nampak  dari perilaku belajar peserta didik. Perilaku belajar sifatnya unik, artinya perilaku yang terjadi pada peserta didik  yang satu belum tentu berlaku bagi peserta didik yang lainnya.  Perilaku tersebut dipengaruhi oleh gaya belajar (visual vs auditif) gaya kognitif, bakat, minat, tingkat kecerdasan, kematangan intelektual, dan lain sebagainya yang dapat dicirikan melalui karakteristik peserta didik secara individu. Kajian psikologi menyatakan bahwa peserta didik akan lebih mudah mempelajari hal yang konkrit ketimbang yang abstrak.

b.              Landasan Teknologis

Penerapan teknologis dalam pembelajaran akan memudahkan peserta didik untuk belajar sesuai dengan karakteristiknya. Teknologi bekerja mulai dari pengembangan dan pengujian teori-teori tentang berbagai media pembelajaran melalui penelitian ilmia, dilanjutkan dengan pengembangan desainnya, produksi, evaluai, dan pemilihan media yang telah diproduksi, pembuatan katalog untuk memudahkan  layanan penggunaannya, mengembangkan prosedur penggunaannya dan akhirnya menggunakannya, baik pada tingkat kelas maupun pada tingkat yang lebih luas lagi (diseminasi).
Jadi, dalam kaitannya dengan teknologi, media pembelajaran merupakan proses kompleks  dan terpadu yang melibatkan orang, prosedur, ide, peralatan, dan organisasi untuk menganalisis masalah, mencari alternatif pemecahannya, mengevaluasi, serta memutuskan alternatif pengelolaan pemecahan masalah dalam situasi dimana kegiatan belajar berlangsung.

c.              Landasan Empirik

Berbagai temuan penelitian menunjukkan bahwa ada interaksi antara penggunaan media pembelajaran dengan karakteristik belajar peserta didik dalam menentukan hasil belajar peserta didik.  Artinya, peserta didik akan mudah dalam belajar jika ia belajar dengan menggunakan media yang sesuai dengan karakteristiknya. Peserta didik yang memiliki gaya belajar visual akan lebih mendapatkan keuntungan dari menggunakan media visual, seperti film, video, gambar, atau diagram. Sedangkan peserta didik yang memiliki gaya belajar auditif lebih mendapatkan keuntungan dari penggunaan media pembelajaran auditif seperti rekaman suara, radio, atau ceramah dari guru/pengajar. Akan lebih tepat dan menguntungkan peserta didik dari kedua tipe belajar tersebut jika menggunakan media audio visual. Berdasarkan landasan rasional empiris tersebut, maka pemilihan media pembelajaran hendaknya jangan hanya dilandasi faktor kesukaan guru, tetapi juga perlu mempertimbangkan kesesuaian antara karakteristik peserta didik, karakteristik materi pelajaran, dan karakteristik media pembelajaran itu sendiri. Atas dasar ini, maka prinsip penyesuaian jenis media yang akan digunakan dalam kegiatan pembelajaran dengan karakteristik individual peserta didik menjadi semakin optimal.

d.              Landasan Filosofis

Terdapat perdebatan dua pandangan, yang pertama berpendapat bahwa penggunaan media pembelajaran dapat menyebabkan dehumanisasi, sedangakan pandangan kedua berpendapat bahwa penggunaan  media pembelajaran justru akan memudahkan peserta didik dalam belajar. Namun demikian, hendaknya dua pandangan tersebut tidak berlarut diperdebatkan, yang penting diperhatikan justru bagaimana pandangan guru terhadap peserta didik dalam proses pembelajaran. Jika guru menganggap peserta didik sebagai manusia yang mempunyai kepribadian, harga diri, motivasi, dan memiliki kemampuan pribadi yang berbeda dengan yang lain, maka baik menggunakan media hasil teknologi baru atau tidak, proses pembelajaran yang dilakukan akan tetap menggunakan pendekatan humanis.
Dengan memperhatikan kompleks dan uniknya proses belajar, maka ketepatan pemilihan media dan metode pembelajaran akan sangat berpengaruh terhadap hasil belajar peserta didik. Di samping itu, persepsi peserta didik juga sangat mempengaruhi hasil belajar. Oleh sebab itu, dalam pemilihan media, di samping memperhatikan kompleksitas dan keunikan proses belajar, memahami makna persepsi serta factor-faktor yang berpengaruh terhadap penjelasan persepsi hendaknya diupayakan secara optimal agar proses pembelajaran dapat berlangsung secara efektif (Karwati dan Donni Juni Priansa, 2014: 226-229).

2.              Manfaat Media Pembelajara di Sekolah

Arief S. Sadiman  dalam (Munadi, 2008: 208), membagi pemanfaatan media pembelajaran  pada dua pola, yakni pemanfaatan media dalam situasi belajar-mengajar di dalam kelas atau ruang (seperti auditorium) dan pemanfaatan media di luar kelas. Dalam konteks pemanfaatannya di dalam kelas, kehadirannya dimaksudkan untuk menunjang tercapainya tujuan tertentu. Oleh karena itu, guru hendaknya memiliki kemampuan untuk mengintegrasikan media ke dalam rencana pembelajaran meliputi tujuan, materi, strategi, dan juga waktu yang tersedia. Ada beberapa langkah yang perlu diperhatikan dalam pemanfaatan media pembelajaran di kelas ini, yaitu;
a.              Persiapan guru
b.              Persiapan kelas
c.              Penyajian
d.              Langkah lanjutan dan aplikasi
           Pola kedua adalah pemanfaatan media pembelajaran di luar kelas. Pola kedua ini memperkuat posisi  media sebagai sumber belajar. Pola pemanfaatan media di luar kelas menurut Arief S. Sadiman dalam (Munadi, 2008: 211) dapat dibedakan dalam tiga kelompok yakni kelompok yang terkontrol, tiak terkontrol (bebas) dan jumlah sasarannya.
a.     Pemanfaatan media pembelajaran secara terkontrol, yakni media itu digunakan dalam suatu rangkaian 
      kegiatan yang diatur secara sistematik untuk mencapai tujuan tertentu.
b.   Pemanfaatan media secara bebas (tidak terkontrol), yakni pemanfaatan tanpa ada control atau
     pengawasan.
c.    Pemanfaatan media dilihat dari jumlah penggunaannya, yakni secara perorangam, kelompok dan 
      massal.

3.              Pemanfaatan Perpustakaan Sebagai Sumber Belajar

Dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia, pustaka artinya kitab, buku. Dalam bahasa Inggris, perpustakaan disebut library. Istilah ini berasal dari kata Latin, liber atau libri artinya buku. Dari kata Latin tersebut, terbentuklah istilah libraries yang artinya tentang buku. Dengan demikian, tidaklah aneh bila dalam semua bahasa, istilah-istilah untuk perpustakaan selalu dikaitkan dengan buku atau kitab.
Al-Jahiz dalam (Munadi, 2008: 210) memberikan ilutrasi yang menarik, sebagai berikut:“buku akan diam, selama Anda membutuhkan kesunyian dan keheningan, akan fasih berbicara kapanpun Anda menginginkan wacana. Ia tidak pernah menyela Anda jika Andasedang berbicara, tetapi jika Anda merasa kesepian maka ia akan menjadi sekutu yang baik. Ia adalah teman yang tidak pernah mencurangi atau memuji Anda dan ia adalah teman yang tidak pernah membosankan Anda.”
Dengan melakukan pengembangan dan produksi berbagai macam media pembelajaran, maka diperpustakaan-perpustakaan modern ini tidak hanya menyediakan koleksi buku saja, melainkan juga mencakup film, slide, rekaman phonographs, kaset, piringan hitam, microfiche, micro-opaque,dll. Perpustakaan yang demikian itu adalah perpustakaan yang kaya akan sumber belajar. 

4.              Pusat Sumber Belajar (PSB)

Sumber belajar pada hakikatnya merupakan komponen sistem instruksional yang meliputi pesan, orang, bahan, alat, teknik dan lingkungan, yang mana hal itu dapat mempengaruhi hasil belajar siswa. Dengan demikian sumber belajar dapat dipahami sebagai segala macam sumber yang ada d luar diri seseorang (peserta didik) dan memungkinkan (memudahkan) terjadinya proses belajar. Untuk menjamin bahwa sumber belajar tersebut adalah sumber belajar yang cocok, sumber tersebut harus memenuhi ketiga pesyaratan sebgai berikut:
a.         Harus tersedia dengan cepat
b.         Harus memungkinkan siswa untuk memacu dirinya sendiri
c.          Harus bersifat individual
Berdasarkan pada persyaratan tersebut, maka sebuah sumber belajar harus berorientasi pada siswa secara individual yang berbeda dengan sumber belajar yang dibuat berdasarkan pada pendekatan yang berorientasi pada guru/ lembaga pendidikan. Secara historis menurut Mudhoffir dalam (Munadi, 2008:214), pertumbuhan pusat sumber belajar merupakan suatu kemajuan bertahap dimulai dari perpustakaan yang hanya terdiri dari media cetak.
Dengan semakin meluasnya kemajuan dalam bidang teknologi dan informasi, dinamika proses belajar mengajar dan sumber belajar yang bervariasi semakin diperlukan dalam pelaksanaan kegiatan belajar-mengajar dengan penekanan pada bahan pengajaran yang baru melalui produksi audiovisual digabung dengan perpustakaan yang melayani media cetak, maka timbul pusat multimedia.
Pusat sumber belajar oleh Fred Percial & Henry Ellington dalam Munadi (2008:214) disebut juga sebagai Laboratorium Alat Bantu Belajar yang berfungsi melayani berbagai kebutuhan individual suatu fakultas, sekolah atau akademi. Dengan demikian, tujuan umum Pusat Sumber Belajar adalah: “Meningkatkan efektifitas dan efisiensi kegiatan PBM melalui pengembangan system instruksional”. Segala sumber dan bahan, segala macam peralatan audiovisual, segala jenis personel yang ada dalam pusat sumber belajar dimaksudkan untuk membantu meningkatkan efektivitas dan efisiensi interaksi siswa dan pengajar dalam proses pembelajaran.
Adapun tujuan khususnya adalah:
a.             Menyediakan pilihan komunikasi pembelajaran.
b.      Mendorong penggunaan cara-cara belajar tertentu.memberikan pelayanan dalam perencanaan,  produksi, operasional, dan tindakan lanjutan.
c.             Penelitian tentang pemanfaatan media pembelajaran.
d.             Menyebarkan informasi tentang berbagai sumber belajar.
e.              Memberikan konsultasi untuk modifikasi dan desain produksi sumber belajar.
f.              Layanan pemeliharaan atas berbagai peralatan.
g.             Menyediakan pelayanan evaluasi.

C.             Evaluasi Media Pembelajaran

Evaluasi merupakan bagian integral dari suatu proses pembelajaran. Idealnya, efektivitas pelaksanaan proses pembelajaran diukur dari dua aspek, yaitu bukti-bukti empiris mengenai hasil belajar siswa yang dihasilkan oleh sistem pembelajaran dan bukti-bukti yang menunjukkan berapa banyak kontribusi (sumbangan) media terhadap keberhasilan dan keefektifan proses pembelajaran itu. Evaluasi tentang kedua aspek tersebut masih terasa sulit untuk dikerjakan karena sering kali media tidak bekerja sebagai bagian integral keseluruhan proses pembelajaran.
Kekuatan dan kelemahan dari media pembelajaran yang telah dibuat biasanya dapat diketahui dengan jelas setelah program tersebut dilaksanakan di kelas dan dievaluasi dengan seksama. Hasil yang diperoleh dari evaluasi akan memeberi petunjuk kepada  guru  tentang bagian-bagian mana dari media pembelajaran tersebut sudah baik dan bagian mana pula yang belum baik sehingga belum dapat mencapai tujuan dari pengembangan media pembelajaran yang diharapkan yang dalam hal ini terkait dengan pencapaian tujuan pembelajaran yang telah disusun.
Atas dasar hasil evaluasi tersebut dapat dilakukan perbaikan-perbaikan yang diperlukan, baik pada waktu media tersebut sedang digunakan maupun setelah media tersebut digunakan. Perbaikan yang dilakukan setelah media ini selesai digunakan akan berguna untuk keperluan penyempurnaan media pada kegiatan pembelajaran selanjutnya.

1.              Proses Evaluasi Media

Apabila media dirancang sebagai bagian integral dari proses pembelajaran, maka pada saat mengadakan evaluasi terhadap pembelajaran, hal ini sudah termasuk pula evaluasi terhadap media yang digunakan. Data empiris yang berkaitan dengan media pembelajaran, secara umum bersumber dari jawaban terhadap pertanyaan-pertanyaan berikut ini:
a.         Apakah media pembelajaran yang digunakan efektif?
b.         Dapatkah media pembelajaran itu diperbaiki dan ditingkatkan?
c.          Apakah media pembelajaran itu efektif dari segi biaya dan hasil belajar yang dicapai oleh siswa?
d.         Kriteria apa yang digunakan untuk memilih media pembelajaran itu?
e.          Apakah isi pembelajaran sudah tepat disajikan dengan media itu?
f.          Apakah prinsip-prinsip utama penggunaan media yang dipilih telah diterapkan?
g.          Apakah media pembelajaran yang dipilih dan digunakan benar-benar mendapatkan hasil belajar yang direncanakan?
h.         Bagaimana sikap siswa terhadap media pembelajaran yang digunakan?

2.              Tujuan Evaluasi Media

Tujuan evaluasi media pembelajaran berkaitan dengan pertanyaan-pertanyaan di atas, yaitu sebagai berikut:
a.         Menentukan efektivitas media pembelajaran yang digunakan.
b.         Menentukan perbaikan atau peningkatan media pembelajaran yang digunakan.
c.          Menentukan cost-effective media yang digunakan, dilihat dari hasil belajar siswa.
d.         Memilih media pembelajaran yang sesuai untuk dipergunakan dalam proses belajar di dalam kelas.
e.          Menetukan ketepatan isi pelajaran yang disajikan dengan media tersebut.
f.          Menilai kemampuan guru dalam menggunakan media pembelajaran.
g.          Mengetahui bahwa media pembelajaran tersebut benar-benar memberi sumbangan terhadap hasil belajar yang telah dinyatakan.
h.         Mengetahui sikap siswa terhadap media pembelajaran.

Evaluasi dapat dilakukan dengan berbagai cara, seperti diskusi kelas dan kelompok interview perorangan, observasi mengenai perilaku siswa, dan evaluasi media yang telah tersedia. Kegagalan mencapai tujuan belajar yang telah ditetapkan, tentu saja merupakan indikasi adanya ketidakberesan dalam proses pembelajaran, khususnya penggunaan media pembelajaran. Dengan melakukan diskusi bersama siswa, maka kita dapat memperoleh informasi  bahwa siswa  lebih menyenangi belajar mandiri daripada belajar dengan pilihan media kita, atau siswa tidak menyukai  penyajian materi  pelajaran yang disajikan  dengan menggunakan media transparansi, dan mereka merasa bahwa mereka akan dapat  belajar lebih banyak lagi jika pelajaran tersebut  disajikan melalui  video atau film. Dengan demikian, maka dapat dikatakan bahwa evaluasi bukanlah  akhir dari siklus pembelajaran, tetapi justru merupakan awal dari suatu siklus  pembelajaran berikutnya.

3.              Kriteria Evaluasi Media Pembelajaran

Walker dan Hess dalam (Kustandi dan Bambang, 2011:143) memberikan  kriteria  dalam me-review media pembelajaran yang berdasarkan kepada kualitas.
a.              Kualitas isi dan tujuan
1)              Ketepatan
2)              Kepentingan
3)              Kelengkapan
4)              Keseimbangan
5)              Minat atau perhatian
6)              Keadilan
7)              Kesesuaian  dengan situasi siswa
b.              Kualitas pembelajaran
1)              Memberikan kesempatan belajar
2)              Memberikan bantuan untuk belajar
3)              Kualitas memotivasi
4)              Fleksibilitas pembelajarannya
5)              Hubungan dengan program pembelajaran lainnya
6)              Kualitas tes dan penilaiannya
7)              Dapat member dampak bagi siswa
8)              Dapat memberi dampak bagi guru dan pembelajarannya.
c.              Kualitas teknis
1)              Keterbacaan
2)              Mudah digunakan
3)              Kualitas tampilan atau tayangan
4)              Kualitas penanganan jawaban
5)              Kualitas pengelolaan programnya
6)              Kualitas pendokumentasiannya (Kustandi dan Bambang, 2011:141-143).

4.              Jenis Evaluasi Media Pembelajaran

Media pendidikan yang dapat digunakan dalam pembelajaran sangat beragam bentuknya sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan sekolah untuk memenuhinya atau jika guru yang membuatnya maka akan sangat tergantung pula pada kemampuan dan keahlian guru dalam pembuatannya.  Keragaman tersebut akan berimplikasi pada berbagai jenis evaluasi untuk menentukan efisiensi dan efektivitas media pembelajaran dalam mendukung terselenggaranya pembelajaran yang bermutu.
Apabila dikaitkan dengan tujuan evaluasi, maka ada berbagai jenis evaluasi  terhadap media pembelajaran. Berdasarkan objek yang dievaluasi  maka evaluasi media pembelajaran akan terkait pada evaluasi fungsi media, evaluasi penggunaan media oleh guru, dan evaluasi pengelolaan / administrasi media.
Berdasarkan prosesnya, evaluasi media ini terdiri dari evaluasi formatif dan evaluasi sumatif. Evaluasi formatif adalah proses yang dimaksudkan untuk mengumpulkan data tentang efektivitas dan efisiensi  bahan-bahan pembelajaran (termasuk kedalamnya media) untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Data-data tersebut dimaksudkan untuk memperbaiki dan menyempurnakan media yang bersangkutan agar lebih efektif dan efisien.
Dalam bentuk finalnya, setelah media tersebut diperbaiki dan disempurnakan,kita akan mengumpulkan data untuk menentukan  apakah media yang dibuat itu patut digunakan dalam situasi-situasi tertentu atau apakah media tersebut benar-benar efektif seperti yang telah dilaporkan. Jenis evaluasi ini disebut evaluasi sumatif.
Evaluasi dalam pembahasan ini difokuskan pada evaluasi formatif. Evaluasi formatif terdiri dari tiga tahapan yaitu: evaluasi satu lawan satu (one to one), evaluasi kelompok kecil (small group evaluation), dan evaluasi lapangan (field evaluation).
a)             Evaluasi Satu lawan Satu (one to one)
Pada tahap ini pilihlah dua orang sasaran/siswa yang dapat mewakili populasi target dari media yang telah dibuat. Kedua orang tersebut hendaknya satu orang diambil dari populasi yang kemampuannya di atas rata-rata, sedangkan yang satu orang lagi kemampuannya di bawah rata-rata. Sajikan media tersebut kepada mereka secara individual. Kalau media itu didesain untuk belajar mandiri, maka biarkanlah dia mempelajarinya, sementara itu kita mengamatinya.
Dari kegiatan ini sebenatrnya ada beberapa informasi yang dapat diperoleh diantaranya: kesalahan pemilihan kata atau uraian-uraian tak jelas, kesalahan dalam memilih lambang-lambang visual, kurangnya contoh, terlalu banyak atau sedikitnya materi, urutan/sequence yang keliru, pertanyaan atau petunjuk yang kurang jelas, materi tidak sesuai dengan tujuan.
b)             Evaluasi Kelompok Kecil (small group evaluation)
Pada tahap ini media diujicobakan kepada sasaran/siswa kurang lebih 10-20 siswa yang dapat mewakili populasi target. Siswa/sasaran yang dipilih untuk uji coba ini hendaknya mencerminkan karakteristik populasi. Usahakan sampel tersebut terdiri dari siswa/sasaran berbagai tingkat kemampuan (pandai, sedang, kurang pandai), jenis kelamin berbeda-beda (laki-laki, dan perempuan), berbagai usia, latar belakang.
c)              Evaluasi Lapangan (field evaluation)
Evaluasi lapangan (field evaluation) adalah tahap akhir dari evaluasi formatif yang perlu dilakukan. Evaluasi lapangan dilakukan kepada sekitar 30 orang dengan berbagai karakteristik seperti tingkat kepandaiannya, kelas, latar belakang, jenis kelamin, usia, sesuai karakteristik populasi.
Di samping melakukan kegiatan seperti di atas, dalam mengevaluasi media dapat juga dilakukan dengan cara berkonsultasi/mencobakannya kepada ahli bidang studi (content expert) dan ahli media/pengkaji media (media expert). Ahli bidang studi diharapkan akan banyak memberikan masukan kepada pembuat media dari sisi software terutama mengenai isi/materi program. Konsultasi kepada ahli media diharapkan akan banyak memberikan masukan tentang software, misalnya dalam media auido kaset berkaitan dengan narasi, musik, dan efek suara
Terkait dengan berbagai jenis evaluasi media berdasarkan objeknya, akan menyajikan  evaluasi media yang terkait dengan fungsi media misalnya evaluasi terhadap media grafis, media yang diproyeksikan dan lain sebagainya.  Format untuk mengevaluasinya pun disajikan secara sederhana dalam bentuk daftar chek (checklist). Guru tinggal menandai dari kriteria-kriteria  media yang dinilai. Daftar cek dalam penilaian media ini dapat diubah, dikembangkan, dan dimodifikasi oleh guru sesuai dengan kebutuhan di sekolah masing-masing. Format evaluasi media yang disajikan  meliputi evaluasi terhadap bahan bacaan, media gambar diam, media grafis, media yang diproyeksikan, media audio, media videodan film, dan media komputer (Susilana dan Cepi, 2007: 209-210).



DAFTAR PUSTAKA 


Anitah, Sri dkk. 2009. Strategi Pembelajaran di SD. Jakarta: Universitas Terbuka.

http://digilib.unimed.ac.id/public/UNIMED-Article-23452Johannes% 20Jefria % 20 Gultom .pdf. Diakses pada 24 Maret 2016, pukul: 17.00 WIB.

Karwati, Euis dan  Donni Juni Priansa. 2014. Manajemen Kelas (Classroom Management) Guru Profesional yang Inspiratif, Kreatif, Menyenangkan, dan Berprestasi). Bandung: Alfabeta.

Kustandi, dan Bambang Sucipto. 2011. Media Pembelajaran Manual dan Digital. Jakarta : Ghalia Indonesia.

Munadi, Yudi. 2008. Media Pembelajaran (Sebuah Pendekatan Baru). Ciputat: Gaung Persada Press.




Susilana, Rudi dan Cepi Riyana. 2007. Media Pembelajaran. Bandung: Wacana Prima.